Mohon tunggu...
fayruuzalsya
fayruuzalsya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Alazhar Indonesia

MC

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Islam terhadap Anak Berkebutuhan Khusus: Tunanetra

29 Januari 2024   23:47 Diperbarui: 29 Januari 2024   23:49 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam dunia yang terus berkembang ini, kita sering kali terlarut dalam kesibukan tanpa menyadari keberagaman luar biasa yang menghiasi kehidupan kita. Kali ini, mari bersama-sama memperluas pandangan kita melalui perjalanan mini riset yang memaparkan pemahaman masyarakat terhadap Tunanetra. Dari definisi yang kadang disalahpahami hingga jenis pendidikan yang mendukung inklusivitas, serta cara berkomunikasi yang unik, mari kita bersama-sama menggali kekayaan pengalaman dan perspektif. Sambil melibatkan konsep disabilitas dalam Islam, kita juga akan merenungkan bagaimana ilmu psikologi dan pendidikan anak berkebutuhan khusus dapat memberikan cahaya baru pada dunia Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Mari kita membuka mata dan hati kita untuk membangun masyarakat yang inklusif.
Dalam tulisan ini saya menggali tiga tema hasil mini riset, yakni persepsi definisi Tunanetra, persepsi jenis pendidikan, dan cara berkomunikasi. Setelah satu semester mempelajari psikologi dan pendidikan anak berkebutuhan khusus saya dapat merefleksikannya dalam tulisan ini. Mengenai pandangan masyarakat terhadap definisi Tunanetra, kajian menunjukkan bahwa seringkali masih terdapat stereotip dan kurangnya pemahaman mendalam. Jika masyarakat ditanya "Tunanetra itu apa?" Mayoritas menjawab "ya itu orang buta". Mari kita telaah lebih dalam. Tunanetra berasal dari kata tuna yang berarti rusak atau rugi dan netra yang berarti mata. Jadi tunanetra yaitu individu yang mengalami kerusakan atau hambatan pada organ mata.
Selain itu tunanetra juga diartikan sebagai seseorang yang sudah tidak mampu memfungsikan indra penglihatannya untuk keperluan pendidikan dan pengajaran walaupun telah dikoreksi dengan lensa. Jadi kalau ditanya tunanetra itu apa, Kita bisa jawab dengan definisi yang lengkap diatas yaa.
Dalam konteks pendidikan, pandangan mengenai jenis pendidikan untuk Tunanetra dapat beragam. Penelitian menunjukkan perlunya penyesuaian kurikulum dan metode pembelajaran agar inklusivitas dapat tercapai. Hal tersebut dapat disandingkan dengan pemahaman psikologi dan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang saya peroleh selama satu semester, menciptakan sinergi antara teori dan aplikasi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa tunanetra dengan berkurangnya fungsi atau ketidakfungsian indra penglihatan seseorang untuk melihat bayangan benda dalam aktivitas sehari-hari sehingga membutuhkan pendidikan khusus guna mendukung aktivitas belajarnya.
Cara tunantera berkomunikasi bukan hanya melalui kata-kata, tetapi juga melalui bahasa tubuh, sentuhan, dan teknologi bantu. Dengan itu, teman-teman jangan lupa menyapa teman tunanetra yaa!

Tunanetra dalam pandangan islam
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh seseorang niscaya punya suatu derajat di sisi Allah yang tidak akan dicapainya dengan amal, sampai ia diuji dengan cobaan di badannya, lalu dengan ujian itu ia mencapai derajat tersebut." (Abu Daud)
Keterbatasan fisik memang merupakan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada hamba-Nya, namun,  sesuai dengan  hadis di atas ujian inilah, derajat kemuliaan yang tidak bisa dicapai hanya dengan amal akan diberikan. Tentunya, konsep ini dapat dikaitkan dengan pemahaman Islam tentang kerentanan dan perlunya perlakuan adil terhadap semua individu.
Dalam Quran Surah An-Nur:61

 

"Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu..." (An Nur: 61)

Dalam potongan Surat An Nur ayat 61 di atas, ditegaskan bagaimana Islam menganggap sama dan setara orang-orang yang dengan keterbatasan fisik dengan orang-orang lainnya. Islam mengecam sikap diskriminatif terhadap penyandang disabilitas. Lebih lagi, sikap diskriminatif termasuk kesombongan dan akhlak buruk. Sebagaimana Keputusan Muktamar NU Ke-30 tahun 1999 di Kediri menjadi landasan atas penghargaan dan perlindungan terhadap hak-hak penyandang disabilitas sekaligus menegasi sikap dan tindakan diskriminatif terhadap mereka. Islam memandang semua manusia adalah setara. Yang membedakannya adalah tingkat ketakwaannya. Tak terkecuali bagi para penyandang disabilitas. Mereka berhak mendapat perlakuan manusiawi dan layanan fasilitas, terutama fasilitas beribadah, bagi keterbatasan yang mereka alami.

Berikut  ini hadits yang  mengabarkan kemuliaan bagi penyandang tunanetra
. ( )

Allah berfirman: Siapa yang aku hilangkan kedua penglihatannya kemudian dia bersabar dan meminta pahala maka aku tidak rela kalau dia mendapat pahala selain surga.

Pengalaman belajar selama satu semester membuka mata saya terhadap kekayaan potensi yang dimiliki oleh anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya Tunanetra. Gagasan inklusivitas pendidikan mencuat, di mana pendekatan personalisasi menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan unik setiap individu.
Dalam mengeksplorasi pandangan terhadap Tunanetra, saya menemukan bahwa melalui inklusivitas, kita dapat meresapi keindahan perbedaan dan menghapus batasan yang mungkin dibuat oleh masyarakat. Dengan menerapkan sikap peduli dan merasa sama terhadap teman tunanetra. Yang menarik adalah pemahaman baru saya mengenai bagaimana Islam memandang teman-teman dengan kebutuhan khusus. Islam menekankan pentingnya empati, keadilan, dan dukungan terhadap individu yang mungkin menghadapi tantangan khusus dalam hidupnya.
Dalam menghadapi realitas ini, saya merasa memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi dalam membentuk masyarakat inklusif. Ini mencakup penyebarluasan pemahaman positif, dukungan terhadap para penyandang tunanetra, dan partisipasi aktif dalam membangun lingkungan yang ramah terhadap semua.
Dengan mencampurkan hasil mini riset, kajian literatur, dan refleksi pribadi, tulisan ini berusaha membuka mata pembaca terhadap keberagaman yang melibatkan Tunanetra. Dengan pengetahuan ini, diharapkan dapat membangun masyarakat yang lebih turut berperan dan adil terhadap teman-teman disabilitas yang di temu sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun