Kemari dan kuceritakan pada engkau
Humairaku
Bahwa di hutanku ada pohon pala yang rantingnya
bergelantungan anak-anak dengan seragam sekolah
Bahwa ada pohon kelapa yang
di tebas oleh para investor, yang menanam sawit.
Ada pohon pisang yang buahnya di elus oleh para balita yang menyesui.
Kemari dan pandangilah Humaira, di kebunku banyak
pasangan keluarga menanam hidup tanpa luka, tanpa resah.
Hanya sesekali memuntahkan duka.
Kemari akan aku ceritkan pada engkau Humairahku
Bahwa di lautku banyak ikan-ikan yang setiap ekornya
memuntahkan luka yang di alami nelayanku
Ada karangku, yang kian hari semakin keropos
dan mati dari seuguk mesiu
Akan kutunjukan engkau betapa banyak wajah-wajah
biota di sini yang resah dan susaah akibat reklamasi
Mereka dengan payah.
Kemarilah, akan aku ceritakan pada engkau Humairahku
Bahwa senjaku tak seperti senjamu,
tubuhnya kurus, wajahnya kusut bibirnya pucat
Senjaku tidak jingga, dia kelabu akibat polusi dari hasil
pembakaran batu bara dari mega proyek dasi tak bertuan
Disini, petani tak lagi tau emas hijau,
sebab semua hutan telah di gunduli
Disini, nelayan tak lagi tau emas biru
Sebab semua laut telah di keruh oleh reklamasi dan mesin pengeruk laut.
Petaniku gantung sarung
Nelayanku gulung sobol.
Ternate, 25 Desember 2019