Mohon tunggu...
Faisal Bahri
Faisal Bahri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keyakinan, Dalil, dan Tokoh-tokoh Aliran Qodariyah

27 September 2018   14:56 Diperbarui: 27 September 2018   15:11 8980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Islam tidak sesempit yang dipahami pada umumnya. Dikarenakan adanya perbedaan pendapat dikalnagan ulama-ulama kalam dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an, terdapat lebih dari satu aliran yang berkembang dalam sejarah pemikiran islam. Ada ayat yang menunjukkan bahwa segala yang terjadi itu ditentukan oleh Allah, bukan kewenangan manusia dan ada pula ayat-ayat yang menunjukkan bahwa manusia bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Dari perbedaan pendapat inilah lahir aliran Qadariah serta aliran-aliran lainnya.

B. Rumusan masalah  

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Qadariah

Qadariyah secara etimolgi diambil dari bahasa arab, yaitu qadara yang arinya kemampuan atau kekuatan. Sedangkan secara terminologi qadariyah adalah satu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan, artinya tanpa campur tangan Tuhan. Seperti yang telah ditegaskan oleh Harun Nasution bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.karena itulah faham seperti ini dinamakan dengan istilah qadariyah. Inilah aliran Qadariah dan Jabariah.

B. Sejarah munculnya paham qadariah

Bersamaan dengan munculnya khawarij dan murji'ah, di awal sejarah pemikiran kalam lahir dua aliran kalam yang memfokuskan tema pembahasannya tentang qadhaqadar, yang dihubungkan dengan status pembuatan manusia.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    

Qadariah pada awalnya muncul pertama kali sekitar sekitar tahun 70 H/689 M, yang dipimpin oleh seorang yang bernama Ma'bad al-Juhani dan Ja'ad bin Dirham, pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M).  

Sejarah lahirnya aliran Qadariah tidak dapat diketahui secara pasti. Ibnu Nabatah menjelaskan dalam kitabnya, seperti yang telah dikemukakan oleh Ahmad Amin, aliran Qadariah pertama kali dimunculkan oleh orang Irak bernama susan yang pada mulanya beragama Kristen, kemudian masuk Islam dan kembali lagi ke agama Kristen. Sedangkan W. Montgomery Watt menemukan dokumen lain yang menyatakan bahwa paham Qadariah terdapat dalam kitab ar-Risalah yang ditulis oleh Hasan al-Basri untuk Khalifah Abdul malik sekitar tahun 700 M.

C. Tokoh-tokoh pencetus aliran Qadariah Perpecaha dalam islam kaitannya sangat erat dengan aliran Qadariah, dan aliran tersebut dapat dikatakan dari perpecahan itu sendiri. Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang termasuk pencetus aliran Qadariah :

1. Ma'bad al-Juhani (meninggal dunia tahun 80 H) Dia meluncurkan pemikiran seputar masalah takdir sekitar tahun 64 H. Ia menggugat ilmu Allah dan takdir-Nya. Ia mempromosikan pemikiran itu secara terang-terangan. Disamping orang-orang yang mengikutinya juga banyak, Namun bid'ahnya ini mendapat penentangan yang sangat keras dari kaum Salaf, termasuk para sahabat yang masih hidup ketika itu. Seperti Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma. 2. Ghailan Ad-Dimasyqi Dialah yang mengibarkan pengaruh cukup besar seputar masalah-masalah takdir sekitar tahun 98 H. Dan juga dalam masalah ta'wil, ta'thil (mengingkari sebagian sifat-sifat Allah) dan masalah irja.  Menurut Khairuddin al-Zarkali dalam Sirajuddin Zar, Ghailan adalah seorang penulis yang pada masa mudanya pernah menjadi pengikut Al-Haris Ibnu Sa'id yang dikenal sebagai pendusta. 

Ia pernah taubat terhadap pengertian faham qadariyahnya dihadapan Umar Ibnu Abdul Aziz, namun setelah Umar wafat ia kembali lagi dengan mazhabnya. Sepeninggal Ma'bad, Ghailan Ibnu Muslim al-dimasyqy yang dikenal juga dengan Abu Marwan. 3. Ibnu Sauda' Abdullah bin Saba' Al-Yahudi Dia adalah seorang Yahudi yang mengaku-ngaku beragama Islam 34 H. 

Dia memadukan antara faham Khawarij dan Syi'ah. Dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya. D. Dalil-dalil aliran Qadriah Kaum Qadariyah mencari ayat-ayat Al-Qur'an yang menggambarkan tentang kebebasan manusia untuk mendukung pendapat-pendapatnya. Al-Qur'an sendiri memuat ayat-ayat yang bercorak bipolar, antara yang bermakna qadari dan jabari. Ayatayat yang mengandung makna Qadariah, antara lain: Tentang kebebasan menentukan iman atau kufur ada dalam Surat Al-Kahfi Ayat 29 yang Artinya:

Dan katakanlah: kebenaran itu dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa ingin kafir biarlah ia kafir. (QS. alKahfi[18]:29)

Tentang kebebasan untuk memperoleh bimbingan arau penyesatan ada dalam firman Allah SWT. Q.S Yunus ayat 108 yang artinya:

Katakanlah, wahai manusia! Telah datang kebenaran dari Tuhanmu. Sesungguhnya (kebenaran itu) untuk dirinya sendii dan barang siapa sesat maka ia menyesatkan dirinya  sendiri dan Aku bukanlah pengatur urusanmu. (QS. Yunus: 108).

Kebebasan untuk bersyukur atau kufur setelah mendapat petunjuk sesuai firman Allah SWT. Surat Al-Insan Ayat 3-4: yang artinya:

Seungguhnya kami telah menunjukinya (manusia) jalan yang lurus, namun ada yang bersyukur dan ada yang kufur. Sesungguhnya Kami telah menyediakan bagi orangorang kafir rantai yang membelenggu dan eraka yang menyala-nyala. (QS al-Insan: 34).

Dan ayat tentang yang lainnya:

QS. Fushshilat ayat 40 yang artinya:

Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Allah mengetahui apayang kamu kerjakan (QS. Fushshilat: 40)

QS. Ar-rad ayat 11 yang artinya:

Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada suatu bangsa, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada mereka (QS. Ar-Rad: 11)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun