Entah kenapa, kegiatan yang telah menasional dan ditunggu kehadirannya oleh guru (khususnya seni budaya) dan para pelajar seantero negeri ini selalu bikin kesal. Jujur saja, ditiap kali penyelenggaraan ivent ini selalu bikin orang muak. Rasanya jauh dari kepatutan, dan di luar dugaan kegiatan sekelas Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) ini mestinya tidak hanya memperebutkan piala, uang tunai dan piagam penghargaan, namun lebih jauh ia bisa menjadi proses pembelajaran bagi segenap guru dan pelajar Indonesia dalam memenej sebuah kegiatan.
Jauh panggang dari api. Dari beberapa kali mengikuti kegiatan FLS2N ini, memang tidak jauh berubah. Ada kesan penyelenggaraan yang bergilir oleh Kementerian Pendidikan belum bisa diadakan secara baik dan profesional. Tidak terlalu sulit untuk membuktikan bagaimana kelemahan yang dibuat daerah begitu berurusan dengan penyelenggaraan helat akbar siswa nasional ini. Misalnya, lantai panggung tari yang dibuat tidak rata, backdrop panggung yang sering menganggu penampilan oleh karena warna yang tidak lazim. Demikian pula persiapan sound system untuk lomba solo vocal, dianggap selesai tanpa pertimbangan apakah acara di outdoor atau indoor. Lain lagi dengan kepanitiaan, mereka banyak yang tidak tau apa yang harus mereka lakukan. Di iven yang menasional ini, lumrah ketika ada panitia tidak datang pada acara tecnikal miting sehingga diambil alih oleh dewan juri. Atau acara harus ditunda beberapa jam hanya gara-gara panitia belum ada ditempat acara.
Diakui. Mengelola ribuan siswa dengan beragam kegiatan dalam waktu yang bersamaan bukanlah pekerjaan yang biasa dan lumrah. Hal ini diperparah, ketika banyak orang beranggapan bahwa mengerjakan kegiatan lomba seni bisa dikerjakan oleh semua orang. Naasnya lagi, orang awam yang diberi kepercayaan itupun tidak diberikan bimbingan dan arahan. Maka jadilah kegiatan ini menjadi bulan-bulanan sumpah serapah dikalangan banyak peserta yang terbiasa dan professional.
* * *
Tak terhitung lagi, berapa orang sudah yang menanyakan petunjuk teknis tentang helat nasional yang diberi nama Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) ini. Untuk perkiraan penyelenggaraan seleksi baik tingkat kota maupun provinsi di masing masing daerah bisa diperdiksi yakni dikisaran April (tingkat kota) dan Mei untuk penyelenggaraan di provinsi. Sedangkan tingkat Nasional Juni 2015 yang akan dilangsungkan di Palembang.
Sangat disayangkan, pertengahan Maret pedoman lomba FLS2N khususnya untuk Sekolah dasar (SD) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) belum juga didapatkan oleh daerah. AKankah peristiwa tahun lalu kembali terulang?. Misalnya untuk tari tingkat SD disiapkan 3 orang penari, sedangkan juknis baru mengharuskan penari itu 5 orang. Persoalan ditambahnya penari 2 orang lagi bukan hal yang sepele. Persoalan menambah 2 orang penari tidak semudah menyebutnya. Tentu kita bersepakat, bahwa proses membuat karya tari tidak sama dengan membuat pisang goreng. Itu hanya satu persoalan yang diungkap dari sekian banyak yang harus diketahui oleh calon peserta.
* * *
Pak Menteri pendidikan, kami sampaikan kepada Bapak, bahwa kegiatan FLS2N ini adalah kegiatan seni yang kami tunggu-tunggu kehadirannya. FLS2N adalah ajang pembuktian diri, dan sekolah kami Pak. Untuk itu, gawe besar ini harus lebih baik dari sebelum-sebelumnya, seperti pedoman lomba cepat dan mudah kami akses. Yang mengherankan kami Pak Menteri, kenapa kegiatan tahunan yang menasional ini tidak tergarap juga dengan baik. Agaknya FLS2N ini harus juga di Revolusi, Pak.
Bapak tau gak, kami tak sabaran ingin mendengar, melihat mimik dan komentar Bapak ketika menyaksikan beragamnya pertunjukan cerdas ala siswa Indonesia. FLS2N itu megah, Pak. Saya yakini, Bapak akan bangga, berdecak kagum dan terharu melihat kebersamaan dan keberagaman karya seni yang hadir di panggung FLS2N. Sebelum Bapak merevolusi mental kami lebih jauh, kami kabarkan kepada Bapak, kami (siswa) menjunjung tinggi dan menghargai perbedaan. Bapak gak percaya, ayo blusukan bulan Juni 2015 ke arena FLS2N di Palembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H