Seminggu ke depan kita rehat sejenak dari kecenderungan pemburukan ekonomi. Berbagi rezeki untuk sanak keluarga di kampung halaman. Melepas penat setelah berjibaku dengan kemacetan parah di jalan.
Perekonomian di pedesaan akan lebih semarak untuk bilangan minggu. Setelah itu lesu seperti sediakala. Para pemudik kembali harus berjibaku di kota-kota besar dengan beban hidup yang semakin mengimpit. Setidaknya peluhan ribu dari mereka bakal menghadapi ancaman pemutusan hubungan kerja, seraya kenaikan harga kian menggerus daya beli pekerja.
Ada baiknya sedia payung sebelum hujan. Tambahan pendapatan menjelang lebaran sebagian ditabung. Sekecil apa pun pendapatan kita nanti sehabis lebaran, sisihkanlah setidaknya 10 persen untuk ditabung. Bagi yang memiliki lebih, investasikanlah dalam bentuk perangkat finansial yang aman, semisal saham atau reksa dana.
Dengan tekad baru di hari fitri, kita kembali bekerja dengan semangat baru, memacu produktivitas lebih tinggi. Dengan kesadaran baru, menyisihkan sebagian hasil untuk ditabung agar kala perekonomian “paceklik” kita tak serta merta terempas tanpa bantalan. Rakyat terpaksa harus mencari selamat sendiri-sendiri karena negara belum kunjung menghadirkan sistem jaminan sosial nasional semesta. ***
* Dimuat di harian Kompas, 5 Agustus 2013, halaman 15.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H