Mohon tunggu...
Faisal bakri
Faisal bakri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa

"Tetap semangat menebar kebaikan"

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Literasi Budaya Membaca dalam Tantangan Media Sosial

13 Desember 2019   10:32 Diperbarui: 12 November 2021   18:54 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sebanyak 120 juta orang Indonesia menggunakan perangkat mobile, seperti smartphone atau tablet untuk mengakses media sosial, dengan penetrasi 45 persen. Dalam sepekan, aktivitas online di media sosial melalui smartphone mencapai 37 persen (pertiwi, 2018).

"Budaya baca di kita bukannya tidak ada sebenarnya tapi saat ini juga terpengaruh oleh budaya medsos (media sosial)," kata Ketua IKAPI Jawa Barat Mahpudi di Bandung, Rabu (11/1/2017).

Ia mengatakan saat ini waktu masyarakat banyak tersita untuk media sosial dibandingkan membaca buku. "Kan membaca itu kaitannya dengan waktu, kita sekarang trend-nya ke Facebook, WA dan lain-lain," kata dia.

Oleh karena itu, kata Mahpudi, saat ini walaupun banyak beredar buku bagus dan berkualitas, minat masyarakat untuk membaca tetap saja rendah. Menurut dia, rendahnya minat baca masyarakat tidak hanya terhadap buku yang dicetak tapi juga terhadap buku digital atau e-book.

"E-book juga sama masih rendah karena selain lebih ribet juga secara teknologi masih belum memadai untuk di Indonesia. Jarang ada yang bertahan berjam-jam membaca e-book karena pencahayaan juga dari gadget," kata dia.

Mahpudi yang baru dikukuhkan sebagai Ketua IKAPI Jawa Barat Periode 2016-2021 ini mengatakan ada sejumlah langkah yang bisa ditempuh untuk meningkatkan minat baca masyarakat, salah satunya memperbanyak ruang baca di tempat publik seperti pusat perbelanjaan, hotel dan lain-lain.

"Bagaimana orang mau baca buku kalau orang tengok kiri, tengok kanan tidak ada bukunya. Ruang baca publik inilah yang harus diperbanyak. Ini peran pemerintah dan pihak lainnya sangat dibutuhkan," kata dia.

Langkah lainnya adalah meningkatkan kualitas buku dan untuk menghasilkan buku berkualitas harus ada standarisasi.

"Jadi buku yang terbit itu harus benar-benar disukai orang," kata dia (saputri, 2017).

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun