Mohon tunggu...
Irfai Moeslim
Irfai Moeslim Mohon Tunggu... Penulis - Author

menulis adalah gaya hidup, menulis untuk mencetak sejarah, dengan menulis kita bisa merubah dunia. Menulislah maka kamu ada | Pemerhati Pendidikan, Sosial, Politik, Keagamaan |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjaga Kedaulatan Pendidikan Bangsa

28 November 2019   12:53 Diperbarui: 28 November 2019   13:01 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Begitulah semboyan pendidikan kita yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Salah satu bagian dari semboyan tersebut juga masih terpapang dengan jelas di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Makna dalam semboyan tersebut sangat mendalam bagi dunia pendidikan bangsa kita. Karena mengandung nilai local wisdom yang luar biasa dalam membangun karakter masyarakat kita yang beradab. 

Pada kesempatan ini, saya tidak membahas tentang penjabaran semboyan tersebut. Karena sudah banyak penjelasan terkait makna tersirat maupun tersurat dari semboyan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. 

Beberapa hari yang lalu, kita mengetahui bersama, bahwa kita telah memperingati hari guru nasional. Pidato Pak Mendikbid Nadiem Makarim juga menjadi viral di media sosial, lantaran isinya sangat menyentuh hati, karena beban yang ada pada pundak seorang guru sangat besar. Tidak hanya persoalan mendidik anak bangsa, melainkan juga tugas administrarif yang menjadi kewajibannya untuk dilaksanakan. 

Refleksi pandangan saya dengan dunia pendidikan saat ini, yaitu lesunya hasil dari pendidikan kita yang menghasilkan insan-insan yang berakhlak dan berilmu. Namun walau demikian, saya tetap optimis dengan pengelolaan pendidikan kita ke depan. 

Pendidikan kita saat ini, terpacu hanya kepada bagaimana mencetak manusia-manusia pekerja, yang mana hanya untuk menutupi kebutuhan dunia Industri saja. Kasarnya kata, manusia hanya dijadikan "robot" dalam pemenuhan industri bagi pemilik modal. Memang, kebutuhan industri sebagai pemenuhan kebutuhan warga tidak bisa kita kesampingkan, tetapi juga bagi para pekerja itu, setidaknya dibekali suatu keahlian yang bisa membuat mereka mandiri dan bisa menentukan jalannya sendiri. 

Mudah-mudahan, pengelolaan pendidikan kita masih memiliki kedaulatannya sendiri. Yang mana tidak terjebak pada tuntutan-tuntutan dunia Industri saja. Namun juga tetap mengkolaborasikan ciri khas pendidikan kita yang memang asli dari warisan bangsa sendiri (local wisdom), dan menentukan arahnya sendiri sebagai basis menjaga kadaulatan pendidikan Bangsa. Guru berdaulat, siswa bermartabat. Semoga! 

Selamat Hari Guru Nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun