Mohon tunggu...
Faiga Aulia Maharani
Faiga Aulia Maharani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Travelling

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenali Trust Issue dan Cara Mengendalikannya

16 Maret 2023   08:10 Diperbarui: 16 Maret 2023   08:07 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Trust issue merupakan situasi ketika seseorang mengalami kesulitan untuk percaya dengan orang lain. Kondisi ini dapat terjadi ketika seseorang mempunyai rasa trauma yang berat akibat dirinya merasa dikhianati oleh orang lain. Seseorang yang mengalami kondisi ini juga mudah curiga terhadap semua orang yang terlibat dalam sebuah hubungan dengannya. Baik itu hubungan pertemanan, pasangan, keluarga, maupun sekadar orang asing. 

Sebagaimana kondisi psikologis pada umumnya, trust issue terbentuk oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah faktor pengalaman di dalam relasi sebelumnya, kepribadian, pola asuh, dan pengaruh dari lingkungan sosial. Pada orang dewasa, faktor memiliki pengalaman dikhianati di dalam relasi sebelumnya seringkali membuat orang tersebut memunculkan dan mempertahankan trust issue. Berikut beberapa faktor penyebab terjadinya trust issue:

1. Pengalaman Dikhianati

Pernahkah kamu dikhianati? Begitu menyakitkan bukan? Diselingkuhi, ditolak, atau dibohongi dianggap sebagai pengalaman yang begitu menyakitkan bagi banyak orang. Pada kasus yang lebih parah, seseorang mungkin akan mengalami trauma akibat adanya pengalaman dikhianati yang disertai dengan kekerasan, manipulasi, dan pengabaian. Hal ini dapat menyebabkan seseorang kesulitan menaruh kepercayaan kepada orang lain dalam jangka waktu yang lama. 

2. Pola Asuh

Anak yang tumbuh dalam keluarga dengan parental conflict (konflik antarorang tua) cenderung memiliki derajat kepercayaan yang rendah terhadap orang lain. Parental conflict ini membuat anak khawatir bahwa kondisi tersebut juga akan terjadi pada relasinya di usia dewasa. Mereka takut jika kondisi ini akan terulang kembali di usia dewasa. Padahal orang tua yang supportif dan keberadaannya memberikan rasa aman, akan membuat anak lebih mampu percaya pada lingkungannya secara sehat. 

3. Kepribadian

Seseorang dengan kecenderungan kepribadian paranoid dan kepribadian penghindar (avoidant) lebih sulit untuk percaya pada orang lain. Seseorang dengan ketidaknyamanan di lingkungan sosial (avoidant personality disorder) cenderung sulit mengembangkan rasa percaya karena mereka khawatir akan penolakan, kehilangan, dan pengabaian dari orang lain.

Tanda-tanda yang memperlihatkan seseorang mengalami trust issue, diantaranya sebagai berikut:

1. Hampir Selalu Berpikir Negatif

Seseorang akan selalu berpikir negatif terhadap apa yang akan terjadi di kemudian hari. Mereka cenderung takut dan merasa cemas akan hal-hal yang akan terjadi di hidupnya. 

2. Sering Curiga pada Orang Lain

Dalam menjalin hubungan, orang dengan trust issue kerap berprasangka terhadap ketulusan dan kejujuran orang lain. Kondisi ini akan menjadi lebih parah dengan seringnya mencurigai orang lain yang hanya akan membohongi atau menyakiti dirinya sendiri. 

3. Sulit Memaafkan dan Mudah Menyimpan Dendam

Pengalaman yang menyakitkan membuat orang dengan trust issue menjadi sulit memaafkan dan cenderung menaruh dendam pada orang lain. Bagi mereka, memaafkan berarti membuka kesempatan untuk dikhianati kembali. Pemikiran yang keliru ini tentu berdampak buruk bagi dirinya, hubungan, dan orang di sekelilingnya.

Seseorang yang mengalami kondisi seperti ini harus segera diobati. Jika dibiarkan secara terus menerus, maka akan membahayakan diri sendiri dan orang-orang disekitarnya. Orang yang mengalami kondisi ini akan lebih mudah merasa cemas, stress, kesepian, dan pada akhirnya akan memperburuk kesehatan mental. 

Agar kamu tidak mengalami dampak buruk tersebut, kamu bisa mengikuti beberapa cara di bawah ini untuk mengatasi masalah trust issue, diantaranya

1. Membangun Rasa Percaya Secara Perlahan

Pelan-pelan pasti bisa. Meski tidak mudah tapi membangun rasa percaya tetap layak dicoba. Tidak perlu terburu-buru. Cobalah untuk berlatih percaya dimulai dari hal-hal yang ringan secara bertahap sembari menilai apakah pasangan layak untuk diberikan kepercayaan.

2. Mengomunikasikan Kekhawatiran

Komunikasi adalah hal yang sangat penting untuk menumbuhkan suatu hubungan yang sehat. Diperlukan saling keterbukaan antar pasangan mengenai kekhawatiran yang dirasakan. Apabila ada pengalaman traumatis atau kekhawatiran akan pengkhianatan, akan lebih baik disampaikan dan dibahas bersama pasangan. Dari proses tersebut diharapkan pasangan akan mampu bekerja sama dalam membangun rasa percaya dan menjaga kepercayaan.

3. Belajar Membedakan antara Rasa Percaya dan Kontrol

Orang dengan trust issue seringkali keliru dalam membedakan antara rasa percaya dan kontrol, sehingga membuatnya cenderung posesif atau cemburuan. Terus-menerus mencurigai dan mengontrol pasangan tidak menjamin kesetiaan dan kejujuran.

Oleh karena itu, rasa percaya hendaknya diiringi dengan pemahaman bahwa perilaku pasangan adalah di luar kontrolnya

Langkah-langkah di atas mungkin tidak dapat dilakukan secara instan. Proses ini membutuhkan waktu dan latihan untuk dapat membangun kembali rasa percaya. 

Jika trust issue tidak kunjung teratasi dan berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental bagi diri dan orang lain, sangat disarankan untuk berkonsultasi pada psikolog klinis dewasa yang ahli di bidangnya. Tetap yakin dan percaya bahwa kamu mampu mengatasi kondisi ini. Semangat para  pejuang! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun