Mohon tunggu...
Muhammad Faiq Haqqoni
Muhammad Faiq Haqqoni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pencari Ilmu sepanjang ruh masih di badan

Tafakur, Tadabbur, Tasyakur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebenar dan Semurni Cinta

11 Oktober 2022   11:35 Diperbarui: 11 Oktober 2022   11:39 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cinta bukan hanya ucapan semata, bukan sekedar klaim atas sebuah rasa, bukan pengakuan yang terucap dari lisan, melainkan cinta harus dilalui dengan pembuktian.  

Seorang ibu tentu dan sudah pasti sangat mencinta buah hati yang baru dilahirkannya, seorang ayah sangat terharu kepada buah hati yg baru saja diadzankannya, kemudian mendidikan dan mengasuh hingga dewasa dengan penuh pengorbanan.

 Seorang anak yang mencintai kedua orangtua dengan penuh keniscayaan, senantiasa patuh, bakti, dan mendoakan dalam setiap untaian permintaan kepada Sang Pencipta. Inilah sekelumit bentuk sebuah pembuktian dari kalimat yang bernama cinta.

Ketika seorang anak mencinta ayahanda nya, maka segala bentuk kegiatan dan aktivitas ayah nya pasti ia akan mengikuti dan menjadi peniru yang handal, apalagi bila ia melihat ayah nya menjadi sosok yang dikagumi dan memberikan keteladanan baik dalam kehidupan seorang anak. Maka diantara bentuk cinta adalah ittiba' (mengikuti), taat dan berpegang teguh pada petunjuk atau risalah. Sebuah syair indah mengatakan:

"Sekiranya cintamu itu benar niscaya engkau akan mentaatinya Karena orang yang mencintai tentu akan mentaati orang yang dicintainya"

kepada orangtua yang telah banyak memberikan kita banyak kebaikan dan pengharapan dalam kehidupan saja kita begitu mencintainya, maka bagaimana cinta kita kepada Nabi Muhammad , yang dengan nya kita mampu menjalani kehidupan dengan cahaya islam, yang dengannya kita hidup dan dengannya pula kita mati, dan dengan namanya itu kita kelak akan dihidupkan kembali. 

Manusia Agung nan Mulia yang Allah SWT hadirkan sebagai penolong kita dalam menjalani kehidupan singkat yang penuh kefanaan. Allah SWT memuliakan-nya kelak, dan hanya beliau yang mampu memberikan syafaat kepada manusia di mahsyar.

Suatu ketika Abu Hurairah memasuki Madinah setelah Rosululloh telah wafat, kemudian ia melihat sekeliling kota lalu meneteslah air matanya, sahabat yang berada disebelahnya bertanya, "kenapa engkau menangis wahai sahabat Rosulullah?" Abu Hurairah menjawab dengan suara yang bergetar dan air mata yang tak kunjung henti, "Gunung itu dulu menjadi saksi akan hadir nya manusia Mulia, Jalan di kota ini menjadi saksi atas tapak kaki manusia Agung, dan seluruh kota ini adalah tempat dimana aku berjalan bersama manusia terbaik yakni Rosululloh ." Ujar Abu Hurairah yang terus mengalir air mata membasahi wajahnya.

Begitu besar kecintaan para sahabat kepada Rosululloh , mereka saling berebut dalam memberikan pelayanan terbaiknya kepada beliau, begitu banyak kisah heroik akan pembuktiaan cinta kepada baginda. Sudah sewajarnya kita harus mencintai Rosululloh lebih dari apapun namun tentunya setelah cinta kita kepada Allah SWT.

Suatu ketika setelah sholat subuh berjamaah, Rosululloh berjalan dengan Umar ibn Khoththab, sambil menyentuh pundaknya dan Rosululloh bertanya kepada sahabatnya ini, "wahai Umar, siapakah manusia yang engkau cintai?" tanya Rosululloh kepada Umar, kemudian Umar diam sejenak dan berkata "Orangtua ku wahai Nabi" kemudian Rosululloh mengatakan "tidak wahai umar" kemudian Umar pulang dengan rasa hati yang mengganjal seakan ada yang salah dari ucapannya barusan, selama sehari semalam Umar merasa tidak enak hati, dan ketika malam barulah Umar teringat dan tersadar akan firman Allah Ta'ala :


"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesung-guhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." [QS. Al-Hujuraat : 1]

Ketika itu juga Umar menemui Rosululloh dan mengatakan "Ya Rosululloh, sesungguhnya manusia yang aku cintai di dunia ini, dan cintaku begitu besar kepadanya, hanya kepadamu ya Rosululloh"

Rosulollah yang mendangar jawaban sahabatnya ini kemudian mengatakan "Saat ini pula wahai Umar (imanmu telah sempurna)" [HR. Bukhari]

Kecintaan kita kepada Rosululloh diatas segalanya (setelah kepada Allah Ta'ala) adalah indikator ketakwaan seseorang, yang membedakan kita dengan orang non muslim adalah mereka tidak meyakinin Rosululloh maka kecintaan kita kepadanya harusnya mutlak dan tulus.


"Salah seorang di antara kalian tidak akan beriman sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya bahkan seluruh manusia." (HR. Bukhari dan Muslim)

Mencintai Rosululloh bukan hanya diperintahkan kepada manusia semata, melainkan kepada seluruh makhluk di bumi ini, dan mencintai Rosululloh juga langsung di lakukan oleh Allah Ta'ala. Bila kita memperhatikan ketika Allah memberikan perintah kita untuk sholat dan membayar zakat (QS. Al-Baqarah:43) Allah tidak ikut serta dalam pelaksanaan tersebut, Allah hanya memerintahkan untuk bersama dengan orang-orang yang rukuk. Kemudian, bila Allah memerintahkan kita untuk berpuasa (QS. Al-Baqarah:183) dan memerintahkan kita untuk berhaji (QS. Ali-Imran:97), apakah Allah ikut serta dalam ibadah tersebut? Tentu tidak.

Tapi perhatikanlah, tatkala Allah memerintahkan kita untuk mencintai Rosululloh dan bersholawat kepadanya, maka Allah dan malaikat ikut serta dalam bersholawat kepada baginda

 

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." [QS. Al-Ahzab : 56]

Yaa Rosulullah, hadirmu menjadi lentera untuk semua makhluk dalam gelapnya kehidupan dunia, tuntunanmu menjadi suri tauladan untuk manusia, membimbing dalam kesempurnaan akhlak dan budi pekerti.

Ya Rosulullah, atas dasar kecintaan kami kepadamu, izinkan kami untuk bisa bersua denganmu kelak di telaga al-kautsar

Allahumma shalli 'ala Muhammad wa'ala ali Muhammad

Instagram : @faiqhaqqoni

Website : haqqoni.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun