Unsur Pi dan Ki relatif sama untuk jasa sejenis.
Misalkan S adalah komponen dari ongkos C yang muncul selama interaksi antara produsen dan konsumen,
S = (Pt + Rt)/C
yang mana 0 < S ≤ 1
Jika ongkos interaksi antara produsen dan pemakai semakin rendah maka nilai S akan semakin kecil.
Dengan memasukkan unsur S, model Heckcsher-Ohlin boleh jadi tidak mampu menjelaskan perdagangan jasa-jasa tertentu. Suatu negara yang relatif labor abundant atau kaya dengan obyek turisme belum tentu dapat bersaing menarik wisman jika komponen ongkos interaksi antara produsen dan pemakai jasa relatif tinggi. Ongkos interaksi yang tinggi inilah yang menyebabkan banyak jasa tergolong ke dalam non-tradable. Namun, dengan perkembangan teknologi informasi seperti internet dan beragam media sosial menyebabkan makin banyak jasa yang lebih tradable.
Dalam kasus jasa turisme, Indonesia memiliki potensi keunggulan dalam hal keragaman obyek wisata yang unik dalam bentuk karunia alam dan pekerja yang relatif melimpah dan murah. Namun itu saja tidak cukup.
Wisman yang hendak menjelajahi berbagai obyek wisata yang tersebar di ribuan pulau terkendala dengan ketersediaan angkutan antarmoda yang terbatas dan khususnya ongkos pesawat yang relatif mahal. Salah satu penyebabnya ialah harga avtur yang relatif jauh lebih tinggi ketimbang di negara tetangga seperti Singapura dan struktur pasar angkutan udara yang duopoli atau oligopoli.
Ongkos berlibur sekeluarga di dalam negeri habis untuk ongkos pesawat. Lebih murah bagi suatu keluarga berlibur di Thailand atau Malaysia ketimbang dari Jakarta ke papua, manado, Lombok atau Bali.
Komponen ongkos memperoleh visa relatif sangat kecil dibandingkan ongkos total (C) maupun S.
Pembenahan turisme di Indonesia memerlukan pendekatan yang lebih mendasar dan menyeluruh.