Mohon tunggu...
Faidah Misbah
Faidah Misbah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi main foli

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori empati martin hoffman

20 Januari 2025   09:26 Diperbarui: 20 Januari 2025   09:26 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Empati Martin Hoffman

Martin Hoffman adalah seorang psikolog perkembangan yang dikenal karena kontribusinya dalam memahami empati, terutama dalam konteks perkembangan anak. Dalam teorinya, Hoffman menjelaskan bagaimana empati berkembang sepanjang kehidupan manusia, serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses ini. Teori empati Hoffman berfokus pada bagaimana anak-anak mulai memahami perasaan orang lain dan bagaimana mereka mengembangkan kemampuan untuk merasakan empati dalam berbagai situasi.

Pengertian Empati Menurut Hoffman

Menurut Hoffman, empati adalah kemampuan untuk merasakan atau memahami perasaan orang lain, baik melalui pengalaman langsung maupun melalui pengamatan. Ia mendefinisikan empati sebagai respons emosional yang timbul dari kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi atau berhubungan dengan perasaan orang lain. Empati lebih dari sekadar merasakan apa yang orang lain rasakan, tetapi juga mencakup kemampuan untuk merespons perasaan tersebut dengan cara yang tepat dan mendukung.

Empati, menurut Hoffman, terdiri dari dua komponen utama:  
1. Aspek kognitif: Kemampuan untuk memahami atau mengidentifikasi perasaan orang lain.  
2. Aspek emosional: Kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain secara emosional, baik itu kesedihan, kebahagiaan, atau kecemasan.

Proses Perkembangan Empati

Hoffman mengusulkan bahwa empati berkembang secara bertahap, dimulai sejak usia dini dan terus berkembang sepanjang kehidupan seseorang. Ia menggambarkan beberapa tahap perkembangan empati yang dapat dilalui oleh anak-anak. Setiap tahap ini menggambarkan bagaimana pemahaman anak terhadap perasaan orang lain semakin kompleks seiring bertambahnya usia dan pengalaman hidup.

Tahap-Tahap Perkembangan Empati Menurut Hoffman

 1. Tahap Empati Tindak Balas Emosional (0-2 Tahun)
Pada usia ini, bayi dan anak kecil belum memiliki pemahaman kognitif yang kuat tentang perasaan orang lain, tetapi mereka dapat merasakan dan merespons emosi orang dewasa di sekitar mereka, terutama orang tua. Misalnya, bayi dapat menangis ketika mendengar suara tangisan orang lain (mirroring). Di sini, empati lebih bersifat reaktif dan terbatas pada perasaan yang mirip dengan apa yang dialami oleh orang lain.

2. Tahap Empati Distinkif (2-3 Tahun)  
Pada usia ini, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan untuk membedakan perasaan mereka sendiri dengan perasaan orang lain. Mereka mulai menunjukkan respons terhadap orang yang merasa kesakitan atau sedih, meskipun mereka mungkin masih tidak sepenuhnya memahami alasan perasaan tersebut. Anak-anak pada tahap ini mulai menunjukkan perilaku yang lebih prososial, seperti mencoba untuk menghibur orang lain ketika mereka melihat orang lain merasa sedih atau terluka.

# 3. Tahap Empati Kognitif (4-6 Tahun)  
Anak-anak mulai mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang perasaan orang lain dan dapat mulai merasakan empati dengan cara yang lebih spesifik. Pada tahap ini, mereka dapat memahami bahwa orang lain memiliki perasaan yang berbeda, bahkan jika perasaan tersebut tidak berhubungan langsung dengan pengalaman mereka sendiri. Misalnya, mereka mulai dapat mengenali bahwa teman mereka mungkin merasa takut atau cemas dalam situasi tertentu, dan mereka mulai merespons perasaan tersebut dengan cara yang lebih matang, seperti menawarkan bantuan atau dukungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun