Misalnya Rasulullah saw., sebagai orang yang memuliakan perempuan dam memperjuangkan hak-hak perempuan dalam, maka beliau juga dapat dikatakan sebagai feminis.Â
Potret ini dapat kita lihat dalam beberapa hadits masyhur yang disampaikan oleh Sayyidah Aisyah bahwa Rasulullah pernah bersabda: " Sebaik Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik sikapnya terhadap keluarga. Dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku."( HR.At Tirmidzi no.3895, Ahmad [12/365], ibnu Majah no. 152].
Keyakinan bahwa Allah Swt. Maha Adil, membawa kita pada pemahaman bahwa tidak mungkin firman-Nya mendukung subordinasi laki-laki atas perempuan, ataupun sekelompok hamba-Nya atas hamba-Nya yang lain.
Dalam berbagai Ayat dalam Al-Quran Allah menjelaskan kesamaan derajat antara laki-laki dan perempuan. Dalam Q.S. Al-Hujurat: 13, Allah menegaskan bahwa inna akramakum 'indallhi atqkum, kemuliaan seseorang itu tergantung dan dinilai dari ketakwaanya kepada Allah. Begitu pula dalam Q.S. An-Nahl: 97, man 'amila shaalihan min dzakarin aw untsaa wahuwa mu/minun falanuhyiyannahu hayaatan thayyibatan walanajziyannahum ajrahum bi-ahsani maa kaanuu ya'maluuna. Allah tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam pahala atas amal saleh yang mereka lakukan. Siapa pun yang melakukan amal saleh dengan keimanan yang kuat, baik itu laki-laki maupun perempuan, akan diberikan balasan yang adil dan penuh kebaikan dari Allah. Ini menunjukkan bahwa di hadapan Allah, nilai dan penghargaan atas amal saleh tidak tergantung pada jenis kelamin seseorang, melainkan pada keikhlasan dan kebaikan amal tersebut.
 Meskipun diksi feminisme pertaama kali muncul di Barat, namun secara esensi dan substansi sudah ada sejak lahirnya Islam. Jadi apabila muncul pertanyaan "Mungkinkah Islam dan Feminisme berjalan secara harmoni?" jawabanya adalah tentu saja iya.  Karena Islam adalah agama yang mendukung keadilan den memperjuangkan serta membela hak-hak perempuan. Dengan memahami bahwa feminisme dan Islam dapat berjalan beriringan, kita dapat mengambil teladan dari perjuangan R.A. Kartini dalam menegakkan keadilan bagi semua, tanpa melupakan kearifan lokal dan nilai-nilai agama yang menjadi landasan.
Wa Allahu al-Muwaffiqu ala Aqwami ath-thariqi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H