Sebelum membahas inti masalah yang ingin disampaikan, sebelumnya akan saya katakan, bahwa saya bukanlah orang yang terlalu mengikuti perpolitikan yang terjadi di Indonesia. Bahkan, saya juga jarang mengikuti carut-marut apa yang terjadi di negeri yang mungkin kita cintai ini. Apakah itu bencana alam di wilayah lain, kecelakaan, kriminalitas, hal-hal sejenisnya. Jadi, pembaca semua bisa menilai orang seperti apa saya ini. Baik atau buruk, semua ada di pikiran dan masing-masing penilai.
Seperti judul, saya ingin membahas tentang kejadian foto skandal Ketua KPK, Abraham Samad, dengan Puteri Indonesia 2014, Elvira Devinamira. Disebutkan, dalam beberapa sumber berita yang saya baca, bahwa setelah KPK mengumumkan Calon Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Budi Gunawan sebagai tersangka korupsi, hari itu juga beredar foto bermesraan Pak Samad dengan Bu Elvira. Setelah saya jelajahi internet, memang foto-foto tersebut sangat frontal. Menurut pandangan saya.
Kejadian ini tentu saja mengubah situasi politik yang tadinya panas, semakin panas. Sejauh yang saya lihat, banyak orang yang mendukung keputusan KPK terhadap Pak Budi, namun saya tidak tahu, apakah ada yang tidak setuju dengan keputusan tersebut. Bagi saya, keduanya sama saja. Kalau Pak Budi nantinya semakin terbukti melakukan korupsi, berarti KPK telah melakukan pekerjaannya dengan benar dan Pak Budi pantas dihukum sesuai UU yang berlaku. Sebaliknya jika tidak terbukti, tidak salahlah pemerintahan kita yang sekarang menunjuk Pak Budi yang menjadi Kapolri. Sudah boleh dikatakan, Pak Budi adalah salah satu petinggi di negeri ini yang bersih dari korup.
Terlepas dari semua itu, saya sebenarnya masih bingung. Apa tujuan dan apa hubungannya antara foto skandal tersebut dengan pengumuman KPK? Apa mungkin tujuannya ingin mengatakan kalau ketua KPK saja begitu perilakunya, bagaimana mungkin KPK bisa menjadi organisasi yang tepercaya? Atau ada orang yang sangat tidak setuju, yang dengan pengumuman KPK tersebut dia akan sangat rugi besar, sehingga sengaja membeberkan keburukan Pak Samad? Dan mungkin juga, seperti kesukaan selebriti Indonesia, ini semua disengaja cari sensasi dan juga seperti berita politik kebanyakan, ini semua disengaja untuk pengalihan isu?
Kita ke sampingkan dahulu cari sensasi dengan pengalihan isu tersebut. Kita bahas dua sebelumnya. Anggaplah benar, tujuan dari foto tersebut utamanya untuk memburukkan Pak Samad dan menjatuhkan kredibilitas KPK, sudah dapat dipastikan adanya unsur politik di dalam sana. Ini sangat berbahaya. Kalau foto saja bisa menentukan nasib bangsa ini, sungguh luar biasa bahayanya. Begitu juga dengan dunia perpolitikan. Coreng mencoreng nama, membuka aib orang, yang dengan kata lain memanfaatkan segala cara sudah menjadi hal yang lumrah, apa kita masih patut percaya pada politik yang berjalan di Indonesia saat ini? Jawab sendiri.
Menanggapi berita tersebut, Pak Samad dan Bu Elvira, keduanya sama-sama menyanggah. Mungkin ada yang mengatakan mereka bohong, ada yang percaya, dan ada juga yang biasa-biasa saja. Meski pun mereka bohong, jalan yang mereka ambil tidak salah. Mana ada orang yang mengakui aib mereka. Wajar. Yang tidak benar adalah mereka berselingkuh. Ini dosa. Saya bukan mengatakan kalau mereka benar-benar berselingkuh, justru saya pribadi lebih cenderung mengatakan hubungan mereka tidak ada apa-apa, kecuali dalam urusan acara-acara yang keduanya pernah bertemu.
Bila kredibilitas KPK jatuh atas foto tersebut, maka pengumuman yang telah dilakukan mungkin juga akan ditarik kembali dan Pak Budi bebas dari status buruknya. Kredibilitas ini pastinya yang menilai adalah rakyat atau kita-kita ini. Jika banyak kita yang mengecam, apalagi setelah terpengaruhnya dengan foto tersebut, ini menandakan berhasilnya tujuan dari penyebar foto. Karena itu, mari kita berpikir lebih jauh lagi, sebagai manusia.
Sebagai manusia yang hidup dalam sistem dan struktur yang telah disepakati, kemudian kita akan menuntut saat terjadinya ketidakpuasan. Kita bisa menuntut, tutup KPK, ganti UU, sampai bisa menuntut untuk melepaskan presiden dari jabatannya. Apalagi di NKRI yang mengambil tema politiknya Demokrasi Pancasila. Bebas bersuara, bebas bertindak, selama masih pada jalur. Dan jika ada yang menuntut tentang keputusan KPK, saya benar-benar tidak mengerti dengan penuntut itu. Saya yakin KPK mengumumkan dengan bukti. Kalau ingin membantah, bantahlah dengan bukti.
Kehidupan pribadi Pak Samad tidak ada hubungannya sama sekali dengan kredibilitasnya sebagai seorang Ketua KPK dan dengan KPK itu sendiri. Apakah nanti Pak Samad benar berselingkuh, punya banyak simpanan, begitu, begini, yang penting pekerjaannya jadi. Koruptor di negeri ini tertangkap. Benar tidak? Hal seperti ini seharusnya sudah tidak menjadi soal lagi bagi kita.
Ingat masalah vokalis salah satu grup musik ternama, yaitu videonya sedang bercinta dengan selebriti, banyak di antara kita yang mengecamnya. Yang saya herankan, masih ada kok penggemarnya. Alasannya adalah, mereka menyukai musik-musik mereka. Saya pernah melihat kasus yang hampir sama. Seorang pemusik ternama di Indonesia memiliki hubungan erat dengan Zionisme, namun masih banyak yang membela. Alasannya juga musik yang bagus. Begitu juga dengan masih adanya pujian terhadap seniman ternama lainnya, namun mereka mati dengan tragis. Misal karena bunuh diri atau obat-obatan, tetap masih banyak yang menyukai mereka sampai saat ini. Melihat itu, saya berkesimpulan tak ada alasannya kita mempertanyakan kredibilitas KPK tersangkut masalah foto tersebut.
Mungkin ada yang mempertanyakan apa hubungannya musik dengan politik? Hubungannya adalah persamaan di antara keduanya. Pekerjaan adalah pekerjaan, dan kehidupan pribadi adalah kehidupan pribadi. Bukannya sekarang kalian banyak yang ingin memisah-misahkan hal-hal yang pribadi dengan pekerjaan? Atau seperti itulah, tuntutan manusia Indonesia pada zaman ini. Bahkan hingga suatu saat nanti presiden kita di periode antah berantah adalah seorang yang cabul, namun dia berhasil menjalankan pemerintahan dengan baik, kalian tetap harus setuju dan tak boleh mengecamnya. Ini sudah tuntutan kalian. Apa pun konsekuensinya, kita harus diterima. Jangan menyalahkan orang lain atas hal itu.
Kita ambil lagi masalah sensasi dan pengalihan isu. Untuk masalah sensasi, hanya mungkin untuk menaikkan nama Bu Elvira yang saya baru tahu bahwa dia adalah Puteri Indonesia 2014 dan sekarang ini sedang mengikuti Miss Universe 2014, setelah banyaknya postingan yang lalu lalang di beranda fb saya. Ya, dan ini sepertinya pun memiliki kemungkinan yang sangat kecil atau saya saja yang kata orang sananya ignorant. Sedangkan mengenai pengalihan isu, saya pikir juga hampir tidak ada tujuannya untuk itu.
Kendati demikian, menyikapimasalah tentang skandal ini, kita harus menyikapinya dengan baik. Apakah yang akan kita pilih sebenarnya? Pekerjaan mereka baik, terlepas dari masalah pribadi mereka atau kita memilih, pekerjaan mereka baik dan juga menjadi figur publik yang baik pula untuk bangsa ini? Sehebat apa pun pemerintahan dan perjalanan politik negeri ini, semuanya berada di pada kita, sebagai penghuninya. Jangan sampai kita lapuk, yang akhirnya akan membuat negeri ini hancur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H