Dewasa ini terdapat krisis yang sangat mengkhawatirkan dalam masyarakat kita. Kekhawatirkan itu menjadi fokus setiap kalangan ketika krisis itu terjadi pada sesuatu miliki kita yang paling berharga, yaitu anak-anak kita. Setiap kalangan dari orang tua, pendidik, pemerintah, aktivis-aktivis menyadari bahwa krisis yang terjadi saat ini ialah krisis moral bagi para remaja. Dapat kita ketahui sendiri dari berbagai berita-berita di televisi dan artikel yang memberitakan terjadinya pemerkosaan yang tak sedikit pelakunya masih dibawah umur. Seperti contoh kasus artikel yang ditulis oleh :
Irawan (2016) pada laman regional.kompas.com, yang memberitakan tentang kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh 16 orang terhadap gadis berumur 20 tahun. Ternyata otak dari pemerkosaan gadis berusia 20 tahun ini masih anak dibawah umur, dengan rentang usia 13 hingga 17 tahun. Bayangkan anak masih berumur 13 tahun menjadi otak dalam pemerkosaan. Begitu miris sekali moral yang dimiliki kalangan remaja dijaman now.
Senada dengan pemberitaan diatas, tetapi dengan temuan empiris yang berbeda, saya temukan ketika berbincang-bincang dengan istri saya yang merupakan salah satu bidan di Rumah Sakit Mitra Sehat Kap. Situbondo. Istri saya menceritakan bahwa pada bulan Oktober, tanggalnya saya sudah lupa, ada kejadian seorang kakak yang memperkosa adiknya sendiri hingga melahirkan seorang anak. Pada tanggal 05 Agustus 2017 terdapat kejadian anak berusia 14 diperkosa temannya yang masih berusia 14 tahun juga, yang sekarang menjadi suami korban. dari kasus-kasus ini, istri saya menjelaskan bahwa alasan kedua anak yang masih dibawah umur ini melakukan hubungan suami istri dikarenakan pelaku tergoda melihat video porno.
Dari kedua kasus pemerkosaan selalu ditontonkan disetiap berita, sering diikuti dengan pertanyaan "Siapakah yang salah? Apakah dari pihak pria atau wanita kah?". Survei dan realitas membuktikan kesalahan-kesalahan itu berada dipihak pria sebagai pelaku pemerkosaan dikarenakan alasan MENONTON VIDEO PORNO. Memfokuskan pada kalimat menonton video porno, bukan menjadi rahasia publik lagi tontonan video berbau porno telah disuguhkan diberbagai media online sehingga dapat dikonsumsi semua kalangan pria dan wanita. Nah dari gampangnya kalangan pria dan wanita mengkonsumsi video porno, yang menjadi tidak masuk akal dan menjadi pertanyaan besar bagi saya, mungkin pertanyaan ini terjadi pada kalian juga, yaitu KENAPA PELAKU TINDAK PEMERKOSAAN HANYA DILAKUKAN OLEH PRIA? KENAPA PELAKU TIDAK DARI WANITA? padahal semua kalangan pria dan wanita sama-sama mengkonsumsi video pornografi.
Dari ketidak sanggupan kita menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan semakin maraknya kasus pemerkosaan yang selalu ditontonkan setiap berita, sering diikuti dengan maraknya pria sebagai pelaku pemerkosaan, muncullah pernyataan dari orang tua bahwa takutnya setiap orang tua memiliki anak pria karena suka diatur. Untuk itu saya mencari dasar, kenapa harus pria? apa yang terjadi dengan otak pria? karena sebagai makhluk yang diberkahi otak sebagai segala yang membentuk aktivitas manusiia, pastilah ada sesuatu yang menjadi alasan di otak pria ini. Pertanyaan-pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh beberapa penelitian nerurologis. Seperti penelitian yang dilakukan oleh:
Ferretti, dkk di Universitas G. D'Annunzio, Chieti, Italia yang meneliti tentang dinamika gairah seksual pria dengan bantuan alat fMRI. Dalam penelitiannya 10 orang menjadi sukarelawan dengan usia mulai dari 21 sampai dengan 25 tahun dengan keadaan sehat. Kesepuluh subjek penelitian itu ditontonkan video porno berdurasi panjang dan dilakukan scanning pada otaknya. Hasil menunjukkan bahwa terdapat bagian-bagian saraf pada pria yang memproses terjadinya peningkatan gairah seksual ketika ditontonkan video pornografi, seperti anterior cingulate, insula, amigdala, hipotamalus, dan kortkes somatosensori sekunder. Akhirnya, daerah inilah yang berkorelasi dan menjadi dasar peningkatan gairah seksual pada pria.
Karama di Universitas Montreal, Pusat Penelitian Ilmu Neurologis, Montreal, Quebec, Kanada tentang area aktivasi otak dan pengaruhnya antara pria dan wanita saat ditontonkan film erotis. Untuk membuktikan penelitiannya, Karama menggunakan subjek 20 wanita dan 20 pria yang discanning otaknya menggunakan fMRI pada saat ditontonkan sebuah fil erotis. Hasil penelitiannya menunjukkanbahwa tingkat persepso SA secara signifikan lebih tinggi pada pria daripada wanita. Lanjutnya, Karama menjelaskan bahwa pada dasarnya hal ini terjadi karena aktivitas hipotamalus yang secara signifikan mengontrol perbedaan aktivitas otak pria dan wanita.Â
Dari kedua penelitian diatas maka dapatlah menjawab pertanyaan diatas tentang KENAPA PELAKU TINDAK PEMERKOSAAN HANYA DILAKUKAN OLEH PRIA? KENAPA PELAKU TIDAK DARI WANITA?. Jawaban itu karena adanya aktivitas saraf otak yang berbeda antara pria dan wanita. Aktivitas saraf itu ditunjukkan pada saraf hipotamalus, yang nantinyan saraf hipotamalus tersebut yang memproduksi lebih banyak gairah nafsu pria daripada wanita pada saat menonton video yang berkonten pornografi. Dengan gairah nafsu yang tinggi dikarenakan tontonan video yang berbau pronografi inilah yang menjadi dasar emosi yang mengakibatkan seorang pria lebih banyak melakukan tindak pemerkosaan.
Terakhir, saran bagi orang tua yang memiliki anak pria, agar lebih memperhatikan aktivitas-aktivitas konsumsi onlinya daripada anak wanita. Bagi para orang yang bergerak dibidang kesehatan dan profesi yang terkait, dari temuan psikofisiologis seksualitas pria membuka persepektif baru untuk mengembangkan tentang diagnosis, terapi, dan kemungkinan rehabilitasi pria yang mempunyai penyakit hypersexual.
DAFTAR PUSTAKA
Ferretti, A., dkk. 2005. Dynamics Of Male Sexual Arousal: Distinct Components Of Brain Activation Revealed by fMRI. Neuroimage., 26: 1086-1096. doi:10.1016/j.neuroimage.2005.03.025