Mohon tunggu...
Muhammad Faiq Haqqoni
Muhammad Faiq Haqqoni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pencari Ilmu sepanjang ruh masih di badan

Tafakur, Tadabbur, Tasyakur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Memahami Konsep Gerhana dan Relevansi Keharusan Berpikir Secara Islami

8 November 2022   20:50 Diperbarui: 8 November 2022   20:55 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerhana dalam Sains

Gerhana adalah fenomen alam yang menarik untuk diamati dan dicermati yang rutin terjadi, secara umum fenomena gerhana ini adalah sebuah peristiwa antariksa yang terjadi akibat terhalangan cahaya dari sebuah sumber dari benda lainnya. Maka peristiwa gerhana merupakan tanda Kebesaran dan Keesaan Allah bagi orang-orang yang mau mempergunakan akalnya, sehingga kita bisa mengambil i'tibar dari setiap peristiwa dan kejadian lainnya disekitar.

Dalam fenomena gerhana ini dapat dijelaskan dalam dua pandangan, yakni Islam dan Sains, dari segi sains hal ini dapat dijabarkan secara mudah dan terukur, karna perkembangan zaman yang semakin canggih saat ini bisa memprediksi dan mengafirmasi segala kejadian-kejadian alam berdasarkan kacamata sains. Baik itu gerhana matahari yang terjadi ketika bulan berada diantara bumi dan matahari menyebabkan bayangan bulan menutupi permukaan bumi maupun gerhana bulan yang menjadi oposisi dari fenomen diatas. 

Disiplin ilmu yang membahas permasalahan ini dalam pandangan sains adalah ilmu astronomi yang membahas segala benda-benda dilangit, walaupun ilmu ini memiliki cangkupan yang luas karna masih ada cabang ilmu dari astronomi seperti astrofisika yang mempelajari sifa-sifat fisika fenomena dan objek di jagat raya, walau terkadang penamaan astrofisika ini melebur dengan astronomi disaat ini, kemudian ada cabang ilmu kosmologi yang membahas hubungan antara ruang dan waktu terhadap alam semesta, asal-usul dan struktur dari ruang dan waktu yang saling berkaitan dengan alam semesta dengan filosofisnya.

Artinya secara sains fenomena alam ini dapat terakomodir secara terstruktur terlepas dari berbagai macam cabang ilmu yang ada. Di dalam peradaban Islam pun ada ilmu yang mempelajari tentang benda-benda langit yang dikenal dengan ilmu falak, walaupun ada sebagian kalangan yang membantah bahwa berbeda antara ilmu astronomi dan ilmu falak, karna astronomi mengkaji antariksa secara luas dan menyeluruh sedangkan ilmu falak hanya terbatas dalam mengkaji benda langit (matahari, bulan, masa edar) hanya untuk keperluan ibadah umat muslim semata. Bahkan ada yang mengatakan bahwa ilmu falak hanyalah ilmu astronomi yang telah di islamkan, namun pernyataan inipun juga mendapatkan bantahan, bila falak hanya sebatas untuk ibadah semata lalu bagaimana dengan definisi yang telah Allah sampaikan di dalam Al-Qur'an?

Bila kita menelitik secara komprehensif lagi bahwa Falak berasal dari term Al-Qur'an. Di dalam Al-Qur'an ada kata falak yang tulisannya sama dan ada yang hurufnya berdekatan pula, namun berbeda cara baca dan maknanya, misalnya : ( ) dibaca falak yang memiliki arti garis edar dalam Al-Qur'an surat 21 ayat 33 dan surat 36 ayat 40. Kemudian () dibaca fulk yang memiliki arti kapal dalam Al-Qur'an surat 11 ayat 37, dan terakhir () dibaca falaq yang bermakna waktu subuh dalam Al-Qur'an surat 113 ayat 1. Kata falak disini merujuk kepada definisi yang pertama diatas () yaitu garis edar atau poros edar benda langit.

Walaupun demikian dalam literatur klasik ada yang berpendapat bahwa ilmu falak disamakan dengan ilmu nujum, namun para ahli falakiyah berpendapat lain bahwa ilmu nujum jelas berbeda dengan ilmu falak. Karna falak adalah ilmu pasti sedangkan nujum ilmu terkaan yang tidak bersumber, seperti kita kenal cabang ilmu nujum ada ilmu hisab (hitung), ilmu miqat (ilmu waktu), ilmu rashd (ilmu amati), ilmu hay'an (gerak benda), ilmu-ilmu ini yang sering digunakan untuk meramal atau bahasa saat ini kita kenal dengan ramalan zodiak.

Gerhana dalam Perspektif Islam

Sebagian dari kita sering kali salah paham, begitu kata "ayat-ayat Allah" disebutkan maka yang tergambar hanya tulisan-tulisan Al-Qur'an semata. Padahal, Allah menciptakan ayat bukan semata huruf-huruf atau lafal-lafal suci. Ayat secara bahasa berarti tanda. Apa itu tanda? Tanda adalah sarana yang dianggap representasi dari kehadiran sesuatu. Allah menciptakan tanda akan keberadaan Diri-Nya bukan melalui Al-Qur'an saja. Alam semesta dan diri kita pun adalah bagian dari tanda alias ayat-Nya.

Sebagian besar dari kita sering salah paham bahwa ketika kata "ayat-ayat Allah" disebutkan, hanya kepada kontekstual Al-Qur'an yang digambarkan semata. Faktanya, Allah menciptakan ayat bukan semata dianggap suara ilahi atau representatif dari kehadiran sesuatu ciptaan-Nya. Melainkan Allah memberikan tanda akan keberadaan Diri-Nya bukan sekedar tertuliskan di Al-Qur'an, melainkan juga dengan penciptaan Alam semesta dengan berbagai macam kerahasian besar di dalamnya. Matahari, bulan, bintang, gunung, lautan, gugusan tata surya, angin, udara, bahkan kita sebagai manusia adalah bagian dari puisi semiotik-Nya, yang demikianlah menjadi suatu afirmasi akan adanya Tuhan yang Maha Besar dan Esa dalam kehidupan ini. Allah subhanahu wata'ala berfirman:


Artinya : "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" [QS. Fussilat : 53]

Akhirnya kita memahami bahwa di dalam Al-Qur'an terdapat 2 model tafsir ayat, yakni ayat qauliyah dan ayat kauniyah. Ayat qauliyah adalah tanda-tanda kebesaran Allah berupa firma-Nya yang bisa kita baca dan ucapkan, sementara ayat kauniyah adalah sebagai bentuk realitas ciptaan atas pembenaran segala ucapan Allah. Allah subhanahu wata'ala berfirman:


Artinya : "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal" [QS. Ali-Imran : 190]

            Kaitannya dengan gerhana, inipun bisa kita temui dalam Al-Qur'an beberapa ayat yang menerangkan terkait fenomena alam : surat saba' (34) : 9, Al-Mulk (67) : 16, Asy-Syu'ara (26) : 187, At-Tur (52) : 44, Al-Qiyamah (75) : 8-9. Beberapa contoh fenomena Kekuasaan-Nya yang tertulis dalam kitab-Nya.

Ungkapan "wa khasafa al-qamar" dalam Surat Al-Qiyamah ayat 8, dimaknai oleh al-Baghawi secara relasional/kontekstual sebagai gelap dan hilangnya cahaya Bulan. Walaupun menurut Ibnu Katsir, konteks umum ayat tersebut adalah fenomena yang terjadi pada hari kiamat. Namun demikian, al-Qurthubi memberikan isyarat bahwa selain terjadi di akhirat, khasafa al-qamar (gerhana Bulan) dapat terjadi pula di dunia.

Selain ayat-ayat tentu banyak hadits yang berbicara mengenai gerhana, dan bila kita membaca mitos sejarah klasik, gerhana ini telah biasa dialami oleh umat-umat zaman terdahulu hanya saja keterbatas ilmu dan teknologi yang menjadikan pemahaman ini menyesatkan, maka banyak peradaban kuno yang membuat tarikh masing-masing terkait fenomena gerhana, berikut beberapa mitos mengenai gerhana :

  • Di Cina memiliki keyakinan ada naga besar yang sedang marah dan tidak terlihat oleh mata sedang memakan matahari.
  • Di Jepang bahwa gerhana terjadi karna ada racun yang disebar dibumi, maka orang-orang ketika gerhana menutup semua sumur-sumur
  • Di Jawa bila terjadi gerhana maka akan ada bencana besar atau bala'  bagi orang-orang yang tidak mau menghalau gerhana tersebut.
  • Bila terjadi pada bulan Robiul Akhir -seperti saat ini- akan ada wabah penyakit yang menimpa orang-orang miskin dan lemah di suatu negara, atau
  • Dahulu zaman arab jahiliyah, bila terjadi gerhana makan akan ada kejadian-kejadian tertentu, seperti kematian atau kelahiran, ini keyakinan yg menjadi warisan turun-temurun sehingga menjadi kepercayaan umum pada zaman itu.

Bahkan ketika di zaman Rosululloh terjadi gerhana yang bertepatan dengan meninggalnya putra beliau yakni Ibrahim, sebagian sahabat masih menganggap itu sebagai sebuah keyakinan. Oleh karna itu, Rosululloh meluruskan keyakinan-keyakinan yang menyimpang itu kepada masyarakat, karna gerhana merupakan tanda dari keangungan Allah sebagai Maha Pencipta, Rosululloh bersabda :


Artinya: "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka lakukanlah shalat gerhana." [HR. Bukhari, 1042]

Sudah seyogyanya kita sebagai umat muslim meyakini akan segala bentuk Kemaha Besaran Allah Ta'ala yang tidak ada sesuatupun menandingi Kekuasaan-Nya, dalam peristiwa Kemaha Besaran dan takjubnya kita dalam melihat fenomena alam yang indah, Allah tetap memberikan kita pesan bahwa manusia harus menggunakan akal nya untuk berpikir dan menggunakan keyakinan hatinya untuk tetap beriman,


Artinya : "... Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran" [QS. Ar-Rad : 19]


Artinya : "... Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin" [QS. Al-Baqarah : 118]

Wallohu A'lam

untuk download silahkan klik disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun