juga kehilangan fokus. Prabowo-Hatta berambisi membangun pabrik pupuk urea dan NPK baru milik petani berkapasitas 4 juta ton. Bukankah badan usaha milik negara (BUMN) selama ini sudah berhasil menjalankan tugasnya membangun pabrik pupuk untuk memenuhi kebutuhan petani? Bukankah pabrik-pabrik pupuk itu milik kita bersama, milik bangsa Indonesia? Tugas pemerintah adalah memastikan pupuk tersedia dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, dan dengan harga terjangkau.
Kiranya sekelumit gambaran di atas lebih dari cukup bagi saya untuk menentukan pilihan. Negeri ini butuh pemikiran dan pendekatan baru, gagasan segar. Bukan tawaran basi, karena yang menawarkan telah terbukti tak berbuat banyak kala memiliki kewenangan untuk membenahinya.
Teramat banyak kelompok kepentingan yang bercokol di sana, yang sudah terbukti menggerogoti kekayaan nasional. Kita harus memutus mata rantai kelompok-kelompok kepentingan itu agar jalan ke hadapan semakin mulus.
Jokowi adalah harapan saya, harapan kita semua.  Menjadikan Indonesia bermartabat dan maju, masyarakatnya yang inklusif, tidak mengandung benih-benih otoritarianisme yang kental. Tidak direcoki oleh masa lalu yang kelam, agar sepenuh tenaga dicurahkan menghadapi tantangan berat ke depan.