Mohon tunggu...
Fahimatul Fikriyah
Fahimatul Fikriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

tertarik menekuni bidang jurnalistik, fashion, sejarah, dan seni

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Luka Inner Child, Si Kecil yang Sakit dalam Tubuh Dewasa

16 September 2022   22:52 Diperbarui: 16 September 2022   22:57 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, banyak sekali pembahasan terkait kesehatan mental yang beredar di social media. Orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan khusus tentang kesehatan jiwa juga turut memberikan ilmu -- ilmu seputar psikologi manusia yang dikemas dalam video yang menarik dan dapat dipahami oleh masyarakat awam. Adanya antusiasme ini membuktikan jika sebagian besar masyarakat sudah mulai menyadari betapa pentingnya kesehatan mental dalam menjalani kehidupan sehari -- hari, baik dalam melakukan interaksi dengan orang lain maupun dengan diri sendiri. Hal ini dikarenakan kesehatan jiwa yang ada dalam diri seseorang sedikit banyak mempengaruhi keputusan dan juga tindakan yang ia ambil, selain itu juga dapat menjadi dasar yang dapat dirunut ke penyebab awal mengapa seseorang melakukan suatu hal atau mengambil sebuah tindakan. Salah satu yang juga mengambil peran dalam menentukan karakter seseorang di masa depan adalah inner child.

Menurut Stephen A. Diamond Ph. D. mengatakan bahwa Inner Child merupakan himpuan peristiwa yang terjadi baik peristiwa buruk maupun peristiwa baik yang dialami anak dan akan membentuk kepribadian anak hingga dewasa. Inner child sangat berpengaruh terhadap bagaimana seseorang mengambil keputusan, melakukan interaksi sosial dan juga menjalin suatu hubungan dengan orang lain. Inner child sendiri erat kaitannya dengan peristiwa yang dialami oleh seorang di masa kecilnya dan kemudian memberikan dampak yang besar terhadap tindakannya di usia dewasa.

Masa kanak-kanak adalah masa yang familier dengan hal-hal yang menyenangkan dan rasa ingin tahu yang besar. Mereka bebas mengarang cita-cita tanpa harus pusing berpikir bagaimana bisa menggapai cita-cita tersebut. Yang mereka ketahui hanyalah dengan belajar yang tekun maka apapun cita-cita yang diinginkan maka akan terwujud, seperti yang selalu diajarkan oleh para guru sekolah dasar. Pada masa ini, anak-anak berada dalam fase untuk mencari tahu dan mencoba memposisikan dirinya untuk bisa diterima di lingkungan masyarakat di sekitarnya, dengan cara mempelajari kebiasaan di daerah tempat tinggalnya, belajar norma, belajar melakukan sesuatu sendiri seperti yang telah diajarkan dan melakukan hal-hal yang menarik perhatian mereka.

Namun sayangnya, tidak semua anak-anak terlahir dan bertumbuh di lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya dengan baik. Banyak dari mereka yang terlahir di dalam lingkungan yang tidak bisa menciptakan dan membuat mereka merasakan rasa aman dan kehangatan dalam keluarga. Anak-anak yang ada dalam kondisi seperti ini biasanya tidak dapat mengembangkan kemampuan psikologis  dengan maksimal karena ia merasa tidak pernah bisa diterima jika ia melakukan sesuatu atas kehendaknya sendiri dan lebih memilih mengikuti suruhan orang lain. Hal ini terjadi karena lebih mudah untuk memuaskan orang lain agar dapat diterima menjadi bagian dari kelompok tersebut dibandingkan harus menunjukkan apa yang menjadi pilihannya. Akibatnya, anak-anak akan tumbuh tanpa mengetahui potensi yang di milikinya dan lebih fokus pada perkataan orang lain terhadap apa yang ia kerjakan.

Hal ini yang kemudian membuat kebutuhan psikologis anak menjadi sangat minim jika dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di lingkungan yang mendukung pertumbuhannya. Ia tidak dapat menerima dirinya sendiri karena ia selalu mengikuti kemauan orang lain yang dibebankan kepadanya tanpa mempedulikan ia mau melakukan hal tersebut atau tidak. Ia tidak dapat bermain dan melakukan kegiatan -- kegiatan yang biasanya dilakukan oleh anak seusianya karena berada di lingkungan tersebut dan dengan terpaksa menjadi dewasa bahkan saat usianya masih sangat dini.

Dikarenakan adanya kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan psikologis anak, hal ini sangat mungkin berdampak pada masa depannya. Hal-hal yang di kemudian hari harus ia lakukan dan hadapi di masa yang akan datang pastinya juga melibatkan pengalaman di masa lalu yang sudah ia lalui sebelumnya, termasuk di dalamnya adalah bagaimana ia mendapatkan perlakuan dari orang-orang terdekatnya serta pola asuh yang ia terima dari orang tuanya.

Orang tua adalah peran paling vital dalam tumbuh kembang anak, karena didikan pertama dan juga contoh awal yang dilihat oleh anak adalah orang tuanya, baik dalam bersikap, bertutur kata, maupun bertindak ketika ada di kondisi -- kondisi tertentu. Salah satu hal yang menjadi tugas orang tua adalah bagaimana mereka dapat menumbuhkan anak dengan baik dan sesuai porsi usianya yang biasa dinamakan dengan pola asuh.

Pola asuh adalah salah satu aspek yang penting dalam membentuk karakter anak di masa depan. Dengan pola asuh, anak-anak akan meniru cara orang tuanya memperlakukan dirinya dan bagaimana ia bersikap sesuai dengan ekspektasi, oleh karenanya sangat penting bagi orang tua untuk  menerapkan pola asuh yang tepat agar dapat mendidik anak dengan baik dan sesuai, meskipun hal tersebut akan sangat sulit dan juga melelahkan.

Namun sayangnya, tidak semua orang tua memiliki kesabaran yang besar dalam menghadapi anak -- anaknya, dan bahkan beberapa di antaranya terkesan tidak peduli terhadap anak -- anak mereka, seakan tidak tertarik mendengarkan apa saja aspirasi anaknya tersebut. Sikap pengabaian seperti ini yang nantinya dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak dan bahkan menimbulkan rasa dendam terhadap orang tua di masa depan. Selain dendam, anak ini juga berpotensi merasa minder dan berkecil hati karena menganggap jika ia adalah minoritas yang pendapatnya tidak akan didengar oleh siapapun, karena ia memiliki pengalaman masa kecil diabaikan oleh orang-orang terdekatnya. Hal inilah yang kemudian dianggap sebagai luka dalam inner child kita. Luka yang tetap terbawa meskipun kita sudah dewasa.

Disadari atau tidak, kita seringkali tidak merasakan kemunculan inner child kita yang kadang merengek minta di dengarkan, minta di pahami dan juga di mengerti. Sebagian besar dari kita malah mengabaikan hal tersebut demi menghindari rasa trauma yang masih diingat sangat jelas. Ini juga termasuk dalam luka yang disebabkan oleh perlakuan orang-orang terdekat di masa lalu yang akhirnya membentuk karakter dan kepribadian baru dalam diri kita yang akhirnya kita sadari.

Dihimpun dari blog alodokter di https://www.halodoc.com/artikel/kenali-tanda-tanda-inner-child-yang-sedang-terluka, ada beberapa kriteria yang dapat menjadi tanda bahwa inner child kita terluka. Diantaranya ialah :

  • Memiliki rasa percaya diri yang rendah.
  • Cenderung ingin membahagiakan semua orang dan sulit membuat batasan.
  • Merasa cemas saat dihadapkan dengan sesuatu yang baru.
  • Sering merasa bersalah dan selalu berusaha menjadi yang terdepan.
  • Menunjukkan sikap perfeksionis.
  • Selalu mengkritik diri sendiri dan sering merasa malu.
  • Menaruh curiga pada orang lain, tetapi merasa takut jika ditinggalkan.
  • Senang terlibat masalah dengan orang lain, tetapi selalu berusaha menghindari konflik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun