Mohon tunggu...
Fahrutimur
Fahrutimur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sejarah ditulis oleh orang yang tahu menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepada yang Sudah Jauh

29 Januari 2024   09:36 Diperbarui: 29 Januari 2024   09:41 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SAJAK KEMATIAN

Seperti sebotol bir punya teman 

yang tak lagi bisa pulang 

dan hanya bisa tabah masuk ke tenggorokan saya

Begitulah kau yang hanya sisakan duka 

tanpa ada lagi mulut berbilang:  aku pulang

Sayang


Kepada rumah-rumah di dada
yang telah terbakar oleh rindu,
kau akan dikenang dalam
sajak-sajak kematian.

0_o
Namrole, oktober 2021


MAMA

Banyak mama menaruh rindu
dalam saku celana dan kemeja
anaknya yang baru pertama pergi kuliah
di tanah rantau---kota orang
Kala banyak mama punya daster
sudah lusuh
seperti tubuh tua punyanya

yang mudah jatuh air mata.


mama-mama tidak peduli tentang penampilan
Karena toh kerjanya hanya di dapur
atau menemani bapak ke kebun.
Mereka hanya bergaya kalau ada acara
nikah orang kampung.

Banyak mama kampung menyimpan rindu
di telepon yang tak dikenalnya.
Sekalinya anak menelepon ia gembira
jadi tumpah rindu.

Banyak anak rantau menyimpan rindu
di balik bangku
sertifikat
kegiatan
doktrin
organisasi
dan telinga-telinga orang yang dipercaya.

Kadang pula banyak anak rantau
yang tidak sekalipun menyimpan rindu pada keluarga;
toh kota begitu asyik dengan gaul dan cewek cantik
maupun cowok ganteng dan dompet berisi
daripada merindui kampung
yang dekil banyak orang

yang kurang sekolah

Banyak mama dan banyak anak jadi terpisah
karena pendidikan menuntut untuk menggapai masa depan
sekalipun anak-anak tidak tahu 

apa yang menunggu di depan sana:
apakah bahagia atau kecewa
apakah sukses menggenggam tangan
atau mati yang duluan berkunjung

mereka tidak tahu


yang mereka tahu hanya merindu

dan berjuang.

0_o
Ambon,  Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun