Mohon tunggu...
Fais Yonas Boa
Fais Yonas Boa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Peneliti

Aksara, Kopi dan kepolosan Semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Bunuh Diri

25 Agustus 2022   01:01 Diperbarui: 25 Agustus 2022   01:13 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika anda tidak lagi mampu membayar cicilan dari berbagai pintu pinjaman itulah yang membuat anda berada dalam kebuntuan; situasi yang mana anda seperti mentok dengan keadaan. Begitu pula dengan masalah lain seperti percintaan. Ketika anda terjebak di dalam situasi yang mana anda tidak lagi dapat menghadapi kenyataan bahwa putus cinta sebagai konsekuensi logis dalam hubungan percintaan, maka anda berada dalam kebuntuan.

Situasi dan keadaan kita yang mentok tersebut kemudian membuat kita pasrah dengan keadaan. Kepasrahan ini kemudian membawa kita pada ketakberdayaan. Ketakberdayaan merupakan keadaan diri yang mana kita tidak lagi mampu melakukan apapun untuk bisa keluar dari kenyataan pahit yang dihadapi. Dalam keadaan seperti ini, sikap putus asa pasti tak terhindarkan lagi. Rangkaian keadaan-keadaan seperti inilah yang membuat seseorang memilih jalan pintas untuk bunuh diri.

Takdir dan Kebebasan

Kematian adalah sebuah kepastian, meski waktu kematian adalah misteri yang kita sebut sebagai takdir (ketetapan ilahi). Namun, bagaimana kalau kita menentukan takdir kita sendiri dengan bunuh diri?Apakah itu sebagai bentuk melawan takdir?

Setiap manusia tahu dan sadar bahwa takdir melekat dalam dirinya sejak ia memiliki kesadaran akan keberadaannya sebagai manusia. Takdir dapat dikatakan sebagai sesuatu kenyataan yang tidak dapat dielak; ketetapan yang tidak direncanakan. Bicara takdir selalu berkaitan dengan kehidupan yakni soal hidup dan mati. Banyak dari kita yang berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita merupakan ketetapan ilahi. Tidak heran ketika kita melihat seseorang sukses maka kita katakan itulah takdir hidupnya.

Begitu pula ketika seseorang mati karena konsumsi narkoba maka kita katakan itulah takdirnya. Sebenarnya bicara takdir cukup absurd kalau menggunakan kacamata kuda akal sehat. Akan tetapi, hal yang wajar jika menggunakan berbagai sudut pandang; agama, adat dan budaya. Kejadian bunuh diri akan menjadi ujian bagi keyakinan kita akan takdir kehidupan. Mengapa dikatakan demikian? Bunuh diri adalah kematian yang direncanakan dan bukan ketetapan ilahi. Pertanyaannya sekarang adalah apakah bunuh sebagai bentuk melawan takdir?

Menurut keterbatasan pengetahuan saya, bunuh diri bukanlah upaya untuk melawan takdir kehidupan. Kematian dengan membunuh diri sendiri adalah atas kehendak bebas atau kebebasan manusia atas hidupnya. Seperti yang dikatakan seorang filsuf eksistensialisme Prancis, Jean Paul Sartre “manusia dikutuk untuk bebas”. Akibatnya manusia selalu bebas untuk melakukan apa saja atas dirinya sendiri. Barangkali juga untuk bunuh diri.

Kebebasanlah yang membuat pelaku bunuh diri merencanakan dan mewujudnyatakan tindakan mengakhiri hidupnya. Jadi, di dalam kebuntuan dan ketakberdayaannya pelaku bunuh diri akan menggunakan kebebasannya untuk menyudahi segala macam problematika hidup dengan mengakhiri hidup yang ia miliki. Bukankah tindakan seperti ini sebagai bentuk mensia-siakan hidup?

Hidup Butuh Pertanggungjawaban

Bunuh diri adalah tindakan pengecut yang dilakukan oleh seseorang yang sadar bahwa hidup sebagai sebuah pemberian. Lebih dari itu, ketika kita bunuh diri maka itu karena kita tidak mau bertanggungjawab atas hidup yang kita miliki.

Saya menganggap sebagian besar dari kita sepakat untuk menyatakan hidup adalah pemberian. Tentu juga kita sepakat bahwa setiap pemberian pasti menuntut pertanggungjawaban. Begitu pula soal hidup yang kita miliki. Sebagai sebuah pemberian maka sudah sepatutnya kita bertanggungjawab atas hidup kita. Terutama pula, pertanggungjawaban atas hidup kita sebenarnya semata-mata untuk diri kita sendiri. Atas dasar itu, mengakhiri hidup dengan bunuh diri bukanlah bentuk tanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun