Mbak-mbak kedua yang ada di depan serong kanan saya---sebut saja Mbak B---duduk berhadapan dengan satu temannya. Ia mengenakan pashmina jersey kaos, baju jeans broken blue, celana hitam, dan flat shoes hitam berpita. Tak lupa, botol minum merah muda yang mejeng di depannya. Sebagaimana dengan Mbak A, dari sepatah dua patah kata yang saya dengar dan tangkap dari gerak bibir, Mbak B ini juga berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Namun, dibanding dengan Mbak A, Mbak B ini lebih intens mengobrol dengan temannya. Entah apa yang mereka obrolkan, tetapi fokus perhatiannya saling timbal balik pada satu sama lain, tidak saya temukan mereka membuka-buka HP. Entah ada hal penting yang sedang mereka obrolkan ataukah mereka sudah lama tak bersua sehingga banyak cerita yang perlu dibagikan. Saya kira lebih mengarah pada opsi pertama dikarenakan ekspresi mereka ketika mengobrol cenderung berada pada garis biasa dan serius, dibanding bercanda dan tergelak. Adapun berdasar intensitasnya, Mbak B ini lebih banyak yang berbicara. Untuk umur, saya menaksir Mbak B ini masih 20-an, antara kuliah atau sudah bekerja.Â
Selain itu, Mbak B ini sempat berfoto dengan Mas-mas pelayan, saya kehilangan bagaimana momen awalnya karena di sisi lain juga sambil menikmati makan siang saya, tetapi kemudian saya tahu bahwa yang meminta foto itu Mas Pelayanannya. Bagaimana bisa tahu? Karena tidak berselang lama, mungkin sekitar satu atau dua menit, saya juga didatangi pelayan yang meminta ulasan di Google Maps lalu mengajak foto.Â
Kemudian, terkait kekinian, selain berkaitan dengan tempat makan W yang sedang viral ini, hal yang saya temui dari Mbak B yaitu kerudung yang dipakainya. Mbak B memakai kerudung pashmina jersey kaos. Kerudung tersebut menjadi trend akhir-akhir ini, seperti dari adanya video tutorial pashmina kaos dari selebgram Heidi. Terkait pashmina jersey sendiri, sebenarnya saya salah satu orang yang turut menggunakannya, bedanya adalah saya berencana memesan pashmina kaos sebagaimana Mbaknya, tetapi ternyata yang datang pashmina rayon, pantas saja lebih licin.
Kesimpulan dari saya, terkait tempat makan W dan para pembelinya itu sebenarnya heterogen, tetapi kemungkinan mereka tahu tempat makan W dari media sosial. Selain makan, para pelanggan melakukan aktivitas lain, seperti berbincang-bincang dengan teman makan siangnya atau melakukan sesuatu dengan ponselnya. Kemudian, mengingat tempat makan W yang baru, ternyata para karyawannya melakukan praktik meminta kesediaan pelanggan untuk mengisi ulasan, dan mendapat feedback baik.Â
Demikian observasi saya siang hari ini. Banyak asumsi-asumsi yang terbangun dari alur logis berdasar apa yang saya lihat, tetapi tentu saya belum tahu betul faktanya apabila tidak bertanya. Saya menyadari banyak kecacatan dalam observasi ini, tetapi mungkin memang seperti inilah dalam proses belajar. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H