Sesuai dengan teori yang penulis ambil dalam penulisan paper ini yaitu Teori Hypodermic, dimana teori hypodermic ini merupakan teori media massa pertama. Dalam teori ini media massa sebagai komunikator lebih pintar dalam segala hal daripada audien yaitu masyarakat. Teori ini dalam penyampaian pesannya hanya satu arah, dan member efek yang kuat kepada komunikannya. Tapi seiring perkembangan zaman, teori mendapat pembaharuan karena komunikan atau masyarakat bukan audien yang pasif, tapi juga memberikan feedback. Contoh konkret dari teori ini yaitu pada merk motor Honda, sampai saat ini sebagian masyarakat menyebut sepeda motor dengan penyebutan Honda, karena itulah doktrin yang ditanamkan pada audien atau masyarakat.
Nah, jika media massa senantiasa menyuntik masyarakat dengan pesan budaya, maka dalam pikiran audien (masyarakat) tertanami pasan budaya. Meski masyarakat sekarang bisa menentukan informasi mana yang harus di terima yang nantinya akan membuat mereka merespon, tapi setidaknya dalam pikiran mereka sudah ada stimulus kebudayaan yang mereka terima. Dengan begitu masyarakat mungkin akan lebih peduli dan ikut menjaga kelestarian terhadap budaya.
PENUTUP
Kesimpulan
Program berita “Kabar Ngalam” merupakan program acara dari Dhamma TV yang penyajian beritanya seputar Malang dengan menggunakan bahasa Jawa dan bahasa walikan ngalam, sehingga menjadikan program berita ini serat sekali dengan nilai-nilai budaya. “Kabar Ngalam” ini beda program TV lokal lainnya karena penyajiannya menggunakan bahasa walikan dan juga menampilkan tempat wisata yang ada di Malang.
Budaya lokal merupakan warisan budaya yang harus dijaga dan di lestarikan, maka media massa sebagai media komunikasi diharapkan dapat menjadi agen pelestari kebudayaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H