Tanaman Jagung merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi besar, karena selain sebagai bahan pangan sumber karbohidrat kedua setelah beras, tanaman ini juga dapat tumbuh di berbagai daerah subtropis dan tropis. Indonesia, sebagai penghasil jagung terbesar di Asia Tenggara, memiliki peluang besar untuk mencapai swasembada jagung.
Dari berbagai jenis Jagung yang ada, hibrida kini menjadi pilihan utama bagi para petani/pekebun di Indonesia khususnya petani di Desa Labuan Toposo yang berupaya meningkatkan hasil panen mereka guna untuk memperoleh pendapatan yang berkelanjutan dari hasil budidaya tanaman jagung hibrida tersebut.
Jagung hibrida merupakan jenis jagung yang dihasilkan melalui proses persilangan antara 2 atau lebih varietas jagung yang memiliki keunggulan dari masing-masing induk yang disilangkan tersebut. Sebagai varietas yang lebih unggul dibandingkan jagung lokal, jagung hibrida menawarkan berbagai kelebihan, terutama dalam hal produktivitas dan ketahanan terhadap berbagai kondisi lingkungan yang ekstrem.
Â
Keunggulan Jagung Hibrida yang dapat dirasakan oleh Petani, yaitu:
- Hasil Lebih Banyak karena Jagung hibrida menghasilkan tongkol yang lebih banyak dan besar dibandingkan varietas lokal.
- Tahan terhadap Hama dan Penyakit karena Jagung hibrida lebih tahan terhadap penyakit dan serangan hama.
- Kualitas Butir Lebih Baik karena Jagung hibrida memiliki butir yang lebih seragam dan lebih bergizi.
- Tahan Berbagai Iklim karena beberapa varietas jagung hibrida bisa tumbuh baik di berbagai kondisi iklim.
- Waktu Panen Cepat karena Jagung hibrida memiliki masa tanam yang lebih singkat dan memungkinkan hasil panen lebih cepat.
Selain 5 keunggulan Jagung hibrida di atas, salah satu alasan mengapa jagung hibrida menjadi solusi cerdas bagi petani di Desa Labuan Toposo adalah peningkatan pendapatan yang signifikan. Dengan hasil panen yang lebih melimpah, para petani dapat menjual lebih banyak hasil tani mereka ke pasar, baik pasar lokal maupun lebih luas lagi. Harga jagung hibrida yang cenderung stabil dan cukup menguntungkan menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan usaha tani ini.
Banyak petani yang melaporkan bahwa dengan beralih ke jagung hibrida, mereka bisa mendapatkan keuntungan lebih besar per hektar dibandingkan dengan menanam jagung lokal. Peningkatan hasil ini memungkinkan mereka untuk menutupi biaya produksi, seperti pembelian bibit unggul, pemupukan, dan pengelolaan hama, sambil tetap memperoleh keuntungan yang cukup untuk memperbaiki kesejahteraan hidup mereka. Beberapa petani bahkan dapat memperluas lahan pertanian mereka dan meningkatkan taraf hidup keluarga.
Bukti nyata tentang peningkatan hasil produksi jagung hibrida salah satunya dapat terwujud melalui Sistem Silang Tiga Jalur yang dilakukan oleh para petani di Desa Labuan Toposo yang mampu menghasilkan 5.308,11 kg/ha/satu kali musim tanam dengan harga Rp.3.500/kg maka penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp. 18.578.378,38/ha/satu kali musim tanam, biaya tetap yang dikeluarkan sebesar Rp. 25.259,46/ha/satu kali musim tanam, dan biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.090.810,81/ha/satu kali musim tanam.Â
Sehingga total biaya adalah sebesar Rp. 6.116.070,27/ha/satu kali musim tanam. Pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya yaitu sebesar Rp. 12.462.308,11/kg/ha/satu kali musim tanam.
Pada umumnya kemampuan menghasilkan panen melimpah ditentukan oleh faktor-faktor berikut:
- Usia Petani, pada umumnya petani yang lebih muda dan sehat biasanya lebih kuat, gesit, dan cepat dalam menerima inovasi baru, sehingga lebih efektif dalam memajukan usaha taninya.
- Pendidikan Petani, karena pendidikan menjadi salah satu modal penting bagi para petani untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam mengelola usaha taninya.
- Jumlah Tanggungan Keluarga, karena semakin besar tanggungan, semakin besar pula tuntutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan hal ini tentunya akan mempengaruhi jumlah pendapatan.
- Pengalaman Petani, karena semakin lama seorang petani berkecimpung dalam bidang pertanian, semakin banyak pengalaman yang diperoleh dan pengalaman ini membantu petani menguasai teknik budidaya, teknologi pasca-panen, dan teknologi lainnya yang berkaitan dengan pertanian.
- Â Luas Lahan, karena lahan yang luas memungkinkan peningkatan hasil produksi. Namun, kondisi atau kualitas lahan juga perlu diperhatikan.
- Benih, karena kualitas benih baik benih lokal maupun varietas unggul, sangat menentukan keberhasilan produksi tanaman.
- Penggunaan Pupuk, karena pemupukan yang tepat sesuai jenis tanaman dapat meningkatkan hasil panen secara optimal.
Adapun pupuk yang digunakan oleh petani di Desa Labuan Toposo terdiri dari tiga jenis pupuk yaitu pupuk urea, SP36, dan Phonska. Rata-rata penggunaan pupuk Urea oleh petani responden di Desa Labuan Toposo sebesar 215,83Kg/0,68 Ha, penggunaan pupuk SP36 sebesar 64,38 Kg/0,68 Ha, dan rata-rata penggunaan pupuk phonska sebesar 78,50Kg/0,68 Ha. Data ini mengidentifikasi bahwa penggunaan pupuk oleh petani disesuaikan dengan luas lahan yang mereka miliki.
Tantangan yang dapat dialami oleh petani Jagung Hibrida dan cara mengatasinya, yaitu:
- Tantangan Keterbatasan Modal yang dapat diatasi dengan menghadirkan dukungan bantuan modal dari berbagai pihak seperti pemerintah dan sebagainya.
- Tantangan Ketergantungan pada Musim yang dapat diatasi dengan cara memilih menanam varietas jagung yang tahan cuaca dan sistem irigasi efisien.
- Tantangan Kurangnya Pengetahuan Teknologi yang dapat diatasi dengan upaya menghadirkan Pelatihan-pelatihan tentang teknologi pertanian kepada para petani.
- Tantangan Perubahan Harga Pasar yang dapat diatasi dengan cara membuat dan bergabung dengan kelompok-kelompok tani untuk melakukan pemasaran secara berkelompok atau bersama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H