4. Tahap Empati Berdasarkan Perspektif Sosial (7 Tahun ke Atas)
Pada tahap ini, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan untuk memahami perspektif orang lain dengan lebih kompleks dan mendalam. Mereka tidak hanya merasakan atau memahami perasaan orang lain, tetapi juga dapat mempertimbangkan faktor sosial yang memengaruhi perasaan tersebut. Di usia ini, anak-anak mulai memahami bahwa orang lain memiliki alasan, pengalaman, dan pandangan hidup yang berbeda, yang memengaruhi bagaimana mereka merasakan suatu situasi. Mereka mulai belajar bagaimana berempati dengan lebih bijaksana, dengan mempertimbangkan konteks sosial dan budaya dari perasaan orang lain.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Empati
Menurut Hoffman, ada berbagai faktor yang memengaruhi bagaimana empati berkembang pada anak-anak:
1. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua sangat penting dalam membentuk perkembangan empati pada anak. Orang tua yang menunjukkan perilaku empatik kepada anak mereka cenderung memiliki anak yang lebih empatik. Pengasuhan yang hangat, responsif, dan penuh perhatian dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mengenali dan merespons perasaan orang lain dengan cara yang positif.
2. Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya Â
Interaksi dengan teman sebaya juga sangat berperan dalam perkembangan empati. Anak-anak yang sering berinteraksi dengan teman-teman mereka dan terlibat dalam kegiatan bersama yang melibatkan berbagi dan berkolaborasi, biasanya lebih cenderung mengembangkan empati. Proses berbagi perasaan, mendengarkan, dan merespons kebutuhan teman sebaya mengajarkan anak untuk memahami perspektif orang lain.
3. Pengalaman Emosional
Anak-anak yang memiliki pengalaman emosional yang lebih beragam dan mendalam, baik itu pengalaman positif maupun negatif, lebih cenderung mengembangkan empati. Misalnya, anak yang pernah merasa kesakitan atau kecewa mungkin lebih sensitif terhadap perasaan orang lain yang mengalami hal serupa. Pengalaman pribadi membantu anak-anak untuk lebih memahami dan merasakan perasaan orang lain dengan lebih mendalam.
4. Lingkungan Sosial dan Budaya
Faktor budaya dan sosial juga memainkan peran penting dalam perkembangan empati. Di beberapa budaya, empati dianggap sebagai nilai yang sangat penting, dan anak-anak diajarkan untuk merawat orang lain sejak usia dini. Lingkungan sosial yang mendukung empati—baik itu keluarga, sekolah, atau masyarakat—akan membantu anak-anak untuk belajar mengembangkan kemampuan empatik mereka.
5. Modeling (Pemodelan) dan Penguatan Sosial Â
Anak-anak belajar melalui pengamatan. Ketika mereka melihat orang lain, terutama orang dewasa, menunjukkan perilaku empatik, mereka cenderung meniru perilaku tersebut. Jika tindakan empatik diberikan penguatan positif, anak-anak lebih cenderung untuk mengulang perilaku tersebut di masa depan. Oleh karena itu, modeling empatik oleh orang dewasa sangat mempengaruhi perkembangan empati anak.
Peran Empati dalam Perilaku Prososial
Hoffman juga menekankan bahwa empati adalah dasar dari perilaku prososial—perilaku yang bermanfaat bagi orang lain, seperti berbagi, menolong, dan bekerja sama. Kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain membantu individu untuk bertindak dengan cara yang mendukung kesejahteraan orang lain. Oleh karena itu, anak yang memiliki tingkat empati yang tinggi cenderung lebih terlibat dalam perilaku prososial dan lebih sensitif terhadap kebutuhan orang lain.
Kesimpulan