Mohon tunggu...
Fahrur Rozi IB
Fahrur Rozi IB Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya hanya seorang pengembara kehidupan, mencoba mencari ilmu dan kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Program "Kabar Ngalam" Dhamma TV Sebagai Pelestari Budaya

23 Januari 2016   05:08 Diperbarui: 23 Januari 2016   08:09 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sesuai dengan teori yang penulis ambil dalam penulisan paper ini yaitu Teori Hypodermic, dimana teori hypodermic ini merupakan teori media massa pertama. Dalam teori ini media massa sebagai komunikator lebih pintar dalam segala hal daripada audien yaitu masyarakat. Teori ini dalam penyampaian pesannya hanya satu arah, dan member efek yang kuat kepada komunikannya. Tapi seiring perkembangan zaman, teori mendapat pembaharuan karena komunikan atau masyarakat bukan audien yang pasif, tapi juga memberikan feedback. Contoh konkret dari teori ini yaitu pada merk motor Honda, sampai saat ini sebagian masyarakat menyebut sepeda motor dengan penyebutan Honda, karena itulah doktrin yang ditanamkan pada audien atau masyarakat.

Nah, jika media massa senantiasa menyuntik masyarakat dengan pesan budaya, maka dalam pikiran audien (masyarakat) tertanami pasan budaya. Meski masyarakat sekarang bisa menentukan informasi mana yang harus di terima yang nantinya akan membuat mereka merespon, tapi setidaknya dalam pikiran mereka sudah ada stimulus kebudayaan yang mereka terima. Dengan begitu masyarakat mungkin akan lebih peduli dan ikut menjaga kelestarian terhadap budaya.

 

PENUTUP

Kesimpulan

Program berita “Kabar Ngalam” merupakan program acara dari Dhamma TV yang penyajian beritanya seputar Malang dengan menggunakan bahasa Jawa dan bahasa walikan ngalam, sehingga menjadikan program berita ini serat sekali dengan nilai-nilai budaya. “Kabar Ngalam” ini beda program TV lokal lainnya karena penyajiannya menggunakan bahasa walikan dan juga menampilkan tempat wisata yang ada di Malang.

Budaya lokal merupakan warisan budaya yang harus dijaga dan di lestarikan, maka media massa sebagai media komunikasi diharapkan dapat menjadi agen pelestari kebudayaan.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun