Nah di negeri Wakaka yang bertetangga dengan negeri Wakanda itu, konon komunitas LGBT berhasil mendorong perpustakaan untuk lebih ramah dan menyediakan layanan memadai terhadap kelompok yang rentan dan minoritas itu. Kalau di dalam American Library Association (ALA) ada gugus tugas khusus mengadvokasi hak-hak LGBT, mungkin mereka telah terpengaruh pustakawan di Wakaka.
Adapun gerakan di jalur ilmu tercermin misalnya lewat kritik terhadap tajuk subyek perpustakaan. Â Untuk apa? Supaya topik-topik tentang mereka yang selama ini dikelompokkan sebagai kelainan dan penyimpangan mendapat tempat yang normal. Dengan begitu bisa diperoleh secara luas. Â
Dan yang melakukan kritik itu adalah orang-orang perpus sendiri!
Terus, gimana bisa tajuk subjek jadi sasaran kritik?
Tajuk subjek adalah kata, istilah atau frasa yang digunakan pada katalog atau daftar lain untuk menyatakan tema atau topik suatu bahan perpustakaan. Daftar tajuk subjek itu memuat kosakata-kosakata yang merupakan hasil pemahaman penyusunnya terhadap isi bahan pustaka.
Tajuk akan mengarahkan pada kelompok mana karya-karya akan ditempatkan. Library of Congress Subject Headings (LCSH) sampai tahun 1972 menempatkan subjek Homosexuality berada di bawah  istilah luas (IL) Sexual deviations.Â
ALA Task Force on Gay Liberation lalu mengkritik keras, sehingga IL-nya diganti menjadi Sexual life. Di dalam LCSH terbaru, IL-nya sekarang adalah Sexual orientation.
Kira-kiranya maksudnya orang boleh memilih atau punya kecenderungan seksual sendiri, tidak melulu berpasangan laki-laki dengan perempuan. Dulu kelainan, sekarang normal. Dulu penyimpangan, sekarang pilihan.
Sekarang ke Indonesia. Coba periksa entri Homoseks di Daftar Tajuk Subjek Perpusnas. Kamu temukan istilah luasnya adalah: Seksual, penyimpangan. Jadi jangan harapkan ketemu novel dan komik romantisme sesama jenis ada di perpustakaan dekat rumahmu. Sebab, perbuatan itu sudah divonis sebagai penyimpangan.
Cukup jelas Perpusnas tidak mendukung LGBT, dan itu mewakili tanggapan umum masyarakat kita, termasuk yang bikin oret-oretan ini.
Lain kali kalau teriak minta tolong, panggil Ultraman atau Power Rangers saja!