PESANTREN MENGAJI
Indonesia memiliki lembaga pendidikan pesantren yang indegenous milik masyarakat. Pengaruh lembaga pendidikan pesantren di masyarakat mengakar dengan sangat kuat, khususnya di daerah pedesaan. Dengan mencuatnya media sosial yang begitu masif, bisa menjadi problem tersendiri jika masyarakat secara luas mendapatkan informasi atau ilmu-ilmu yang tidak bisa dipertanggung jawabkan dari media sosial.
Oleh karena itu, pesantren perlu didorong untuk tampil dan memberikan pengajian-pengajiannya di-live streaming-kan atau dibuat video yang menarik. Dengan begitu pesantren dapat menyebarkan ilmu-ilmu agama yang menjadi kurikulumnya. Dengan memvisualisasikan pengajian di pesantren dalam bentuk video, berarti pesantren ikut andil dalam menyebarkan ajaran Islam yang bisa memberikan rahmat bagi semua golongan di media sosial.
Menangkal berita-berita yang tidak benar yang datang dari media yang tidak bisa dipertanggung jawabkan isinya. Ini sangat penting untuk dilakukan agar media sosial tidak didominasi oleh mereka yang memiliki pemahaman agama yang salah juga tidak didominasi oleh mereka para pembuat berita hoaks.
MADRASAH MENGAJI
Dewasa ini, dengan murah meriahnya harga telepon seluler, semua anak sekolah hampir semuanya memiliki telepon genggam. Anak-anak sekolah bisa menjadi korban "keganasan" berita hoaks yang datang dari media sosial, ataupun bisa menjadi korban dari konten-konten negatif yang didistribusikan oleh dunia maya.
Oleh karena itu madrasah atau sekolah juga punya peran besar dalam mengarahkan, mendidik dan mengajarkan peserta didiknya agar bisa bijak dalam bermedia sosial. Selain materi-materi di sekolah yang diberikan kepada peserta didik, mereka juga butuh diberikan satu pertemuan khusus untuk diberikan pembinaan ruh dengan mengaji. Mengaji itu bisa menjadi wirid-an para pelajar agar bisa menata hatinya, dan juga tidak mudah percaya dengan adanya berita-berita yang datang dari media sosial.
MAGRIB MENGAJI
Keluarga punya peran strategis dalam mengarahkan dan membimbing anak-anaknya. Selain di Sekolah, keluarga menjadi agent of change yang paling utama bagi seorang anak. Magrib mengaji bisa menjadi solusi menanamkan nilai-nilai agama kepada anak-anaknya. Selain itu bisa menjadi perekat hubungan emosional antara orang tua dan anak agar lebih kuat batinnya.
Dengan gerakan magrib mengaji ini, bisa menjadi modal utama keluarga untuk mengajarkan dan menanamkan agar kepada anak-anak untuk selalu berhati-hati dan teliti dalam menerima informasi yang datang dari media sosial. Media sosial itu ibarat hutan rimba, jika tidak memiliki pondasi agama yang kuat dan wawasan ilmu pengetahuan yang luas, kemungkinan bisa terjebak dalam "hutan" berita hoaks.
Mudah-mudahan dengan upaya program-program tersebut bisa menjadi motor penggerak dalam menangkal masifnya informasi hoaks yang bertebaran di media sosial. Teruslah mengisi media sosial dengan selalu memberikan informasi-informasi yang benar, akurat, kredibel, dan juga bisa dipertanggungjawabkan. Kalau dunia maya banyak diisi dengan konten yang positif dan juga berita-berita yang benar, konten-konten negatif dan berita hoaks akan tenggelam dan hanyut. Kalau masih belum tenggelam, serahkan sama Ibu Susi Pudjiastuti, biar ditenggelamkan!