Anak merupakan anugrah berharga yang diberikan tuhan kepada setiap orang tua. Mempunyai anak yang sehat dan sempurna merupakan harapan yang sangat dinantikan oleh orang tua,karena anak dapat menjadikan harmonis dan bahagianya suatu keluarga.Â
Oleh karena itu sering kita jumpai pasangan suami istri yang bercerai karena mereka tidak bisa memiliki keturunan atau orang tua tidak bisa menerima anak mereka yang kekurangan fisik atau memiliki keterbelakangan mental. Salah satu contoh dari anak yang memiliki kekurangan atau menderita keterbelakangan mental adalah autisme.
Autisme merupakan gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah timbul sebelum anak itu mencapai usia tiga tahun. Penyebab autisme sendiri adalah gangguan neurobiologis berat yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif (Yayasan Autisme indonesia).
Kebiasaan anak-anak autis sangat terganggu secara fisik maupun mental, bahkan seringkali menjadi anak-anak yang terasing dari lingkungannya dan hidup dalam dunianya sendiri dengan berbagai gangguan mental dan perilaku.Â
Perilaku ini biasanya mereka sering bersikap semaunya sendiri dan  tidak mau diatur, perilaku yang tidak terarah (mondar- mandir, lari- lari, manjat- manjat, berputar putar, lompat- lompat, teriak-teriak, agresif, menyakiti diri sendiri, tantrum (mengamuk), susah untuk konsentrasi, memiliki perilaku refetitif atau berulang- ulang.
Seringkali orang tua tidak menyadari bahwa mereka memiliki anak autis, biasanya orang tua baru menyadari ketika melihat anaknya mempunyai perbedaan dengan anak-anak yang lainnya. Orang tua harus bisa menyadari kenyataan bahwa anak mereka memiliki gejala autis atau keterbelakangan mental sehingga disana akan tumbuh rasa kasih sayang lebih, perhatian yang lebih mendalam antara orang tua untuk anaknya.
Menurut Handojo dalam bukunya yang berjudul "Autisme : Petunjuk Praktis & Pedoman Materi untuk Mengajar Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain" , beberapa karekteristik dari perilaku autisme pada anak-anak antara lain :
- Bahasa/ komunikasi
a. Anak yang menderita autisme biasanya memiliki ekspresi wajah yang datar
b. Tidak menggunakan bahasa /isyarat tubuh
c. Jarang memulai dengan komunikasi
d. Tidak meniru tindakan atau suara
e. Sedikit bicara, atau tidak sama sekali
f. memiliki intonasi atau ritme vokal yang aneh
g. Terlihat seperti tidak mengerti arti kata
h. Mengerti dan menggunakan kata secara terbatas
- Hubungan dengan orang
a. Tidak responsif
b. Tidak ada senyum sosial
c. Tidak bosa berkomunikasi dengan mata
d. memiliki kontak mata terbatas
e. Asyik bila dibiarkan sendiri
f. Tidak suka permainan giliran
g. Menggunakan tangan orang dewasa sebagai alat
- Hubungan dengan lingkungan
a. Bermain refetitif (diulang-ulang)
b. Marah atau tidak menghendaki perubahan-perubahan
c. Berkembangnya rutinitas yang kaku
d. Memperlihatkan ketertarikan yang sangat tak fleksibel
- Respon terhadap indera/ sensoris
a. Kadang panik terhadap suara-suara tertentu
b. Sangat sensitif terhadap suara
c. Bermain-main dengan cahaya dan pantulan
d. Memainkan jari-jari di depan mata
e. Menarik diri ketika disentuh
f. Tertarik pada pola dan tekstur tertentu
g. Sangat interaktif atau hiperaktif
h. Seringkali memutar-mutar, membentur-bentur kepala, menggingit pergelangan
i.Melompat-lompat atau mengepak-ngepakan tangan
j. Tahan atau berespon aneh terhadap nyeri
- Kesenjangan perkembangan perilaku
a. Kemampuan kemungkinan sangat baik atau sangat terlambat
b. Mempelajari keterampilan namun tidak sesuai urutannya, misalnya membaca tapi tisak mengerti artinya
c. Menggambar secara rinci tapi tidak bisa mengancing baju
d. Pintar mengerjakan puzzle, peg, tapi tidak bisa atau sulit untuk mengikuti perintah
e. Berjalan di usia normal, tetapi terlambat dalam berkomunikasi
f. Lancar meniru suara, tetapi sulit berbicara dari diri sendiri
g. Suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tapi tidak di lain waktu
Menurut Handojo dalam bukunya yang berjudul "Autisme : Petunjuk Praktis & Pedoman Materi untuk Mengajar Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain" menyatakan bahwa penyebab autisme ini bisa terjadi pada saat kehamilan.Â
Pada saat tri semester pertama, faktor pemicu biasanya terdiri dari ; infeksi (toksoplasmosis, rubella, candida, dsb), keracunan logam berat, zat aditif (MSG, pengawet, pewarna), ataupun obat-obatan lainnnya.Â
Selain itu, ini juga bisa disebabkan kanerna tumbuhnya jamur yang berlebihan di usus anak sebagai akibat pemakaian antibotika yang berlebihan, yang mznz hal ini dapat menyebabkan kebocoran usus (leaky-gut syndrome) dan menyebabkan tidak sempurnanya pencernaan kasein dan gluten.Â
Selain itu mengkonsumsi seafood ketika hamil juga dapat meningkatkan resiko anak terkena gangguan autisme, karena saat ini lautan kit6a sudah tercemar sehingga menyebabkan binatang yang hidup dilaut mengandung merkuri, yang mana seperti yang kita ketahui kadar merkuri mudah sekali memicu autisme, maka oleh karena itu ibu-ibu hamil disarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan laut pada saat hamil.Â
Secara neurobiologis diduga terdapat tiga lokasi yang berbeda dengan mekanisme yang berbeda yang dapat menyebabkan autisme yakni :
- Gangguan fungsi mekanisme kortikal menyeleksi atensi, hal ini diakibatkan karena adanya kelainan pada proyeksi asending dari serebelium dan batang otak.
- Gangguan fungsi mekanisme limbic untuk mendapatkan informasi, misalnya daya ingat.
- Gangguan pada proses informasi oleh korteks asosiasi dan jaringan pendistribusiannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H