Mohon tunggu...
faisal fahmi mrp
faisal fahmi mrp Mohon Tunggu... Relawan - Pemula bersahaja

Searching.......

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pornografi yang Keliru

19 November 2018   21:24 Diperbarui: 19 November 2018   22:21 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEKILAS tentang pornografi

Beberapa data dari mesin pencari mungkin sangat mengganggu mata kita, bukan manusia namanya jika tidak mengenal istilah pornografi. 15% isi dari seluruh data dunia internet merupakan pornografi.

Tidak tanggung-tanggung jumlah akses data pada beberapa situs yang terlacak belakangan ini kurang lebih 25 juta situs, lain lagi akun sosial media dan iklan yang bersangkutan dengan konten pornografi yang tidak terhitung jumlahnya.

Sekarang saja, jika mau buka-bukaan data. Kurang lebih 20.000 orang didunia sedang menyaksikan konten pornografi, baik itu berupa gambar, video, dan konten bacaan. Eiiiiiits menurut kalian apakah tulisan ini menyangkut tentang pornografi?.

Dengan jumlah besar tersebut, maka kita bisa menghitung acak penghasilan dari konten tersebut. industry pornografi yang 15% tadi mampu menyumbangkan 3 trilyun dollar as diseluruh kawasan dengan akses yang tentunya berbeda-beda.

Kebanyakan dari kita semua hanya mengira bahwa pria menjadi penonton setia konten pornografi. Ini merupakan anggapan yang keliru jika menilai prialah yang menjadi penikmat pornografi. Dari berbagai data melalui mesin telusur google, kira-kira dari 100% penikmat pornografi, di kisaran 13%nya merupakan wanita. Ini merupakan sebuah tantangan yang sangat besar tentunya sebagai efek dari melesatnya perkembangan akses digital yang sulit untuk membatasi trilyunan akses.

Peran pemerintah dalam membatasi akses pornografi masih bisa dikatakan baik dengan melarang situ-situs 18 tahun keatas untuk tumbuh dinegara ini. Namun hal ini tidak bisa hanya dengan menunggu sistem yang digulirkan. Peran masyarakat tentunya mendukung dengan tidak membiarkan akses bebas pada kemudi gadget anak-anak.

Bukan mustahil anak dibawah umur juga menjadi penikmat konten-konten pornografi tersebut. ini merupakan kebiasaan yang patut dihindari. Bagaimana dengan anda?

Salam faisal fm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun