Mohon tunggu...
Muhammad Faisal P
Muhammad Faisal P Mohon Tunggu... Administrasi - Sarjana Ilmu Hubungan Internasional

Faisallisme disini, menjadi bermanfaat dengan ilmu yang dimiliki.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kedatangan Timnas Israel: Antara Sepakbola dan Ego Mayoritarianisme

11 Mei 2023   21:24 Diperbarui: 11 Mei 2023   21:36 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh cottonbro studio dari Pexels

Tanggal 24 Oktober 2019 semestinya menjadi hari yang bersejarah untuk sepakbola  dan olahraga Indonesia. Hari dimana Indonesia resmi terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2021 untuk pertama kalinya dalam sejarah persepakbolaan Tanah Air.

Indonesia sukses mengalahkan Peru, Brazil, dan tuan rumah bersama Bahrain, UEA dan Arab Saudi dalam perolehan suara dalam bidding Tuan Rumah Piala Dunia U-20 2021. Namun, gelaran dua tahunan ini harus mengalami hambatan dikarenakan adanya pandemi COVID-19 yang mengharuskan adanya penundaan hingga 2023, tepatnya 20 Mei -- 11 Juni 2023.

Dua bulan menjelang perhelatan akbar Piala Dunia U-20 dilaksanakan, masalah yang kian pelik menerpa sepakbola Indonesia. Penolakan terhadap Tim Nasional Israel yang lolos kualifikasi gencar dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Gubernur Bali, I Wayan Koster mengirimkan surat kepada Menpora agar Tim Nasional Israel dilarang untuk bermain dan menolak keikutsertaan Tim Nasional Israel untuk bertanding di Provinsi Bali (CNN INDONESIA, 2023). Selain dari Gubernur Bali, penolakan juga datang dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. 

"Kita sudah tahu bagaimana komitnmen Bung Karno terhadap palestina... Saya Berharap agar diupayakan langkah-langkah terobosan bersama, tanpa kehadiran Israel" ungkap Ganjar (Priyanto, 2023). 

Penolakan lain juga datang dari Massa FPI, Alumni 212 dan GNPF yang menggelar aksi 203 di Patung Kuda Arjuna Wijaya guna menolak kedatangan Tim Nasional Israel pada Piala Dunia U-20 Indonesia. (tempo.co, 2023). 

Buntut dari adanya berbagai penolakan tersebut disinyalir menjadi alasan FIFA dalam membatalkan drawing babak grup yang semula akan dilaksanakan pada Jumat 31 Maret 2023. 

Setelah isu ini semakin panas, Ketua Umum PSSI langsung terbang menuju Doha untuk membicarakan kelanjutan Piala Dunia U-20 ini bersama Presiden FIFA. Namun, bukan kabar baik yang kita terima melainkan Piala Dunia U-20 yang harus batal dilaksanakan di Indonesia.

"keamanan negara ini tidak cukup siap untuk menggelar event sepakbola berskala dunia."

Jika dilihat dari kacamata sepakbola dan olahraga, tentu apa yang dilakukan FIFA sudah benar adanya, hal ini dikarenakan FIFA ingin melindungi setiap anggotanya dari kemungkinan terburuk yang menyangkut keamanan, dalam hal ini keamana dari Tim Nasional Israel. FIFA selaku induk sepakbola dunia tentu tidak melupakan tragedi Kanjuruhan yang menelan korban hingga 135 orang lebih, terlebih lagi dua isu keamanan ini tejadi dalam kurun waktu yang tidak kurang dari enam bulan. Kedua hal tersebut yang mungkin menjadi alasan utama dibalik pambatalan Host Piala Dunia U-20, keamanan negara ini tidak cukup siap untuk menggelar event sepakbola berskala dunia.

Terlepas dari kacamata sepakbola, isu mengenai Timnas Israel kian melebar dan keluar dari konteks sepakbola dan olahraga. Hal ini tidak terlepas dari sensitivitas mayoritas masyarakat Indonesia jika membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan negara Israel.  Sensitivitas terhadap negara Israel tidaklah timbul secara kebetulan, hal itu sudah terjadi puluhan tahun silam, diawali oleh pendirian Bung Karno yang sangat membenci imperealisme. Salah satunya adalah imperealisme yang dilakukan negara Israel terhadap bangsa Palestina. Seiring berjalannya waktu, pendirian Bung Karno tersebut melekat dan sejalan dengan pendirian bangsa Indonesia yang terimplementasikan didalam politik luar negeri Indonesia yang tidak menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Israel sebelum adanya pemberian kemerdekaan terhadap negara Palestina hingga saat ini.

Tidak adanya hubungan diplomatik resmi antara Indonesia dan Israel juga tidak terlepas dari adanya mayoritarianisme di Indonesia. Mayoritarianisme atau Tirani Mayoritas sendiri adalah sebuah kondisi dimana kebijakan yang diambil mencerminkan preferensi mayoritas daripada yang lain (Grossman & Helpman, 2005). Mayoritas disini dapat berupa mayoritas agama, bahasa, politik atau faktor mayoritas lainnya. Mayoritarianisme ini umumnya muncul dilatarbelakangi oleh pejabat yang terpilih mewakili atau seolah-olah mewakili kepentingan "kaum" mereka sendiri dan orang terpilih yang mewakili minoritas memiliki sarana terbatas untuk mempengaruhi kebijakan.

Dari kacamata politik pemerintahan, fenomena maoyiritarianisme didalam penolakan terhadap kedatangan timnas Israel tercermin dari penolakan dua gubernur dimana venue Piala Dunia U-20 akan dilaksanakan. Gubernur Bali, I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang mana keduanya adalah kader dari PDIP atau Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarno Putri yang tak lain putri dari Bapak Proklamator, Insinyur Soekarno adalah partai yang berkuasa saat ini, Partai yang memiliki ideologi yang selaras dengan Soekarno ini menjadi partai yang memiliki suara mayoritas di pemerintahan saat ini. 

PDIP sendiri banyak memegang posisi strategis di pemerintahan seperti memiliki kader terbanyak di kabinet, ketua umum DPR-RI serta memiliki kursi terbanyak saat ini didalamnya. Hal ini tentu memudahkan partai didalam mengambil kebijakan yang berpihak pada kepentingannya. Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa sikap Ganjar dan Koster sudah sesuai dengan arahan Ketua Umum, Megawati Soekarno Putri (METROTVNEWS.COM, 2023). Hal ini kemudian lebih menjelaskan tentang mayoritarianisme yang dapat dilakukan oleh partai politik yang berkuasa.

Pada Akhirnya, terlepas dari ada atau tidak adanya ego mayoritarianisme yang membuat penyelenggaraan Piala Dunia U-20 Indonesia batal dilaksanakan. Sepakbola kita memang masih jauh dari kata baik nan sempurna. Masih banyak yang harus dibenahi oleh semua stakeholder persepakbolaan Indonesia. Berbicara tentang Timnas U-20 kita yang batal mentas di Piala Dunia, menjadi atau tidak menjadi tuan rumah, tentang mimpi mimpi anak bangsa ataupun tidak, jika Tim Nasional kita berhasil berprestasi atau setidaknya mampu berjuang hingga ke babak semi-final di Piala Asia Uzbekistan kemarin, Timnas kita akan akan tetap bertanding di Piala Dunia U-20, dimanapun akan dilaksanakannya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun