Mohon tunggu...
Faisalbjr
Faisalbjr Mohon Tunggu... Dosen - hhmm

please wait...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Kau Hapus Namaku, Sayang?

3 Mei 2021   21:35 Diperbarui: 5 Mei 2021   09:39 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Melvil Dewey, by Faisal S

American Library Association (ALA), organisasi ikatan pustakawan Amerika mengeluarkan “Resolution on Renaming the Melvil Dewey Medal” dalam konferensinya di Washington, DC pada bulan Juni 2019.

Siapa peduli? Memangnya masalah buat kamu?

Doi kita ini bukan orang sembarangan di semesta perpustakaan. Ia lelaki pekerja yang efektif dan terorganisir. Bukan karena beruntung, melainkan karya dan kerja keras yang membuat namanya tersurat dalam kitab tarikh tanpa keraguan.

Bila kamu amati rak-rak buku perpustakaan, tampak padamu susunannya menggunakan suatu sistem yang memudahkan diingat dan ditemukan. Koleksi perpustakaan diklasifikasi menurut subjek – istilah yang berarti pokok pembicaraan atau pokok bahasan. Dan salah satu peraturan klasifikasi yang banyak digunakan adalah karya si doi.

Tuan Melvil Dewey menerbitkan skema klasifikasi persepuluhan yang dikenal sebagai Dewey Decimal Classification (DDC) pertama kali pada tahun 1876. Klasifikasi ini tetap berlanjut hingga sekarang dan dikelola secara online di WebDewey di oclc.org/en/dewey/webdewey.html.

Perpustakaan memahami dunia pengetahuan dalam konsep yang luas yang berorientasi pada disiplin ilmu, karena itu DDC juga berbasis disiplin ilmu dan membaginya ke dalam sepuluh kelas utama, yang masing-masing terbagi lagi ke dalam sepuluh divisi, kemudian sepuluh seksi.

Kalau sekarang ada Jurusan Perpustakaan, kamu perlu tahu yang merintisnya pertama kali adalah Melvil Dewey. Bukan berarti sebelumnya perpustakaan dikelola tanpa dasar pengetahuan, namun Dewey yang membentuk kepustakawanan modern melalui pendidikan di kampus. Blio ini memulai School of Library Economy di Columbia College tahun 1887 dengan murid pertama sebanyak dua puluh orang.

Dua tahun berikutnya jurusan itu ia boyong ke New York seiring jabatan baru yang diterimanya sebagai direktur Perpustakaan Negara Bagian York sekaligus sekretaris di University of the State of New York. Jadinya dengan merangkap pula sebagai direktur jurusan, Mr. Dewey punya tiga tanggung jawab formal pada waktu bersamaan.

Blio orangnya inovatif. Semasa masih menjadi mahasiswa sudah membentuk lembaga bernama Library Bureau yang menyuplai keperluan perpustakaan. Kemudian lulus kuliah, ia bekerja sebagai pustakawan, dan kelak menjadi kepala perpustakaan.

Dengan seabrek aktivitas itu Dewey menjadi tokoh yang namanya terukir di dalam catatan sejarah perpustakaan, terutama karena DDC yang monumental. Perannya dalam kepustakawanan Amerika tercatat di mana ia ikut mendirikan dan menjadi editor Library Journal dan ikut membentuk ikatan pustakawan di negaranya yaitu American Library Association. Bahkan di ALA ia menjadi presidennya sampai dua kali.

Baiklah, cukup di sini perkenalan tentang Melvil Dewey. Lalu apa kaitannya dengan keputusan ALA 2019, sementara Mr. Dewey sendiri sudah wafat di tahun 1931?

Judul resolusi itu kiranya tidak mengenakkan, apalagi pemberitaan media dan reaksi pustakawan sesudah konferensi. Apakah gerangan yang bikin ALA me-rename sebuah penghargaan?

Melvil Dewey Medal, top honor yang sudah ada sejak 1952 itu dihapus. Rasisme dan pelecehan terhadap perempuan menjadi alasannya. Hemm. Kamu lihat bahwa kepustakawanan tidak terlepas dari berbagai isu sosial, ya seperti profesi lain juga.

Kita mulai dari rasisme. Dewey punya sebuah klub sosial bernama Lake Placid Club. Banyak orang yang menjadi anggotanya. Seorang bernama Henry Leipziger mengajukan diri untuk ikut Lake Placid. Sayangnya Dewey menolak. Pada saat itu Dewey sedang menjabat direktur perpustakan New York State. Pada saat itu pula mungkin warga Yahudi sedang aktif menentang anti-semitisme, dan Leipziger yang seorang Yahudi mengadukan penolakan Dewey di klub kepada pemerintah New York. Kasus tersebut membuat tokoh kita ini harus mundur dari jabatannya sebagai direktur perpustakaan.

Alasan kedua adalah pelecehan seksual terhadap perempuan yang dituduhkan atas Mr. Dewey. Tapi sebelum bicarakan itu, kamu juga harus akui jasanya. Pustakawan adalah profesi yang didominasi perempuan hingga hari ini. Tidak salah, dan pustakawan perempuan patut berterima kasih kepada Dewey.

Melalui jurusan yang ia rintis, si doi telah membuka kesempatan bagi perempuan memasuki dunia profesional. Saat itu bahkan ia harus mengakali aturan Columbia yang hanya memperbolehkan perempuan menghadiri kelas-kelas tertentu. Walhasil, dari dua puluh murid, perempuannya tujuh belas orang.

Kamu kalau baca, jadi ngerti ternyata sejak awal Tuan Dewey memuji pekerjaan di perpustakaan cocok dengan karakter perempuan, namun pada sisi lain menganggap bahwa perempuan adalah pekerja yang ekonomis dan bisa dibayar murah. Sebabnya, tugas-tugas di perpustakaan sama dengan pekerjaan di rumah tetapi dikerjakan di tempat publik.

Nah, berikut kasusnya. Doi ini diketahui pernah beberapa kali melakukan tindakan fisik yang tidak disukai perempuan. Ia disebut terlibat serangkaian "pelukan yang tidak disukai, sentuhan yang tidak disukai, ciuman yang tidak disukai" dengan rekan perempuan. Suatu waktu ia dituntut seorang mantan pegawai perempuan di pengadilan karena telah menciumnya di depan umum. Dewey sendiri tidak merasa ada yang salah dengan perilakunya. Wah gawat!!

Alasan rasisme dan pelecehan seksual itulah yang mendasari dihapusnya nama Melvil Dewey dari daftar penghargaan bergengsi bidang perpustakaan di Amerika. Tidak ada lagi Melvil Dewey Medal setelah ALA pada bulan Maret 2019 mengumumkan June Garcia memenangkannya, sebelum konferensi ALA di bulan Juni.

Keputusan organisasi pustakawan itu bukan bermaksud mendiskreditkan Melvil Dewey. Jasanya selalu diingat dan warisannya intelektualnya tetap dijaga. Pengungkapan sisi lain si doi menjadi pelajaran agar perbuatan semacam itu tidak terjadi lagi.

Kepustakawanan secara universal tidak mentolerir nilai-nilai yang bertentangan dengan keadilan, keragaman dan keterbukaan atas berbagai perbedaan.

ALA dengan divisi Association for Library Service to Children pada tahun 2018 juga meniadakan nama Laura Ingalls Wilder dari penghargaan terhadap penulis buku anak-anak. Penulis Little House on The Praire itu di dalam karyanya menggambarkan rasisme terhadap penduduk asli Amerika. Sikap ini bertentangan dengan tujuan penghargaan yaitu mewariskan nilai-nilai integritas, sikap hormat dan inklusi pada anak-anak.

Perlakuan diskriminatif masih terdengar di berbagai negara terhadap etnis, warna kulit dan pemeluk keyakinan tertentu. Mereka yang minoritas acapkali menjadi sasaran. Demikian pula pelecehan seksual, perempuan sering mengalaminya termasuk di tempat kerja. Banyak faktor menjadi penyebabnya, dan perjuangan berat harus terus dilakukan menghadapi masalah serius ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun