PENDAHULUAN
MAN 1 Murung Raya sebagai salah satu madrasah setingkat SMA berupaya untuk menjalankan fungsi sekolah, salah satunya adalah pengembangan keterampilan sosial peserta didik melalui interaksi dengan teman sekelas dan guru, siswa belajar berkomunikasi, berkolaborasi, dan membangun hubungan sosial. Hal ini diharapkan membantu dalam pengembangan keterampilan sosial yang penting untuk kehidupan pribadi dan profesional. Namun pada perkembangannya masih ditemukan kurang harmonisnya hubungan antara peserta didik dan wali kelasnya.
Gejala ini ditemukan ketika guru BK melaksanakan kegiatan identifikasi masalah pada PPG Dalam Jabatan Angkatan 2 Bidang Studi Bimbingan Konseling Universitas Negeri Makassar Tahun 2023. Berdasarkan wawancara dengan wali kelas, konseli menolak permintaan untuk menjadi petugas upacara. Perilaku konseli ketika menyampaikan sikapnya dalam menolak permintaan wali kelasnya dinilai kurang baik. Menurut wali kelasnya akhir-akhir ini konseli suka menghindar, walaupun hanya sekedar untuk bersalaman ketika menutup pembelajaran. Terhitung dalam satu bulan terakhir pada empat kali perteman sikap konseli selalu sama. Di samping itu wawancara juga dilakukan kepada beberapa siswa yang satu kelas dengan konseli terungkap bahwa konseli kurang bisa bergaul dengan siswa yang bukan teman akrabnya, selain itu konseli sulit diajak bekerjasama saat belajar kelompok dan penggalangan donasi. Sedikitnya tiga kali konseli tidak aktif dalam belajar kelompok dan dua kali tidak aktif saat penggalangan dana.
Ketika dilakukan wawancara dengan konseli, hasil yang didapat tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan wali kelas maupun siswa yang sekelas dengan konseli. Namun melalui wawancara tersebut diketahui alasan konseli menghindar dari wali kelasnya disebabkan adanya rasa bersalah sehingga merasa malu. Menurutnya keinginan untuk meminta maaf cukup besar namun konseli bingung untuk mencari cara untuk meminta maaf secara langsung. Selain itu konseli mengakui bahwa ia memang pernah tidak ikut dalam penggalangan donasi karena pada saat itu dia sedang tidak punya uang. Ia adalah salah satu santri pondok pesantren yang sehingga untuk biaya sehari-hari hanya menunggu kiriman dari orangtuanya.
Sikap konseli yang kurang menyenangkan saat menolak permintaan wali kelasnya, rasa bersalah yang muncul dalam diri konseli, serta besarnya keinginan konseli untuk meminta maaf namun rasa malu konseli membuat dia bingung harus melakukan apa. Dari sini disimpulkan bahwa terdapat hambatan dalam diri konseli yang menyebabkan rendahnya kualitas hubungan sosialnya di sekolah. Hambatan itu berupa rendahnya keterampilan komunikasi interpersonal.Â
Menurut Rhina Widayanti dan Hadi Warsito (2013) kemampuan komunikasi interpersonal merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan individu dalam berinteraksi dengan orang lain. Seorang remaja yang mengalami masalah dalam komunikasi interpersonal bisa menghambat perkembangan remaja, menghambat kreatifitasnya dalam mengisi masa remaja dan kurang maksimal dalam berprestasi di sekolah  Oleh karena itu, penyusun menilai praktik ini penting untuk dibagikan.
Sebagai Guru BK yang memberikan bantuan, penulis juga berperan sebagai fasilitator bagi konseli melalui layanan konseling, membuat Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) yang relevan dengan masalah yang dihadapi siswa dan sejalan dengan perkembangan zaman, yaitu layanan BK yang lebih inovatif. Dalam hal ini saya juga perlu melakukan evaluasi dari proses dan hasil layanan yang sudah dilaksanakan agar dalam kegiatan pemberian layanan konseling dapat memperbaiki dan menggunakan teknik konseling yang lebih relevan terhadap konseli
Tantangan yang dihadapi penulis pada pelaksanaan layanan konseling ini dapat berasal dari siswa maupun guru BK, yang antara lain sebagai berikut:
Dari Siswa:
- Konseli memiliki pemahaman sikap asertif yang rendah sehingga dalam mengekspresikan emosi negatifnya nampak perilaku tidak asertif.
- Konseli merasa gengsi dan malu untuk mengakui kesalahan kepada wali kelasnya.
- Konseli lebih sering menggunakan bahasa daerah dalam pergaulan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga perlu upaya memahami setiap kalimat yang diucapkan oleh konseli ketika tahap eksplorasi masalah.
Dari Guru BK:
- Guru BK lupa melakukan teknik goal setting sesuai urutan tahapan dalam konseling behavior sehingga teknik tersebut dilakukan pada saat implementasi teknik
- Ruang Praktik yang kurang kondusif mempengaruhi suasana hati saat melakukan praktik
- Guru BK kurang menguasai bahasa daerah yang digunakan konseli sehingga sering melakukan validasi arti bahasa daerah kepada konseli.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka praktikan tertantang untuk melakukan hal sebagai berikut:
- Guru BK perlu memberian layanan konseling kepada konseli yang mengalami keterampilan komunikasi interpersonal rendah.
- Guru BK perlu mendampingi dan memonitor konseli yang memiliki keterampilan komunikasi interpersonal rendah.
PEMBAHASAN
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan
Berkaitan dengan layanan konseling
Guru BK perlu melakukan tindakan pengentasan dengan menerapkan teknik konseling yang sesuai saat konseli memiliki masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh dirinya. Selain itu guru BK juga perlu melakukan monitoring konseli agar mereka konsisten dengan perubahan yang direncanakan pada saat kegiatan konseling. Dalam hal ini, jika konseli memiliki keterampulan komunikasi interpersonal yang rendah, maka Guru BK perlu memberikan pemahaman kepada konseli untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal pada dirinya sendiri.
Berkaitan dengan pendekatan konseling yang diperlukan
Berdasarkan hasil analisis permasahan dan hasil wawancara yang telah dilakukan, pada permasalahan ini guru BK menerapkan teknik latihan asertif pada pendekatan behavioral. Latihan asertif dalam pendekatan konseling behavioral adalah sebuah cara yang digunakan untuk mengajarkan individu mengenai cara mengekspresikan perasaan positif dan negatif secara terbuka dan langsung (Arga Satrio Prabowo dan Asni, 2018).
Menurut Ibid (Sri Rizqi Wahyuningrum, dkk. 2021), langkah-langkah latihan asertif adalah sebagai berikut:
- Rasional Strategi, Konselor memberikan rasional/menjelaskan maksud penggunaan strategi Konselormemberikan overview tahapan-tahapan implementasi strategi;
- Identifikasi keadaan yang menimbulkan persoalan, Konselor meminta konseli menceritakan secara terbuka permasalahan yang dihadapi dan sesuatu yang dilakukan atau dipikirkan pada saat permasalahan timbul;
- Membedakan perilaku asertif dan tidak asertif serta mengeksplorasi target, Konselor dan konseli membedakan perilaku asertif dan perilaku tidak asertif serta menentukan perubahan perilaku yang diharapkan;
- Bermain peran, pemberian umpan balik serta pemberian model perilaku yang lebih baik, Konseli bermain peran sesuai dengan permasalahan yang dihadapi Konselor memberikanumpan balik secara verbal Pemberian model perilaku yang lebih baik Pemberian penguatpositif dan penghargaan.
- Melaksanakan latihan dan praktik, Konseli mendemonstrasikan perilaku yang asertif sesuai dengan target perilaku yang
diharapkan; - Mengulang latihan, Konseli mengulang latihan kembali tanpa bantuan;
- Tugas rumahdan tindak lanjut, Konselor memberikan tugas rumah pada konseli, dan meminta konseli mempraktikan
perilaku yang diharapkan dan memeriksa perilaku target apakah sudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari; - Terminasi, Konselor menghentikan program bantuan.
Â
Pelaksanaan praktik dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pada pertemuan 1 penulis melakukan tahapan-tahapan konseling behavioral yaitu: Tahap awal. pada tahap ini dilakukan pernyataan tujuan dimana Guru BK menerima dan mengembangkan hubungan baik dengan konseli, Guru BK membicarakan topik yang netral kepada konseli, dan menjelaskan tujuan konseling. Setelah pernyataan tujuan, Guru BK memberikan penjelasan tentang langkah-langkah seperti menanyakan kepada konseli apakah pernah diberikan konseling sebelumnya dan rasional konseling kepada konseli. Kemudian Guru BK mengarahkan kegiatan dengan menjalin kesepakatan dengan konseli terkait kontrak waktu, kontrak tugas dan kontrak kerjasama.Â
Setelah tahap awal dilalui berlanjut ke tahap inti. Pada tahap inti Guru BK melakukan asesmen terhadap konseli dengan cara mengeksplorasi masalah, kemudian dilanjutkan dengan menentuka tujuan (Goal Setting). Dalam goal setting Guru BK dan Konseli
menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Selanjutnya Guru BK memulai pelaksanaan teknik (pemberian tindakan) menggunakan latihan asertif. Pada saat pemberian tindakan, Guru BK melakukan latihan asertif sesuai langkah-langkah yang telah diuraikan sebelumnya. Pada tahap ini diketahui bahwa konseli berhasil membedakan perilaku asertif dan perilaku tidak asertif, selanjutnya konseli dapat mengidentifikasi perilaku tidak asertif yang harus harus dirubahnya. Selain itu pada saat Guru BK mengarahkan konseli dalam bermain peran, ternyata konseli cukup baik dalam mempraktikkan sikap asertif yang diinginkan. Pertemuan 1 diakhiri pada tahap ini dengan diberikannya tugas rumah kepada konseli. Tugas rumah yang diberikan kepada konseli berupa tabel pelaksanaan latihan asertif secara mandiri di luar jam sekolah selama 5 hari kalender.
Pertemuan 2 dilakukan pada hari ke enam setelah konseli dianggap selesai mengerjakan tugas rumahnya. pada pertemuan ini konseling behavioral masuk pada tahap pengakhiran. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain Guru BK dan Konseli bersama-sama membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling. Dari hasil latihan asertif selama lima hari, melakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil menggunakan lembar evaluasi yang diberikan kepada konseli guna melihat sejauh mana tingkat keberhasilan yang sudah dicapai oleh konseli. Dari hasil evaluasi ini dapat digunakan sebagai bahan perbaikan oleh guru BK.
Sumber daya yang digunakan pada kegiatan praktik ini yaitu video yang berjudul komunikasi asertif yang diambil youtube dengan pranala https://youtu.be/lnEKP8cgy4E?si=DLfoJHZCA4kG9iz2 .
Berdasarkan hasil latihan asertif pada pendekatan konseling behavioral dalam layanan konseling individual didapatkan hasil sebagai berikut:
- Tingkat kenyaman konseli pada penerimaan Guru BK dalam konseling dengan skor 3
- Tingkat kesesuaian layanan dengan kebutuhan konseli dengan skor 3
- Tingkat efektifitas layanan dalam membantu konseli menemukan pemecahan masalah 3
- Tingkat Kepuasan konseli terhadap layanan konseling 3
- Tingkat efektifitas layanan konseling dalam membantu konseli dalam memecahkan masalah dengan skor  3
- Keinginan konseli untuk menemui Guru BK untuk mendapatkan bantuan skor 3
- Jumlah skor sebesar 18 dengan predikat baik.
Data di atas menunjukkan bahwa layanan konseling individual melalui pendekatan konseling behavioral dengan teknik latihan asertif efektif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal konseli.
Keefektifan layanan yang diberikan guru BK kepada LSA disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
- Konseli berlatarbelakang santriwati yang memegang teguh kultur pesantren yang manut kepada Kyai sehingga pada proses konseling sangat kooperatif.
- Konseli mudah diajak bicara dan jujur saat menyampaikan masalahnya
KESIMPULAN
Dampak dari pemberian konseling behavioral menggunakan teknik latihan asertif relatif membuahkan hasil, dimana LSA dapat memahami perilaku asertif dan  Perilaku tidak asertif sehingga dapat mengungkapkan emosi positif dan emosi negatifnya secara baik. Konseli sangat senang ketika mengikuti proses konseling. di sisi lain wali kelas konseli menyambut positif dari kegiatan konseling yang dilakukan dan menyerahkan sepenuhnya kepada praktikan untuk memberikan bantuan kepada konseli dan berharap setelah layanan konseling dapat berkomunikasi secara normal dengan konseli.
Pembelajaran dari keseluruhan proses layanan konseling ini yaitu pentingnya identifikasi masalah agar kita dapat menemukan akar masalah yang dihadapi konseli sehingga dapat menentukan solusi yang tepat untuk mengentaskan masalah yang dihadapinya. Selain itu setiap peserta didik berhak mendapatkan kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik, oleh hendaknya pengampu kebijakan di madrasah seyogyanya menempatkan posisi BK sesuai fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo, Arga Satrio dan Asni Asni. Latihan Asertif: Sebuah Intervensi yang Efektif. Insight Jurnal Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Vol 7 No 1 (2018) : Diakses dari: https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/insight/article/view/7334
Wahyuningrum, Sri Rizqi, dkk. Pre-Experimental Design Bimbingan Kelompok dengan Teknik Assertive Training dalam Peningkatan Keterampilan Komunikasi Siswa di SMK Kesehatan Nusantara. Nuansa Jurnal Penelitian Ilmu Sosial danKeagamaan Islam. Vol. 18No. 1January–June2021. Diakses dari: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/4242/2584
Widayanti, Rhina dan Hadi Warsito. PENERAPAN LATIHAN ASERTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGADIROJO . Jurnal BK UNESA. Vol 3 No 1 (2013). Diakses dari: https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/view/3535
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H