Mohon tunggu...
Fahru Ardi
Fahru Ardi Mohon Tunggu... -

seorang pemimpi yang merindukan Indonesia menjadi negara maju, rakyanya cerdas, adil, dan makmur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gadis Betawi

18 Januari 2011   17:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:26 2932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Salah satu sifat orang Betawi adalah terbuka. Ya, orang Betawi memang dikenal cablak (baca: terbuka). Tak heran dalam urusan cinta pun, seorang gadis Betawi tak sungkan mengungkapkan cintanya lebih dulu pada lelaki yang disukainya.

Awalnya aku emoh alias nggak mau, ketika seorang gadis berdarah Betawi mengungkapkan perasaan cintanya kepadaku. Biarpun ia setengah memaksa. Aku tetap kukuh. Aku belum bisa memberi jawaban dalam waktu singkat. Saat itu, aku hanya menjanjikan, suatu saat jawaban yang ia nantikan akan kuberikan. Hari berganti, minggu berganti, ia pun tampak salah tingkah. Dalam berbagai kesempatan raut mukanya tampak masam. Di benaknya ada sejumput tanya menggelayut.

Dua minggu berselang ia menagih janji. Rupanya ia sudah tak sabar. Mungkin seperti lagu Melly Guslow, ia tak betah berlama-lama "digantung". Menantikan kabar yang tak pasti. Menunggu jawaban penuh teka-teki, antara diterima atau ditolak. Teka-teki itu kian rumit, tatkala aku tak kunjung memberi sinyal , hatta melalui bahasa tubuh sekalipun.

Selama dua minggu pula aku merenung. Aku sungguh kagum pada gadis berdarah Betawi itu. Wajahnya memang pasaran. Sekilas tak ada yang istimewa. Body-nya di bawah proporsional. Bahkan cenderung bisa dibilang gembrot. Dalam berbagai kesempatan, bau badannya juga kerap menyengat. Secara fisik biasa saja.

Yang kukagumi adalah keberaniannya menyatakan cinta. Seorang perempuan menyatakan cinta lebih dulu kepada lelaki yang ia sukai. Kedengarannya tabu. Tapi begitulah. Meski ia tak menyampaikan langsung. Melainkan melalui bantuan seorang teman, tapi keberaniannya membuatku kagum.

Sejujurnya, sebagai seorang lelaki, saat itu aku memang sama sekali tidak tertarik padanya. Dalam pertemuan-pertemuan di organisasi aku juga tak terlalu peduli padanya. Seingatku, selama beberapa bulan bergaul dan saling mengenal, aku tak pernah memberi sinyal hijau padanya.

Maka, aku pun bingung. Apa gerangan yang membuatnya tertarik padaku. Aku hanyalah mahasiswa yang cuek dan apa adanya. Empat tahun yang lalu, pakaian yang kukenakan seadanya, rambutku aku biarkan menjulur tak dicukur, dan kebiasaan burukku adalah merokok. Tak ada yang istimewa dariku. Tapi kenapa ada seorang gadis yang tertarik padaku.

Gejolak dalam diriku timbul. Aku benar-benar tak kuasa untuk menolak seorang yang menyukaiku, sekalipun saat itu aku belum menyukainya. Aku tak ingin membuat perempuan patah hati hanya karena kutolak cintanya. Aku ingin agar perempuan-perempuan di dunia merasakan kebahagiaan bersama orang yang dicintainya.

Akhirnya di bawah naungan sinar rembulan suatu malam, aku pun mengajaknya ke suatu tempat. Aku tak tega membiarkan hari-hari dilaluinya dengan gundah gulana. Ia harus mendengar langsung jawaban dari ungkapan perasaannya kepadaku.

“Aku juga mencintaimu. Aku kagum, seorang gadis berani mengungkapkan cinta kepada seorang lelaki. Dan aku sendiri bukanlah siap-siapa. Aku seorang mahasiswa yang cuek dan apa adanya. Aku tak bisa memberimu penghargaan yang paling tinggi, selain menerimamu sebagai kekasihku,” begitu jawabanku padanya.

Mendengar jawabanku, senyumnya merekah. Bersamaan dengan itupula air matanya melelehi pipinya. Ia tampak haru mendengar jawaban yang kuberikan. Haru bercampur bahagia. Plong rasanya. Teka-teki yang mengusik hari-harinya kini terjawab.

Dan, meski awalnya emoh, tapi seiring perjalanan waktu benih-benih cinta kian subur. Suka duka kami rasakan bersama. Hari-hari yang kami jalani terasa indah. Tahun demi tahun kami lalui. Berbagai cobaan juga kami lewati. Inilah barangkali yang dinamakan cinta. Cinta yang lahir dari lubuk hati terdalam. Bukan cinta karena keindahan fisik semata.

Cinta kami bukanlah cinta monyet ala ABG. Bukan cinta karena harta seperti orang-orang kaya. Bukan pula cinta semu yang didasari kecantikan luar. Cinta kami tulus datang dari hati. Cinta kami adalah cinta yang dipupuk seiring perjalanan waktu. Cinta kami adalah cinta yang murni karena ingin mengharap ridlo dari Allah.

Ya Allah suburkanlah cinta kasih di antara kami. Cukupkanlah rezeki bagi hidup kami. Anugerahkanlah kami putra-putri yang shaleh dan shalehah, yang taat dan patuh pada ajaran Nabi-nabi-Mu dan berguna bagi umat manusia dan alam raya ciptaan-Mu.  Amin ya rabbal ‘alamin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun