Fenomena manusia silver di Sidoarjo semakin marak dan telah menjadi pemandangan umum di berbagai sudut kota. Salah satu pemandangan tersebut terdapat di perempatan Jalan Raya A.Yani Gedangan. Sekadar informasi, perempatan Gedangan menjadi salah satu titik terparah kemacetan yang ada di Sidoarjo. Banyak pengendara yang merasa risau jika sudah memasuki wilayah ini, terlebih lagi saat jam pulang kantor tiba.Â
Manusia silver merupakan sebutan bagi mereka yang mengecat seluruh tubuhnya dengan warna perak, biasanya dengan cat semprot atau cat minyak, lalu mengamen di jalanan untuk mendapatkan uang. Aksi mereka biasanya hanya mematung di tengah jalan hingga lampu lalu lintas berubah warna atau gerakan hormat layaknya seorang prajurit.Â
Fenomena manusia silver ini tidak muncul begitu saja. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab utama maraknya manusia silver di Sidoarjo. Salah satu faktor utama adalah tingginya angka pengangguran dan kemiskinan. Hal tersebut dilakukan demi keberlangsungan hidup mereka sehari - hari. Menjadi manusia silver dianggap sebagai pilihan terakhir oleh sebagian orang yang merasa terpinggirkan dari arus utama ekonomi.
Sidoarjo merupakan kota yang sedang berkembang dengan pesatnya industrialisasi dan urbanisasi, dengan munculnya manusia silver menandakan adanya kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Mereka yang terpaksa menjadi manusia silver sering kali berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi yang lemah, rendahnya tingkat pendidikan, dan minimnya keterampilan yang dapat diandalkan untuk mendapatkan pekerjaan formal.Â
Kehadiran manusia silver di Sidoarjo juga menuai kontroversi di kalangan masyarakat. Ada yang menganggap mereka sebagai seniman jalanan yang menarik dan menghibur disaat menunggu lampu lalu lintas berganti warna.Â
Namun, ada juga yang melihat mereka sebagai pengamen yang mencari uang dengan cara yang tidak konvensional.Â
Salah satu kalangan legislatif juga menyoroti fenomena dari maraknya manusia silver di jalanan Sidoarjo, khususnya perempatan Gedangan. Anggota Komisi D DPRD Sidoarjo Aditya Nindyatman mendesak pemkab melalui dinas untuk segera mengatasi masalah ini. Dia mengatakan, Sidoarjo telah memiliki Peraturan Daerah yang mengatur dengan tegas dan solutif untuk mengatasi fenomena tersebut. "Jika masalah ini tidak segera diselesaikan, maka dampak sosial yang ditimbulkan akan sulit diatasi," katanya.Â
Menurutnya, hal ini merupakan dampak dari pandemi covid yang menghantam perekonomian masyarakat sehingga banyak yang terpaksa menjadi manusia silver ataupun anak jalanan. Dalam menangani hal tersebut, penting peran pemerintah untuk dapat menanganinya.Â
Solusi untuk masalah ini tidaklah sederhana. Dibutuhkan pendekatan yang komprehensif, melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Berikut beberapa solusi yang dapat dilakukan :Â
1. Pemberdayaan Ekonomi dan Pelatihan KeterampilanÂ
Salah satu alasan mengapa manusia silver muncul adalah untuk mencari penghasilan. Pemerintah dapat membantu dengan mengembangkan alternatif ekonomi bagi mereka, seperti memberikan pelatihan keterampilan atau membantu mereka dalam mencari pekerjaan yang lebih stabil. Hal ini dapat membantu mengurangi ketergantungan mereka pada pengamen jalanan.Â
2. Peningkatan Akses terhadap Layanan SosialÂ
Manusia silver sering kali berasal dari kelompok masyarakat yang terpinggirkan dan tidak memiliki akses ke layanan sosial yang memadai, seperti pendidikan, kesehatan, dan bantuan sosial. Pemerintah daerah perlu memastikan bahwa
program-program bantuan sosial menjangkau mereka yang benar-benar membutuhkan. Ini bisa dilakukan dengan cara memperbaiki sistem pendataan dan penyaluran bantuan, serta memastikan bahwa informasi tentang layanan sosial tersedia dan mudah diakses.Â
3. Peningkatan Kesadaran Masyarakat
Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena manusia silver, seperti mengadakan kampanye sosial yang menyadarkan dan mengedukasi masyarakat tentang realitas di balik fenomena manusia silver. Kampanye ini bisa dilakukan melalui media sosial, seminar, atau program televisi lokal. Diharapkan masyarakat bisa memberikan bantuan dalam bentuk yang lebih produktif atau berkontribusi pada program-program sosial yang ada.Â
4. Penguatan Kebijakan dan Penegakan HukumÂ
Pemerintah daerah perlu memperkuat penegakan hukum terkait pengamen jalanan, termasuk manusia silver. Namun, pendekatan ini harus dilakukan dengan bijak, tanpa mengabaikan sisi kemanusiaan. Selain memberikan sanksi bagi yang melanggar aturan, pemerintah juga perlu menyediakan alternatif bagi mereka, seperti penempatan di rumah singgah atau program rehabilitasi yang membantu mereka kembali ke kehidupan yang lebih produktif.Â
Pada akhirnya, fenomena manusia silver di Sidoarjo bukan hanya masalah individu yang mencoba bertahan hidup, melainkan cerminan dari masalah sosial yang lebih besar. Kesadaran kolektif dan tindakan nyata diperlukan untuk mengatasi akar masalah ini dan memberikan kesempatan yang lebih baik bagi semua orang untuk merasakan kehidupan yang layak.
Sumber:Â
Liputan Jatim.com, (2022, Juni 9), Fenomena Manusia Silver: Antara Bertahan Hidup atau Malas Bekerja, https://www.liputanjatim.com/fenomena-manusia-silver-antara-bertahan-hidup-atau-malas-bekerja/
Radar Sidoarjo, (2023, Juni 26), Manusia Silver di Sidoarjo Kembali Marak, Desak Penanganan Segera, https://radarsidoarjo.jawapos.com/kota-delta/851359474/manusia-silver-di-sidoarjo-kembali-marak-desak-penanganan-segera
Sidoarjo News, (2022, Maret 16), Mengenal "Manusia Silver" di Jalanan Sidoarjo, Dipalak Preman hingga Sembunyi dari Kejaran Satpol PP, https://sidoarjonews.id/mengenal-manusia-silver-di-jalanan-sidoarjo-dipalak-preman-hingga-sembunyi-dari-kejaran-satpol-pp/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H