Mohon tunggu...
Fahrutimur
Fahrutimur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sejarah ditulis oleh orang yang tahu menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Paket Darurat dan Puisi-Puisi Lainnya

29 Januari 2024   07:07 Diperbarui: 29 Januari 2024   07:22 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

BENDA MATI

burung gereja yang ada di mesjid sana
seakan sedang menunggu
seorang hamba Tuhan
yang lama lupa untuk menyembah
kebanyakan berbuat dosa
lupa caranya bertobat.

akulah sendal jepit
yang masih menolak
masuk ke mesjid

0_o
Makassar

PAKET DARURAT

pada Januari baru yang makin sepi
aku bertanya: bisakah mata ini
melihatmu kembali?
di sebuah kota
lampu lalu lintas
di terpa hujan. kata-kata dikalahkan
oleh nyanyian kodok, ingatan saya:
babi hutan, anjing liar, tubuh perempuan.
waktu memeliharaku lebih dalam
di dalam kandang.

jantung adalah detik
yang memukul dadaku
dikala sabtu tidak lagi
memperlihatkan senyummu
yang malam minggu.

rindu yang tercipta dari detik
semakin ke sini, semakin membesar
seumpama tsunami yang menghapus
sebuah wilayah. pada zaman di mana
seorang anak tak mau mendengar orang tuanya---
lalu mati dilahap bencana. yang diturunkan Tuhan
dalam sejarah kuno---tentang agama;
aku, tak ingin hilang ditelan rindu.
nona. kala kata-kataku adalah bangkai
yang siap disapu
oleh waktu.

semakin hari semakin aku terikat---balutan cuaca.
kuku-kuku ku menggigil
saat digigit dingin.
tubuhku disentuh angin
yang merobek hangat pada kulit.
seperti sampah, dibuang
didaur ulang
digunakan
lalu dibuang
kembali terulang---
terus begitu

malam ini
aku ingin melihatmu, saat kamis
adalah libur panjang
dari kematianku di ranjang---
kau adalah kapal tempatku ingin berteduh
dari tsunami rindu.

pada Januari baru yang makin brengsek
aku bertanya: bisakah mata ini
melihatmu kembali?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun