Mohon tunggu...
FAISAL AKBAR
FAISAL AKBAR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UINSU, AKUNTANSI SYARIAH 2018

Saya mahasiswa AKUNTANSI SYARIAH dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Tahun 2018. Saya lahir di kabupaten asahan kecamatan sei kepayang barat desa Sei serindan dusun III.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terbatasnya Bahan Baku, Perajin Gul Aren Kesulitan dalam Proses Produksi

12 Agustus 2021   14:00 Diperbarui: 12 Agustus 2021   14:03 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: KKN DR 104 UINSU

Asahan (09/08/2021) Dusun VI, Desa Pulau Rakyat Tua, Kecamatan Pulau rakyat, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, dikenal sebagai sentra pembuatan gula aren asli. Sebagian besar warga di dusun VI ini mengandalkan produksi gula aren sebagai mata pencaharian warga sekitar. Keahlian menyadap atau mengambil air nira bahan gula aren didapatkan secara turun-temurun.

Endang, seorang ibu rumah tangga yang sudah berusia hampir 50 tahun. Beliau adalah salah satu warga yang tinggal di dusun VI, desa Pulau Rakyat Tua. Beliau berprofesi sebagai perajin gula aren yang sudah sejak lama ia geluti bersama perajin lainnya. Usahanya cukup berhasil dalam memproduksi gula-gula aren berkualitas yang siap dikonsumsi masyarakat sekitar Pulau Rakyat dan wilayah lainnya.  Bahkan, ia sering memenangkan ajang Asahan Expo di bidang UMKM setiap hari jadi Kabupaten Asahan.

Dalam satu lokasi kawasan Pulau Rakyat Tua, sebagian besar perajin gula aren mendapatkan bahan baku dari lahan masyarakat sekitar. "Di kawasan ini ada satu pengelola yang memiliki  modal lahan dan perkebunan aren yang disebut sebagai pemilik kebun. Para perajin ini biasanya diberikan kebebasan untuk mengambil nira aren dan mengolahnya menjadi gula, dengan ketentuan pemilik kebun wajib mendapat setoran produk gula setiap produksinya," ujar Endang.

Bahan baku sangat berperan penting bagi kelancaran produksi, seperti halnya perajin gula aren. Gula aren 100% bahan bakunya berasal dari nira pohon aren. Jika nira sulit di dapat, maka proses produksi akan terhambat dan tidak bisa memenuhi kebutuhan konsumen.

Persoalan yang dihadapi oleh perajin gula aren dalam menjalankan usahanya sangat beragam. Diantaranya keterbatasan bahan baku, disalahgunakannya air nira untuk minuman yang memabukkan (tuak), kurangnya bahan bakar kayu, serta harga jual yang murah juga menjadi kendala. 

"Pembuatan gula aren dimulai dengan cara dimasak dengan tungku tradisional yang berbahan bakar kayu, kemudian butuh waktu dari pagi sampai malam hari. Pengambilan air nira di pohon aren biasa dilakukan dua hari sekali. Dalam sekali produksi, kami hanya mampu memproduksi 5 sampai 6 kilogram gula aren yang harganya Rp 22.000 - Rp 25.000 per kilogram," ujar Arif, perajin gula aren lainnya.

Selain faktor diatas, terdapat faktor lain yang menjadi penghambat keberlangsungan usaha gula aren. Seperti kurangnya dukungan dari pemerintah setempat. Padahal, dukungan pemeritah berperan penting untuk menaikkan promosi pemasaran.  

Dimasa pandemi Covid-19 sekarang ini, ditambah lagi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Penjualan terus menurun karena tingkat pesanan yang turut berkurang, karena disebabkan pendistribusian terhambat akibat penyekatan yang diberlakukan disemua wilayah. Nah dari sinilah banyak para perajin gula aren di desa pulau rakyat tua kurang memproduksi dan bahkan tidak melanjutkan usaha gula aren tersebut.

"Kami berharap pandemi Covid-19 dan aturan PPKM ini segera berakhir, sehingga kami bisa melanjutkan keberlangsungan usaha dan lebih meningkatkan penjualan ke berbagai daerah," ucap Endang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun