Mohon tunggu...
Faisal Basri
Faisal Basri Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar, menulis, dan sesekali meneliti.

Mengajar, menulis, dan sesekali meneliti.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ketoprak Mafia Migas

8 April 2015   01:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:24 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar dua pertiga produksi minyak Blok Cepu berada di Kabupaten Bojonegoro. Kabupaten ini bakal memperoleh bagi hasil minyak yang cukup besar ketika produksi Blok Cepu mencapai puncaknya yang diperkirakan mencapai 205.000 barrel per hari dalam beberapa tahun ke depan. Tentu saja, dana minyak sudah mulai mengalir ke pundi-pundi APBD Kabupaten Cepu dalam beberapa tahun terakhir.

Bupati Suyoto (akrab dengan panggilan Kang Yoto) sadar betul potensi besar dari usaha minyak. Potensi itu harus membuat rakyat Bojonegoro sejahtera, sumber daya manusianya harus dipacu agar mumpuni dan makmur ketika minyak sudah mongering. Kang Yoto ingin memastikan energi fosil yang tak terbarukan ini tidak menjadi kutukan (resource curse), melainkan harus menjadi berkah buat rakyatnya.

Untuk menyampaikan pesan kepada rakyatnya tentang kesadaran itu, Kang Yoto menggelar pentas ketoprak. Pertunjukan yang dipadati penonton dari beragam kalangan itu berlangsung Jumat malam, 27 Maret 2015, di Pendopo Kabupaten Bojonegoro.

Bupati sebagai pemeran utama (berkostum warna hijau). Di sebelah kiri Bupati, berjilbab merah, adalah ketua DPRD Kabupaten Bojonegoro. Selebihnya adalah para pejabat Kabupaten Bojonegoro kecuali yang di sebelah kanan Bupati, yaitu  Bapak Supramu Santoso (berkostum hitam dengan kaos oblong), pendiri Supreme Energy yang bergerak dalam usaha panas bumi (geothermal). Pak Supramu merupakan putra Bojonegoro yang sangat peduli terhadap pembangunan kampung halamannya. Pak Supramu berperan sebagai penasehat Bupati.

Dialog 90 persen dalam bahasa Jawa. Sejauh yang bisa saya tangkap dan atas bantuan seorang tokoh Bojonegoro yang duduk di sebelah saya yang sesekali menerjemahkan isi dialog, kira-kira begini jalan ceritanya.

Mafia migas dilakoni oleh dua lelaki tambun (pojok kanan berkostum merah). keduanya berusaha keras dengan segala cara menguasai sumur minyak. Sedangkan sumur minyak disimbolkan oleh peran dua perempuan cantik dengn rambut panjang terurai (kedua dan ketiga dari kiri). Kedua lelaki tambun tak henti mengejar kedua gadis. Sekelompok satria dipimpin oleh Pak Gatot (mantan direktur Bank Indonesia yang sekarang membantu pemerintah Kabupaten Bojonegoro, tak tampak dalam gambar) bertempur dengan mafia migas untuk melindungi sumur minyak. Ringkas cerita, kedua mafia migas berhasil ditaklukkan.

Setelah itu, Pak Bupati bertitah kepada rakyatnya: sumber daya minyak harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat, mencerdaskan kehidupan rakyat, hasilnya disisihkan untuk generasi mendatang, untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi agar taktaka minyak habis perekonomian Bojonegoro sudah maju. Jangan sampai kekayaan minyak jadi kutukan karena hanya dinikmati oleh segelintir orang, apalagi kalau penikmatnya orang luar Bojonegoro. Jangan sampai kekayaan minyak hanya jadi cawe-cawe pemburu rente.

Di sela-sela titah Bupati, Pak Supramu memberi saran bagaimana memajukan Bojonegoro. Banyak sekali saran yang disampaikan, mulai dari landasan pemikiran filosofis hingga usulan praktis. Pak Supramu tak sekedar memberikan saran tetapi juga turut serta aktif berkiprah langsung dalam berbagai bentuk. Pernah membantu pengadaan sapi untuk digemukkan, ternak itik, dan di bidang pendidikan serta dakwah. Pak Supramu membangun masjid dengan arsitektur yang sangat indah. Masjid Birru Pertiwi dilengkapi dengan bangunan kelas untuk kegiatan, antara lain pendidikan untuk guru agar menghasilkan anak didik berkarakter, berakhlak mulia, dan menyejukkan.

Bentuk komunikasi pemimpin dengan rakyat lewat pagelaran ketoprak sangat efektif untuk membumikan gagasan pemimpin untuk memajukan rakyatnya. Petuah dibungkus dengan bahasa rakyat diselingi guyon. Mafia migas yang ibarat "hantu" hadir lewat tingkah laku yang bisa dijumpai dalam kehidupan keseharian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun