Mohon tunggu...
Faiha Tsaaqifa
Faiha Tsaaqifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat jurusan Ilmu Gizi angkatan 2022

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kurang Konsumsi Tiamin? Hati-hati dengan Penyakit Beri-beri!

7 Mei 2023   12:28 Diperbarui: 7 Mei 2023   12:46 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beri-beri merupakan penyakit yang secara umum disebabkan faktor kekurangan Vitamin B1 atau Tiamin. Tiamin (Vitamin B1) adalah vitamin yang larut dalam air dan memiliki peran vital dalam metabolisme sel, khususnya pada siklus asam trikarboksilat (siklus Krebs). Tiamin merupakan komponen makanan esensial dan dapat terjadi defisiensi mikronutrien yang dapat mendasari beberapa penyakit, terutama pada sistem saraf. Sumber utama tiamin ada pada makanan nabati. Tiamin penting dan bermanfaat bagi kesehatan tanaman walaupun kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan bidang kesehatan manusia.

Gejala yang muncul dari penyakit Beri-beri antara lain: keadaan lesu (lassitude), bengkak (oedema), kebas kaki dan tangan, kehilangan selera makan, masalah penghadaman, dan gangguan sistem saraf. Penderita yang berada pada tahap kornik akan menunjukkan gejala lumpuh, masalah sistem jantung, diikuti dengan kegelisahan (resslessness) dan berakhir meninggal dunia.

Kekurangan tiamin dipicu oleh berkurangnya asupan tiamin karena adanya penyalahgunaan alkohol, anoreksia nervosa, diet, atau malabsorpsi. Malabsorpsi merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh gangguan penyerapan salah satu atau beberapa zat nutrisi pada usus halus. Malabsorpsi juga dapat terjadi pada pasien diare, penyakit seliaka, sariawan, dan disentri. Kurangnya konsumsi tiamin yang dapat menimbulkan gangguan pencernaan dan kehilangan selera makan akan berdampak pada perlambatan pertumbuhan. Gejala ini akan hilang apabila kebutuhan akan tiamin telah tercukupi (Winarno, 2004).

Masing-masing jumlah tiamin yang dibutuhkan oleh bayi sebanyak 0,4-0,5 mg/hari, anak-anak 0,7-1,0 mg/hari, pria dewasa 1,2-1,3 mg/hari, wanita dewasa 1,0-1,1 mg/hari, ibu hamil 1,5 mg/hari, dan ibu menyusui 1,6 mg/hari (Andaryani dkk, 2011). Kapasitas penyimpanan tiamin terbatas dalam tubuh manusia dengan jumlah rata-rata yaitu 25-30 mg yang dapat disimpan pada satu waktu. Oleh sebab itu, menurunnya kadar tiamin dapat terjadi dalam 14 hari (Shible et al., 2019). Kebutuhan tiamin dapat diperoleh dari daging sapi, gandum utuh, tuna, salmon, dan kacang-kacangan.

Beri-beri menjadi penyakit utama di angkatan bersenjata dan penjara pribumi. Pada saat itu penyakit ini dikaitkan dengan racun atau infeksi bakteri. Suatu studi di penjara Jawa pernah menunjukkan Beri-beri terjadi pada nasi putih yang menjadi makanan pokok. Penelitian yang menjadikan burung untuk menguji potensi fraksi yang distraksi dari dedak padi yang kemudian setelah 20 tahun lamanya diperoleh Kristal aktif. 

Dalam 10 tahun berikutnya struktur Kristal tersebut ditentukan dan "tiamin" disistesis. Beri-beri menjadi kisah tentang pengetahuan yang diperebutkan dan dengan jalur ilmiah yang tidak menentu. Hal tersebut menawarkan kronik yang sangat menarik dari perkembangan pemikiran ilmiah dalam sejarah yang meliputi kesehatan masyarakat, ilmu pengetahuan diet, perdagangan, memperluas kerajaan perang, dan teknologi.

Referensi

Ramadhan, H. (2020). Pengaruh kondisi defisiensi vitamin pada masa pandemic covid-19 terhadap resiko terjadinya penyakit guillain-barre syndrome: Studi literatur. J Ilmu Kedokt dan Kesehat, 7(3), 520-5.

Mansor, S. I. T. I., & Mohd Rus, A. K. A. (2019). PENULARAN PENYAKIT BERI-BERI DI PENJARA NEGERINEGERI SELAT: PENELITIAN TERHADAP SEBAB DAN LANGKAH-LANGKAH KAWALANNYA, 1870-1915. Jebat: Malaysian Journal of History, Politics & Strategy, 46(1).

Carpenter, K. J. (2000). Beriberi, white rice, and vitamin B: a disease, a cause, and a cure. Univ of California Press.

Anggoro, A. W. (2016). PERBANDINGAN KADAR VITAMIN B1 ANTARA BUAH NAGA MERAH (Hylocereus costaricensis) DENGAN BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus udatus) DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV (Doctoral dissertation, STIKES Muhammadiyah Klaten).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun