Mohon tunggu...
Faisal Vespa
Faisal Vespa Mohon Tunggu... -

adalah ayah 3 anak, menikmati dunia literasi, wirausaha dan petualang...asli dari surakarta ( solo ) Hadiningrat, akan tetapi saat ini berdomisili di pulau borneo, Kalimantan Barat. Bisa bersilaturahim di 087736190786

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Be Positive Thinking

21 September 2015   23:35 Diperbarui: 21 September 2015   23:35 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Be Positive thinking

 

Jauhilah kalian dari kebanyakan persangkaan, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa”  (QS. Al-Hujuraat: 12)

jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta” (HR. Bukhari-Muslim)

Dua dalil di atas cukup untuk menjelaskan , betapa tercelanya perbuatan suudhon atau berburuk sangka. Seseorang pastinya tidak akan suka ketika dirinya dibicarakan keburukannya oleh orang lain. Ibarat memakan bangkai daging saudaranya, buruk sangka juga salah satu bentuk kedholiman seseorang terhadap orang lain. Beberapa hari ini, di beberapa media sosial tersebar sebuah video iklan produk elektronik di negara Thailand. Sebenarnya hanyalah iklan CCTV, akan tetapi dikemas apik dengan akting pemeran yang memukau. Link videonya bisa anda buka di alamat berikut : https://www.youtube.com/watch?v=zY7Qt_ElTPw

Video ini menggambarkan betapa sifat positive thinking perlu dikedepankan dalam segala aspek kehidupan. Diceritakan pemilik kios sangat risih dengan kedatangan seorang gelandangan yang gila di depan kiosnya. Setiap pagi ketika pemilik kios membuka kiosnya, orang gila tersebut pasti sudah berada di depan kios. Sumpah serapah, cacian, pukulan dan tendangan pasti di berikan kepadanya. Anehnya, walaupun pemilik kios demikian kasarnya, orang gila tersebut selalu mengulangi aktifitasnya, yakni berada di depan kios setiap pagi. Sampai suatu hari, sang pemilik kios kaget, ketika membuka kiosnya, sang pengemis gila tidak ada. Hari demi hari, sang pemilik kios merasa bersalah akan sifat kasarnya tempo hari. Dia merenung berfikir, apa yang dilakukan sang pengemis gila setiap malam sampai pagi. Kemudian dia berinsiatif melihat rekaman CCTV yang dia pasang di depan kios. Sang pemilik kios berdecak kaget, ketika melihat rekaman kamera CCTV tersebut. Diluar dugaan, ternyata sang pengemis gila tersebut menjaga kios dari orang lain yang berniat buruk terhadap kios tersebut. Sang pengemis gila mengusir orang yang berniat mengencingi pintu kios, kemudian berhasil mengusir orang yang berniat berbuat vandalisme dengan cat di pintu kios, serta dia berhasil menggagalkan aksi pencurian, yang mengakibatkan terbunuhnya sang pengemis gila akibat tusukan pisau oleh pelaku pencurian. Sang pemilik kios merasa sangat menyesal, kenapa tempo hari berbuat kasar kepada pengemis gila.

Kisah menarik tentang positive thinking juga pernah terjadi pada zaman Sultan Murad IV, penguasa ke-Khalifahan Turki Utsmani pada abad ke-15 . Kisah ini diceritakan apik oleh ulama terkenal Syaikh Al Musnid Hamid Akram Al Bukhori.

Suatu malam, beliau Murad IV merasa suntuk , berada kekalutan fikiran yang demikian berat, hingga ia sangat ingin mengetahui penyebabnya. Sampai akhirnya, ia mengajak seorang pengawalnya untuk menyamar sebagai warga biasa berjalan – jalan di kota, guna mengetahui aktifitas rakyatnya. Ia berfikir, barangkali kekalutannya akan menemukan titik terangnya, ketika berjalan mengelilingi kota.

Sultan berkata kepada pengawalnya, “ mari kita keluar sejenak, melihat keadaan rakyat di kota.”

Sampai kemudian tibalah di lorong yang gelap dan sempit, mereka menemukan seorang pria paruh baya tergeletak tak bernyawa. Akan tetapi, masyarakat di sekitarnya tidak ada yang mengurus dan memperdulikannya.

“Mengapa tidak ada satu pun orang di sini yang peduli terhadap orang ini ? Siapakah dia ? Di manakah keluarganya ? “ Tanya sultan kepada masyarakat.

Mereka berkata “ Dia ini orang Zindiq, suka berbuat dosa, yakni meminum minuman keras dan suka berzina. “

Sultan menimpali “Bukankah ia juga termasuk umat Nabi Muhammad SAW ? Mari angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya “

Sesampai di rumah, sang istri menangis melihat suaminya mati terbujur kaku. Orang – orang yang membawa jenazahnya langsung pergi, tinggallah sang sultan dan seorang pengawalnya .

Dalam tangisnya sang istri berucap: “ Semoga Allah SWT merahmatimu wahai suamiku, sang wali Allah.. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang baik dan sholeh “

Mendengar ucapan itu Sultan Murad kaget.

”Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang mengatakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya”. Tanya Sultan.

“ Sudah aku duga, pasti akan terjadi seperti ini. Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke kios-kios minuman keras, dia membeli minuman keras dari dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu di bawa ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata “Aku telah meringankan dosa kaum muslimin”.

Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka uang dan berkata: “Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi”.

Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: “Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam”.

Orang-orang pun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamr dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir.

Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: “Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, mensholatimu dan menguburkan jenazahmu”

Ia hanya tertawa, dan berkata: “Jangan takut, bila aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya di negeri ini”.

Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: “Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad IV, dan besok pagi kita akan memandikannya, mensholatkannya dan menguburkannya”.

Demikianlah, akhirnya prosesi penyelenggaraan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para masyaikh dan seluruh masyarakat.

Betapa dasyatnya efek yang ditimbulkan , apabila kita sering berburuk sangka kepada saudara kita. Akan ada banyak kejelakan yang ditimbulkan akibat kita sering berburuk sangka. Sudah sepantasnya, kita sebagai makhluk sosial untuk lebih mengedapankan sikap positive thinkingdaripada negative thinking.

Semoga.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun