Mohon tunggu...
Irfai Moeslim
Irfai Moeslim Mohon Tunggu... Penulis - Author

menulis adalah gaya hidup, menulis untuk mencetak sejarah, dengan menulis kita bisa merubah dunia. Menulislah maka kamu ada | Pemerhati Pendidikan, Sosial, Politik, Keagamaan |

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Belajar dari Pengemis

29 Maret 2015   22:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:49 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu ini, saya sering dipertemukan dengan pengemis jalanan yang notabenenya memiliki tubuh yang 'istimewa'. Saya sering menemukan mereka lantaran pada minggu kemaren melakukan perjalanan pulang pergi dari Depok-Bogor-Depok untuk kuliah hampir setiap hari. Dalam perjalan PP tersebut, saya dipertemukan dengan bermacam-macam tipe pengemis. khususnya yang memiliki kekurangan fisik.

Saat itu, hati saya merasa iba dengan mereka, lantaran karena fisiknya yang 'istimewa' itulah membuat rasa empati kepada mereka muncul dan seakan-akan saya terbakar oleh rasa empati tersebut. Saya bertanya dalam hati betapa mereka berjuang demi mendapatkan sesuap nasi untuk mempertahankan hidupnya. Mungkin satu sisi aktifitas mengemis itu merupakan sesuatu yang naif dan hina, namun tatkala hanya itu yang bisa mereka lakukan dan perjuangkan untuk bertahan hidup, kenapa tidak?. Dari pada melakukan aksi pencurian, pencopetan, atau boleh jadi membegal, justru kegiatan seperti itu lah yang harus dihindari. karena membawa petaka bagi penduduk jagat raya ini. Kalau saja para pemangku kebijakan memperhatikan rakyat yang dianggap marginal tersebut, dengan memberdayakan mereka dan melatih mereka untuk bermandiri, mungkin jagat ini akan bebas dengan para pengemis. Namun ketika para pengemis sudah dihilangkan, hanya satu yang akan tetap ada, yaitu mengemis ampunan, rahmat, dan kasih sayang Tuhan Semesta Alam.

Kembali ke persoalan pengemis 'istimewa' yang diperbincangkan di atas, dengan fisik yang serba kurang tersebut, saya pun berujar dalam hati "alhamdulillah", ternyata masih ada orang-orang yang sebenarnya di bawah kemampuan kita. Rasa syukur tersebut menjadi motivasi bahwasannya apapun yang kita hadapi hari ini dengan berbagai persoalan kehidupan masing-masing orang yang dihadapi adalah berbeda dan bermacam-macam, ternyata masih ada yang lebih dahsyat lagi ujiannya dari pada diri kita sendiri. Begitu lah dahsyatnya rasa syukur. Rasa syukur membuat kita bangkit dari keterpurukan, bangkit dari kemunduran, bangkit dari segala yang melemahkan kekuatan kita untuk melawan rasa kemalasan, keminderan, dan kesulitan yang dihadapi. Nyatanya orang yang bersyukur dan bersabar dalam menghadapi setiap persoalan, mereka akan selalu bertahan dan dilindungi oleh Rabb semesta Alam.

Pada hakikatnya, kita bisa belajar dari kehidupan yang sedang kita jalani. Belajar dari keseharian orang-orang yang sering kita jumpai baik yang kita kenal, maupun yang tidak kita kenal. karena nyatanya ketika hati kita terbuka, dan bersih kita bisa banyak mengambil banyak hikmah dari proses kehidupan yang sedang dijalani. Belajar dari pengemis, itu hanya sebagian contoh kecil yang bisa diambil hikmahnya. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari setiap aktifitas yang dilakukan setiap hari, semoga kita dijadikan sebagai orang-orang yang mau berpikir, yang peduli, dan berempati dengan kehidupan di sosial masyarakat kita. karena dengan kondisi masyarakat yang saat ini bisa dikatakan sedang "sakit", yang hanya mampu mengobati masyarakat tersebut adalah masyarakat itu sendiri. Bukan mereka, dia, atau pun kamu, melainkan aku (pribadi kita masing-masing).

Depok, 29-03-2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun