Perekonomian Indonesia tampaknya anteng-anteng saja. Kestabilan makroekonomi cukup terjaga, internal maupun internal. Namun, jika kita telaah lebih mendalam, tampak ada kecenderungan perekonomian Indonesia menuju keseimbangan ke aras yang lebih rendah.
Kita sempat menikmati pertumbuhan tinggi pada 1970-an dan paruh pertama dekade 1990-an. Setelah hampir pulih dari krisis, pertumbuhan rerata turun menjadi sekitar 6 persen. Lalu turun lagi menjadi 5 persen dalam empat tahun terakhir. Perekonomian seakan kekurangan tenaga dan daya untuk mengakselerasi.
Kebanyakan negara tetangga menikmati kenaikan nisbah pajak. Nisbah pajak Vietnam memang turun, namun tetap tertinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya.
Porsi barang dan jasa yang mereka hasilnya semakin banyak yang diekspor. Pada kurun waktu bersamaan, mereka pun lebih banyak mengimpor barang dan jasa. Jadi, hampir semua negara kian terlibat di pasar dunia di era globalisasi.
Untuk mengurangi kemungkinan sakwasangka itu, berikut tertera derajat keterbukaan Indonesia dengan menggunakan rerata lima tahunan selama kurun waktu yang cukup panjang.
Ternyata hasilnya menunjukkan penurunan konsisten, tidak hanya dalam 16 tahun terakhir, melainkan dalam 20 tahun terakhir tanpa jeda.
Ada beberapa masalah struktural lain yang juga patut memperoleh perhatian. Tiga masalah di atas bisa dipandang yang paling mendasar yang berdampak ke banyak arah, masalah ekonomi, sosial, dan politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H