Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menolak Punah pada Industri Lokal Kita

20 September 2019   01:58 Diperbarui: 20 September 2019   02:00 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Dhote namanya, seorang pria yang berprofesi sebagai jurnalistik juga sebagai sastrawan yang mendunia di dua generasi. Setiap waktu nerjibaku dengan tulis menulis membuat dia berkawan dengan rokok.

Menurutnya dengan merokok, dia mampu membebaskan pikiranya dari kedunguan. Seakan merekok adalah sumber energi dalam menulis.

"Harusnya kau tau, rokok kretek punya rasa yang khas. Dia di ramu oleh tangan pribumi dengan tembakau pilihan dari tanah bumi pertiwi. Rokok kretek adalah primadona bagi kami para generasi 50an, hampir tidak ada rokok lain yang mencoba mengugat kretek pada masa itu" katanya seraya rokok kreteknya yang telah di pangangya sedari tadi

"Sebegitu perkasanya rokok kretek di tempo dulu?" Tanyaku

"Iya, sebab rokok kretek pada waktu itu di jaga dan di pacu kualitasnya, saat itu sekan tak ada rokok lain di biarkan masuk mengkeruk suasana dunia rokok kretek"

"Apa pengaruhnya hanya sampai di dalam negeri?"

"Tidak hanya di dalam negeri, kretek juga dulu pernah menguasai pasar rokok. Pasalnya rokok kretek di ramu dengan bahan alami, adapun zat kimia yang di gunakan hanya sedikit"

"Wah luar biasa juga yah, berarti rokok kretek punya jasa menyumbangkan pendapatan untuk negeri yah" kataku seraya meraih sebatang rokok kretek dan menyulutinya

"Iya, rokok kretek berjasa dan menyumbangkan pendapat negara dulu dan bertahan sangat lama. Namun saat ini aku harus bersedih atas kondisi saat ini, kondisi dimana industri rokok kretek diambang kepunahan"

"Kenapa demikian? Bukankah rokok kretek masih terus di produksi oleh industri rokok kretek?"

"Iya memang, tapi tak akan lama usianya. Sebab saat ini telah masuk penguasa rokok dunia, rokok putih. Maka dalam kesempatan ini aku menyampaikan selamt datang penguasa baru, selamat tinggal sang legenda" katanya dwngan raut wajahnya yang sedih

"Kenapa demikian, kenapa rokok putih bisa mengeser rokok kretek yang telah lama mengema dalam diri setiap generasi?"

"Iya, sebab langka pembunuhan yang dilakukan lewat cara halus. Industri rokok putih melakukan gerakan semu namun bahayanya sangat nyata kita lihat saat ini. Kau lihat saja, seberapa banyak orang yang melumat rokok kretek? Setelah itu bandingkan dengan rokok puti?"

"Iya, antara kretek dan roko putih beebanding terbalik. Banyak orang saat ini lebih menaru hati pada rokok putih"

"Iya, itulah satu gerakan galus. Para korporat dalam industri rokok puti memainkan pasar. Alih alih melakukan gerakan riset dengan topeng akademis yang dikemas rapih. Setelah itu, mulai di buatnya pearaturan tentang rokok agar bisa di kontrol dengan bebas oleh mereka"

"Wah berarti gerakan yang pernah di bangun adalah bagian dari konspirasi?"

"Iya, bagian dari konspirasi yang di desaing agar memperkuat dominasi pendatang baru. Siapa pendatang baru? Tentunya rokok putih kan?"

"Wah jika demikian rokok kretek hanya tigal dongeng untuk anak negeri"

"Iyap, tidak hanya itu. Setelah melakukan gerakan anti rokok kretek dan refisi peraturan, mulailah di bangun kampanye hitam yang dengan cepat dan mempersingkat dominasi rokok kretek"

"Iklan merokok membunuhmu?"

"Iyap, itu bagian dari rencana mematikan industri kretek. Dengan lebel bahwa roko kretek lebih berbahaya dari rokok putih, sebab rokok kretek tak punya filter sedang rokok putih sudah di lengkapi filter"

"Wah sayang yah, seorang penguasan kini diambang kematian sebentar lagi menjadi legenda, kasihan nanti nasip petani tembakau kita" kataku sambil meraih sebatang rokok dan kembali ku sulut, pun demikian dengan pak Dhote

"Kau tau, tidak hanya rokok. Banyak komoditi lokal yang bisa mengantarkan kita pada kejayaan dulu harus tumbang dari pesaingan luar. Sebut saja gula kita yang duluhnya sangat di minati dunia sampai menempati kita sebagai produsen no dua setelah kuba harus takluk pada kebijakan IMF yang mengharuskan negara melepaskan tata niaga termaksud industri gula, maka tamatlah riwayat syurga para semut itu"

Tidak sampai disitu, 

katanya "kelapa dulu juga berjaya sampai dulu pernah mengemah bahwa di Indonesia ada dua emas, emas biru mewakili laut dan emas hijau atau hutan mewakili kelapa. Akhirnya pun tumbang dari kampanye anti minyak kelapa dengan propaganda kebahayaan dan mengesernya pada minyak kedelai yang lebih bersahabat dengan kesehatan. Industri kopi juga bernasib sama, dia harus mati di tangan desain produk kopi instan, dengan penawaran hemat biaya dan hemat waktu. Padahal semuanya tidak hanya pada kebijaksanaan penawaran. Petaka juga muncul pada industri obat lokal, dia juga di paksa mati di tangan industri obat kimia dengan brand kekinian. Semua seakan dibuat untuk punah, agar kita tak mampu berdikari seperri yang di gemakan dulu oleh bapak proklamator kita Bung Karno"

"Wah seakan kita dikekang yah"

"Iya, banyak sebenarnya. Tak hanya itu saja. Fenomena tersebut juga berlaku pada air minum, kita punya air yang berlipah dan itu bebas dan gratis. Tapi kau tau, saat ini berapa banyak industri air kemasan?"

"Banyak, dan seakan menjamur"

"Iya, kita di arahkan pada kampanye instan seperti kopi. Setelahnya di desing produk yang memungkinkan lebih evisien. Akhirnya air yang tadinya berlimpah tak harus di bayar pun memaksakan kita merogok koce pada hal yang instan. Berapa banyak yang mengolah air secara mandiri dengan memanskannya di pengapian? Mungkin masih ada banyak, tapi juga mungkin saja lebih sedikit dari kita yang memilih instan"

"Wah aku tak pernah sadar dengan keadaan ini"

"Yah, sebuah gerak semu sampai hampir tak terbacakan oleh kita. Padahal jika di lihat langkah tersebut juga banyak bahayanya. Jika demikian ujungnya kemana? Tentu kemana lagi kalo bukan di dunia kesehatan. Toh obat obatan dibuat hanya untuk menahat sakit kan?"

"Jadi sudah begitu haru bagaimana langka yang harus kita ambil?"

"Mandiri, kembalikan kejaayan industri lokal kita kan. Biar kita bisa berdikari"

"Tapi kita tak punya akses untuk itu, bagaimana cara?"

"Mengubah tidak hanya orang orang yang punya kuasa. Mulai dari diri dan lingkungan kan, bukankah jelas salah satu filsuf mengatakan jika kau tak bisa mengubah dunia maka mulailah merubah pribadi sendiri kemudian lingkungan kleuarga dan seterusnya"

"Iya, berarti memulai dari diri berdayakan industri lokan agar bisa mengembalikan kejayaanya"

"Iyap, sebuah keharusan"

Sungguh, sebuah kesempatan berbincang dengan nya. Aku jadi tau sebuah ruang yang hampir tak mampu dilihat olehku. Mulai sekarang memulai untuk mengembalikan kembali kejayaan kita agar bisa berdiri di kaki sendiri.

Ternate, 20 September 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun