Mohon tunggu...
faiqotul himmah
faiqotul himmah Mohon Tunggu... -

Ilmu tidak untuk dikejar bak nilai, tapi ilmu itu untuk diraih dan diamalkan. Karena Ilmu yang berkah akan menjadikan iman yang berkah juga

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Si Cantik Balon Gas Ternyata Bisa Merusak Ekosistem Laut

3 Februari 2016   12:39 Diperbarui: 3 Februari 2016   13:11 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sekarang, balon adalah salah satu benda terfavorit dikalangan wanita dan anak-anak. Selain itu, balon juga sering kali digunakan sebagai simbol pembukaan ataupun pelepasan dalam suatu acara-acara besar. Dalam kehidupan sehari-hari, balon juga kerap kali di golongkan dalam salah satu benda romantis yang dikaitkan dengan coklat dan mawar. Oleh sebab itu, balon juga biasa digunakan di acara pernikahan sebagai simbol melepas masa lajang dengan melepaskannya ke langit.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kerusakan ekosistem laut akibat balon gas, sebaiknya kita mengenal lebih dulu apa sih "balon" itu?

"karena, Taukah Kamu??"

Balon pertama kali ditemukan oleh Michael Faraday pada tahun 1800-an. Yakni sebuah kantung fleksibel yang terbuat dari bahan semacam karet, lateks, chloroprene dan nilon. Umumnya, balon berisikan gas seperti helium, hidrogen, nitrogen monoksida dan udara. 

Memang tidak banyak orang tahu, bahwa sebenarnya dibalik keindahan warna warni balon menyimpan sebuah bahaya tersendiri bagi sebagian makhluk di bumi. Karena, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat balon tergolong dalam bahan yang sulit terurai. Tidak hanya balon, gas yang biasa digunakan untuk mengisi balon seperti gas helium juga sangat berbahaya karena helium tergolong gas monoatomik yang paling tidak larut dalam air.

Karena penjelasan diatas, maka banyak dilakukan observasi lingkungan di negara Amerika untuk mengetahui efek kontak langsung yang ditimbulkan balon gas dan lingkungan sekitar. Hasil observasipun sangat mengejutkan, ternyata setiap balon gas yang dilepaskan mempunyai kemampuan terbang tinggi keatas langit sehingga mudah tertiup oleh angin. Yang mana, arah angin selalu cenderung mengarah ke laut lepas. 

Namun, muncul pertanyaan kembali, "Kapan balon gas itu akan jatuh?". Balon akan jatuh dengan sendirinya ketika gas (seperti helium dll) di dalam balon sudah habis. Bahayanya adalah jika balon jatuh ke laut lepas, selain mencemari ekosistem bawah laut, lama kelamaan balon akan berubah warna menjadi bening dan hampir menyerupai ubur-ubur.  

Perubahan wujud balon inilah yang mengakibatkan banyaknya hewan laut seperti penyu dan ikan-ikan terkecoh, karena mengira bahwa balon itu adalah ubur-ubur atau mengira bahwa itu adalah makan mereka. Akibatnya, balon yang sudah masuk kedalah perut hewan laut akan sulit terurai dan mempengaruhi proses reproduksi hewan tersebut. Hal ini terbukti dari penemuan para ahli fisiologi hewan yang mencari tahu penyebab banyaknya penyu cacat yang menetas diarea pantai. setelah diselidiki, ternyata ditemukan sobekan balon didalam kebanyakan perut penyu dewasa.

Singkat cerita, efek yang akan ditimbulkan akibat penggunaan balon gas yang tidak tepat, seperti pelepasan balon gas ke langit akan mengakibatkan kerusakan, bahkan kepunahan biota laut.

Penemuan ini cukup mendasari larangan keras melepas balon ke udara seperti yang sudah ditetapkan di negara-negara seperti New South Wales Australia, Playmouth City Inggris, Lancaster di Florida, California dan Texas dan beberapa negara lainnya di Eropa yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar menuju bumi yang lebih terjaga, indah dan sehat.

di Negara tetangga aja udah sadar, Indonesia kapan??

Yuk, Mulai dari diri sendiri..

Benahi diri dan mulai menjaga lingkungan sekitar ya.. STOP nglakuin kebiasaan melepas balon ke langit juga..

dan jangan lupa, ingatkan juga orang-orang disekitar kita agar lebih mencintai bumi kita

salam.. semoga bernmanfaat.. *(^_^)*

LOVE THE EARTH? YOU MUST SAVE THE EARTH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun