Mohon tunggu...
Faiha WidadFillah
Faiha WidadFillah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Halo-! Saya Faiha Widad Fillah, saya sangat senang sekali menulis.

Selanjutnya

Tutup

Book

Novel Aki Karya Idrus, Persiapan Kematian Secara Karikatural

30 Oktober 2024   07:19 Diperbarui: 30 Oktober 2024   07:35 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Identitas Novel

- Judul: Aki
- Penulis: Idrus
- Tahun Terbit: 1994
- Penerbit: Balai Pustaka
- Jumlah Halaman: 66 Halaman
- Genre: Prosa, Novel Karikatural tentang Kematian
- Angkatan: Angkatan 45

Pendahuluan: Idrus dan Perjalanan Kepenulisannya

Idrus, sebagai pelopor Angkatan 45 dalam bidang prosa, menciptakan karya-karya monumental yang mencakup Surabaya, Corat-Coret di Bawah Tanah, dan Aki. Kariernya yang cemerlang di dunia sastra, mulai dari prosa, cerpen, drama, karya terjemahan, kritik, hingga esai, menggambarkan konsistensinya dalam berkarya hingga ia tutup usia pada tahun 1997.

 Idrus tidak hanya diingat melalui karyanya, tetapi juga melalui komentar, ceramah sastra, dan pernyataannya yang seringkali menimbulkan kehebohan, menarik perhatian para peminat sastra Indonesia.

Sinopsis Cerita: Kehidupan dan Kemiripan Kematian yang Karikatural

Dalam novel Aki, Idrus mengisahkan tokoh utama bernama Aki, seorang pria berusia 29 tahun yang divonis mengidap penyakit paru-paru. Aki yang telah lama sakit merasa bahwa hidupnya tidak akan berlangsung lama. 

Meski tampak tidak religius, ia digambarkan sebagai sosok baik hati yang memiliki kehidupan rumah tangga bahagia bersama istrinya, Sulasmi, dan dua anak mereka, Akbar dan Lastri. Suatu hari, ketika dirawat oleh Sulasmi, Aki tampak menghembuskan napas terakhirnya. Ketika Sulasmi panik memanggil dokter, ia kembali mendapati Aki tersenyum dan mengaku masih hidup, serta meramalkan bahwa ia akan mati setahun kemudian.

Proses Persiapan Menyambut Kematian

Setelah peristiwa itu, Aki mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi kematiannya yang diperkirakan akan datang setahun lagi, pada tanggal 16 Agustus. Ia bahkan memilih kain kafan dan berencana agar istrinya bekerja dan menikah lagi setelah kepergiannya. 

Baginya, kematian bukanlah sesuatu yang harus ditangisi. Aki berkata kepada Sulasmi, "Orang yang mati tidak seharusnya ditangisi... orang yang mati sudah ada tempatnya yang nyata, di surga atau neraka." Sikap tenang dan terbuka Aki terhadap kematian menambah kedalaman narasi ini, sekaligus menunjukkan penerimaan yang tidak umum terhadap kematian.

Respons Lingkungan terhadap Kematian yang Direncanakan

Kabar tentang kematian yang diprediksi oleh Aki segera menyebar di lingkungan rumah dan tempat kerjanya. Banyak orang merasa skeptis dan heran mendengar pernyataan ini. Bahkan beberapa orang mencurigai bahwa Aki memiliki ilmu sihir yang memungkinkan dirinya menentukan kapan ia akan mati, sebuah respons yang menunjukkan beragam reaksi terhadap konsep kematian. 

Aki, yang tidak terpengaruh oleh pandangan skeptis ini, justru tetap mempersiapkan diri dengan tenang, menguatkan kesan sebagai sosok yang karikatural dalam menghadapi takdir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun