Peran tradisi juga sangat mendukung jalinan komunikasi yang baik terhadap kedua belah pihak. Terlihat adanya tradisi  dan budaya ngejot yang dilakukan masyarakat asli Bali setiap perayaan Hari Raya Besar umat beragama. Tradisi ngejot memiliki arti memberi sesuatu berupa makanan kepada lingkungan sekitarnya.Â
Tradisi ngejot dilestarikan dalam kehidupan bermasyarakat penduduk pendatang (Jawa-Muslim) dan penduduk asli (Bali-Hindu) hal ini sangat berpengaruh dalam hal menjaga keharmonisan dan rasa keterikatan serta dapat semakin mempererat rasa persaudaraan antara satu dengan yang lainnya.
Tentunya hal-hal baik seperti ini harus dilestarikan agar perilaku toleransi antar budaya terus berkembang dan membuat suasana penduduk pendatang dan penduduk asli akan terus terjalin dengan baik.Â
Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk terus menjaga toleransi dan sikap menghargai antar budaya yaitu seperti (1) Selalu mau membantu satu sama lain tanpa melihat latar belakang budaya, (2) Tidak saling menjatuhkan antar budaya, menghargai dan menghormati budaya-budaya lain yang ada di Indonesia, (3) Saling menjalin kebersamaan dengan budaya lain yang ada di lingkungan sekitar kita. Dengan kesadaran diri yang tinggi mengenai cara berinteraksi dengan kelompok budaya yang berbeda maka akan menghasilkan perilaku toleransi antar budaya yang akan membantu berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Â
REFRENSI:
Antara, P. J., Joni, D. A., & Pascarani, N. N. (n.d.). Stereo`tip Penduduk Pendatang di Bali: Analisis Framing terhadap harian Bali Post. 1-16.
Hadiono, A. F. (2017). Komunikasi Antar Budaya. Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam, 8(1), 136-159.
Srikandi, M. B. (2016). Komunikasi Antar Budaya Penduduk Pendatang dengan Penduduk Asli (Studi Kasus di Dusun Wanasari Kota Denpasar Provinsi Bali).