Mohon tunggu...
Fais Yonas Boa
Fais Yonas Boa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Peneliti

Aksara, Kopi dan kepolosan Semesta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kita, Wabah dan Tuhan

26 Oktober 2024   07:43 Diperbarui: 26 Oktober 2024   11:00 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nesis: terima kasih bro, gua jadi semangat nih untuk berdoa..setidaknya dalam pengertian kedua tadilah hahaha...btw, sekarang sepertinya orang-orang sudah banyak yang melakukan doa kali ya Nam hahaha. Ohh ya bro, saya juga sebenarnya sering kali bertanya-tanya "Tuhan dimana sih pada saat wabah menyerang manusia sebagai makhluk yang paling dicintainya?" apakah Dia sibuk menertawakan ataupun menangisi keadaan kita kali ya...saya rasa yang dilakukan orang-orang di tengah wabah dengan doa atau apapun itu yang berhubungan dengan Tuhan sekaligus ingin mengetahui sebenarnya Tuhan di mana ketika wabah menyerang makhluk yang Ia karuniai pikiran dan nurani.

Anam: gini Sis...seperti yang saya bilang tadi bahwa Tuhan itu semesta. Artinya selama manusia itu menghuni semesta atau berada dalam lingkar semesta maka ia juga berada dalam lingkaran Tuhan. Terkait pertanyaan kamu Tuhan dimana ketika wabah menyerang manusia maka saya tidak akan menjawabnya karena saya bukan asisten Tuhan ya hahaha tapi sebagai salah satu makhluk yang dikarunia akal dan nurani saya akan coba memberikan pandangan seadanya bro. Menurut gua Tuhan itu sumber eksistensi. Ia adalah sang pengada; yang membuat segala sesuatu di semesta ini ada. Banyak memang manusia yang berpikir Tuhan itu tidak ada karena Ia tidak nyata. Hal ini kita maklumi karena berangkat dari segala sesuatu di semesta yang Ia ada-kan selalu berwujud atau nyata. Tapi apakah karena Ia tidak nyata atau berwujud membuat kita menolak bahwa Ia ada? Seperti yang saya bilang tadi, Ia itu pengada atau sumber eksistensi dari segala sesuatu yang eksis atau ada. Bagi saya, bicara keberadaan Tuhan itu persis bicara pikiran dari manusia; apakah pikiran itu berwujud? Bukankan pikiran itu selalu ada, meski ia tidak berwujud? Sebenarnya menolak keberadaan Tuhan itu sama dengan menolak fakta bahwa pikiran itu sesuatu yang ada tetapi tak berwujud atau tidak nyata. Ketika ditanyakan Tuhan di mana ketika pandemi maka saya katakan Tuhan ada di tengah pandemi.

Nesis: gua sepakat soal keberadaan Tuhan sebagai pengada bro, tapi kita juga perlu berpikir kalau Dia ada di tengah wabah; apakah Ia tidak bisa membantu kita memusnahkan wabah? Saya pikir itu juga yang sangat perlu untuk kita gali lebih dalam bro. Gini Nam...bicara Tuhan di tengah wabah yang menyelimuti kehidupan manusia harus paham juga kemampuan manusia yang terberikan. Maksud saya adalah kalau kita membicarakan Tuhan dalam konteks hubungannya dengan manusia maka jangan lupa bahwa keistimewaan manusia sebagai makhluk berpikir dan bernurani adalah memiliki kehendak bebas dalam menjalani kehidupannya. Saya pikir dengan kehendak bebas itulah manusia seharusnya mampu merenungi keberadaannya di tengah wabah. Tuhan memang sudah dan akan selalu ada di dalam segala bentuk kehidupan manusia, termasuk di tengah wabah. Tapi jangan lupa bahwa ke-ada-an Tuhan itu ditentukan oleh manusia. Artinya apa? Artinya adalah Tuhan itu hadir atau tidak, berkontribusi atau tidak terhadap keadaan manusia, terutama di tengah wabah; menjadi pergulatan kita sebagai makhluk bertuhan. Menurut gua sih githu Nam...

Anam: sepakat bro...artinya manusia, wabah dan Tuhan itu tetap saja menjadi lingkaran keterhubungan tak terhingga. Peran Tuhan pada kehidupan manusia terutama di tengah wabah tentu tidak dapat diukur dengan fakta dan data. Semuanya itu dipengaruhi oleh cara kita memposisikan Tuhan pada setiap keadaan hidup kita.

Nesis: ya seperti itu bro...sebenarnya mendekatkan diri dengan Tuhan itu tidak hanya dibutuhakan pada saat wabah meradang. Tapi bagaimanapun kesalehan kita di tengah wabah sebenarnya itu hanya cara kotor kita untuk menipu keberadaan kita sebagai makhluk yang bertuhan. Dan rasa-rasanya ini bentuk kemunafikan paling nyata dari manusia terhadap sumber keberadaannya...bubar yo Nam, kita mandi dululah uda malam nih...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun