MASIH BISA JUARA LAGI LIVERPOOL?
Liverpool baru saja mengawali tahun 2021 dengan kekalahan dipecundangi Southampton 0-1. Meskipun masih memimpin klasemen namun duo Manchester masih memiliki sisa pertandingan lebih banyak bisa saja mendepak Liverpool ke posisi Tiga.Â
Sebelumnya sudah 4 kali hasil imbang dengan team papan bawah, mulai dari Brighton Albion, Fulham, WBA, terakhir Newcastle. Liverpool selalu kesulitan melawan team yang bermain dengan pertahanan rapat. Team yang bermain melawan Liverpool bermain seolah mereka akan mati besok, kiper mereka seperti kerasukan arwah Lev Yashin.
Mengawali musim 2020-2021 sudah diprediksi bahwa Liverpool akan mengalami perlawanan lebih berat dari lawan-lawannya. Mereka sudah pasti terobsesi untuk menjungkalkan Liverpool yang begitu superior musim lalu.
Liverpool menjawab dengan membeli Thiago Alcantara sebagai jaminan kreativitas untuk membongkar pertahanan rapat  lawan. Sayang sekali Thiago justru cidera dan baru bermain 3 kali di liga premier selama tahun 2020. Diogo Jota juga di beli untuk menambah karakter yang berbeda dengan formasi tiga penyerang. Diogo Jota yang langsung moncer di awal musim akhirnya juga cidera.
Mengawali musim dengan bagus lalu dikejutkan oleh Aston Villa yang membobol gawang Adrian 7 kali, pasukan Jurgen Klopp tersentak, mereka kembali menemukan ketangguhannya meskipun dihajar badai cedera, namun kemenangan besar menghadapi Crystal Palace yang diharapkan menjadi momentum  kembalinya gegen pressing ala Liverpool, malah jadi sebaliknya, mereka malah kelewat percaya diri, unggul penguasaan bola, begitu banyak peluang, minim gol.
Penyakit seperti ini sudah mendarah daging di Liverpool sejak dulu. Permainan aktraktif dan efisiensi peluang muncul ketika melawan team kuat, namun amburadul melawan team yang di atas kertas seharusnya bisa di kalahkan. Mulai era Roy Evans, Gerrard Houllier, Raffael Benitez, Brendan Rodgers, dan di awal masa pelatihan Klopp. Jurgen Klopp berhasil membuang penyakit ini dua tahun terakhir. Fans tentu berharap Klopp masih punya obatnya karena Liverpool harus berjuang  dua kali lebih keras, dua kali lebih fokus, deteminasi hingga akhir disetiap pertandingan lebih dari yang mereka tunjukan tahun lalu.Â
Sang kapten Jordan Henderson juga wajib mengembalikan sentuhan kepemimpinannya diruang ganti dan memimpin pasukannya bertarung hidup mati di lapangan, seperti yang dilakukannya sepanjang tahun lalu. Musim ini Hendo dipastikan tanpa bantuan Virgil van Dijk yang memimpin lini belakang. Henderson harus menyadarkan kawan-kawannya bahwa mereka belum disebut team terbaik selama belum back to back juara. Artinya kalau tahun ini gagal maka besiaplah bernasib sama seperti Leceister City.
Klopp juga harus memainkan magisnya untuk mengembalikan kekompakan trio penyerangnya di dalam dan di luar lapangan, terutama hubungan antara Mo Salah dan Sadio Mane, walupun Klopp berdalih bahwa para striker memang harus egois, namun di lapangan terlihat nyata harmonisasi mereka hilang, Mane sudah terlalu sering menunjukan ketidaksukaannya kepada Salah, sementara Salah sudah berani berkoar- koar di media. Mungkin Klopp perlu memarkir mereka dua atau tiga pertandingan. Menunjukkan bahwa tidak ada pemain yang lebih besar dari klub. Memberikan kesempatan pemain yang haus unjuk gigi sepertii Minamino, Jota, Shaqiri, Oxlade Chamberlain, (Divack Origi jual saja).Â
Kita sudah melihat bagaimana ketika Minamino dimainkan dari awal melawan Crystal Palace mampu membuat lawan menjadi bingung dengan pergerakan dan kelincahannya., Diogo Jota jaminan pembuat kerusuhan barisan pertahanan lawan, sentuhan  Xerdhan Shaqiri yang memang sangat pandai mencari dan menemukan ruang buat mengumpan atau mencetak gol, plus kabar gembira bahwa Thiago sudah bebas dari cedera.
Selama Virgil  van Dijk, Joe Gomez dan Joe Matip masih cedera, pembelian bek tengah kelas dunia perlu untuk mengembalikan sang operator, Fabinho kembali ke pos aslinya. Bek tengah yang berpengalaman akan ditemani talenta muda Nathaniel Philips, Rhyss Wlilliam dan Billy Koumetio yang sudah bisa diandalkan. Bukan malah menjadikan Herderson menjadi bek tengah.Â
Henderson dibutuhkan sebagai gelangang penjelajah dengan umpan-umpan terukurnya. Fabinho bisa mengejutkan dengan tendangan cannonnya. Bek-bek muda hasil didikan akademi ini wajib diberi jam terbang lebih banyak  untuk mencetak mereka menjadi suksesor Van Dijk dimasa depan.
Seperti yang dikatakan Klopp ketika ditahan imbang Newcastle, dia sudah melihat apa yang menjadi persoalan sebenarnya, namun ternyata malah kalah oleh Southampton. Klopp perlu mengambil langkah hebat seperti yang mereka lakukan saat mereka kembali dari Jepang setelah merebut Piala Dunia Antar klub. Sebuah sentuhan kecil seperti video yang dibuat para staff pelatih  yang mampu mengusir rasa lelah mereka untuk bermain penuh motivasi mengalahkan Leceister City empat gol tanpa balas. Tantangan selanjutnya adalahmenjungkalkan MU di Anfield. Maju terus The Reds!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H