Aku minta dan mohon pada waktu
untuk mengembalikan hidupku lampau
tapi dia masih saja hanya tersenyum
tak terusik dan tak sedih
kubiarkan pula petir itu berteriak di telingaku
seperti menembakkan peluru sakit dan perih
hanya ada selembar kertas yang suci
untuk kurakit dan kuukir hati ini
Semenjak dan saat ini
kuingin serangkai nada menyanyikan untukku
lagu rangkaian angin angin malam
dan bulan akan bersuara merdu menggema
Bagaimana lagi aku, dan bagaimana pula aku
tak terjerat dalam kebencian waktu
seperti aku melayang dalam kelamnya rasa
tak terhingga oleh kegagalan
Faisal fariz :
Sepertinya sedang bermediasi dengan keadaan nih?
Indah Prayodya :
ungkapan keadaan yang melewati mediasi waktu.
Faisal Fariz :
Lalu, terpekur dengan suramnya. Tak berniat mensiasatinya kemudian merengkuh ilham dari jeritanjeritan keadaan.
Indah Prayodya :
cuma berdiam saja terpaku,terpejam mata tak ingin melihat keadaan suram itu.namun telingaku tatkala mengusik dan mendengrkn degungan perih itu.
Faisal Fariz :
Lalu naif dengan kebahagiaan yg direngkuh akan datang. Dan temaramkan duka nestapa lalu, mungkinkan belajar itu terus riang bersandar di esok lewat mawar yang terangkai dalam pot hidrofonik di loteng perasaan.
Indah Prayodya :
semoga saja..harapan tu tak pernah tenggelam dalam waktu.
kulontarkan dan kubuang selalu bersama keadaan ini.
mgkn tangkai mawar ataupun kelopaknya,.
meski tak seharum dirinya,.tapi aq masih mampu menjaganya.
Faisal Fariz :
Soleklah harumnya, senantiasa luluh dengan cendramata penyair jalanan beruparupa coretan untuk "indah yang rupawan." Lukislah perspektif malam dengan kuas warnamu, bukan warnanya dia (penghujam perasaan).
Dan ria kelak menyandingmu hingga selesai mendikte dunia.
Indah Prayodya :
sampai waktu berdetak semakin pelan,.penyair jalanan itu terus saja menyoret nyoret kerak bumi,.semakin dan sampai kelak nanti.
lukisan itupun selayaknya berwarna indah.elok dipajang mata.
pendiktean itupun pasti menyambutku bahagia,
Faisal Fariz :
Dan terkaman alpa akan diri-Nya kian gerogoti lukisan dan coretan indah. Munajatkan syukur ketika suka duka berlalu. Selalu percikkan rupamu dengan air kidung, sujudlah malam dengan dahimu, sisihkan koinkoin pada bakul diseberbng sana, dan indah akan tetap indah.
Medan, Oktober 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H