Mohon tunggu...
Fahrunnisa
Fahrunnisa Mohon Tunggu... Guru - mahasiswa

hobi saya main bola

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Attachment oleh Mary Ainsworth & John Bowlby

18 Januari 2025   09:36 Diperbarui: 18 Januari 2025   09:36 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Attachment (keterikatan) dikembangkan oleh John Bowlby dan diperluas oleh Mary Ainsworth, yang memfokuskan pada hubungan emosional yang terbentuk antara bayi dan pengasuh utama, biasanya ibu, serta dampaknya terhadap perkembangan sosial dan emosional anak di masa depan. Berdasarkan teori ini, Bowlby mengemukakan bahwa keterikatan adalah kebutuhan dasar manusia yang penting untuk kelangsungan hidup dan perkembangan emosional.

Ainsworth melakukan penelitian lebih lanjut dan mengidentifikasi empat jenis keterikatan berdasarkan pola respons anak dalam situasi yang disebut Strange Situation (situasi asing), yang mengamati interaksi anak dengan ibu dan pengasuh lain di dalam sebuah eksperimen. Keempat jenis keterikatan tersebut adalah:

1. Keterikatan Aman (Secure Attachment):

Anak dengan keterikatan aman merasa nyaman menjelajah lingkungan dan berinteraksi dengan orang lain ketika pengasuhnya ada di sekitar. Ketika pengasuh pergi, mereka cenderung merasa cemas, namun dapat dengan cepat merasa tenang saat pengasuh kembali. Anak-anak ini menunjukkan kepercayaan pada pengasuh mereka sebagai sumber dukungan dan kenyamanan.

Dampaknya: Anak yang memiliki keterikatan aman cenderung memiliki kemampuan sosial yang baik, mampu membentuk hubungan yang sehat, serta lebih mudah beradaptasi dengan perubahan sosial dan emosional.

2. Keterikatan Ambivalen (Anxious-Resistant Attachment):

Anak dengan keterikatan ambivalen cenderung menjadi sangat cemas dan terikat secara berlebihan pada pengasuh, bahkan ketika pengasuh ada. Mereka sering menunjukkan perilaku yang bingung dan cemas saat pengasuh pergi, dan ketika pengasuh kembali, mereka sulit untuk merasa tenang atau menerimanya sepenuhnya.

Dampaknya: Anak dengan keterikatan ambivalen sering merasa tidak aman dalam hubungan dan kesulitan mengelola kecemasan dalam hubungan sosial. Mereka mungkin menunjukkan ketergantungan emosional yang tinggi pada orang lain dan kurang percaya diri.

3. Keterikatan Menghindar (Avoidant Attachment):

Anak dengan keterikatan menghindar cenderung menghindari interaksi dengan pengasuh dan menunjukkan sedikit atau tidak ada reaksi saat pengasuh pergi atau kembali. Mereka biasanya lebih fokus pada lingkungan mereka daripada pada orang dewasa yang hadir.

Dampaknya: Anak dengan keterikatan menghindar cenderung mengembangkan kecenderungan untuk menghindari kedekatan emosional di masa depan. Mereka mungkin merasa kesulitan membangun hubungan yang dekat atau mempercayai orang lain.

4. Keterikatan Disorganisasi (Disorganized Attachment)

:Anak dengan keterikatan disorganisasi menunjukkan perilaku yang tidak konsisten dan membingungkan. Mereka mungkin tampak bingung, terkejut, atau bahkan takut terhadap pengasuh mereka, yang menciptakan pola perilaku yang tidak teratur.

Dampaknya: Anak dengan keterikatan disorganisasi sering mengalami kesulitan dalam hubungan interpersonal, memiliki kecemasan tinggi, dan berisiko mengalami gangguan emosional atau psikologis. Mereka mungkin kesulitan mengatur perasaan dan berinteraksi secara sehat dengan orang lain.

Dampak Jangka Panjang Attachment terhadap Hubungan Sosial:
Keterikatan Aman berkontribusi pada pengembangan rasa percaya diri, kemampuan untuk membentuk hubungan yang stabil, serta keterampilan dalam mengatasi stres dan konflik interpersonal.

Keterikatan Ambivalen dan Menghindar dapat menyebabkan masalah dalam hubungan sosial di masa depan, seperti ketergantungan yang tidak sehat atau kesulitan dalam membuka diri kepada orang lain.

Keterikatan Disorganisasi sering dikaitkan dengan trauma atau kekerasan dalam pola pengasuhan dan dapat mengarah pada kesulitan yang lebih besar dalam membentuk hubungan emosional yang sehat.

*Manfaat Mempelajari Teori Attachment:

1. Peningkatan Pemahaman terhadap Perkembangan Emosional Anak: Mempelajari teori attachment membantu orang tua dan pengasuh memahami kebutuhan emosional anak, memungkinkan mereka memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan emosional anak.

2. Pencegahan Masalah Relasional di Masa Depan: Dengan memahami berbagai jenis keterikatan, kita dapat mengenali tanda-tanda masalah dalam hubungan anak sejak dini dan melakukan intervensi untuk memperbaiki pola keterikatan yang tidak sehat, yang dapat berdampak pada hubungan sosial anak di masa depan.

3. Perbaikan Keterampilan Pengasuhan: Mempelajari teori ini membantu orang tua dan pengasuh untuk menciptakan lingkungan yang mendukung keterikatan aman, yang penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan psikologis anak.

4. Pemahaman tentang Gangguan Emosional dan Sosial: Teori attachment memberikan wawasan tentang mengapa individu dengan keterikatan yang tidak aman atau disorganisasi mungkin kesulitan dalam hubungan sosial dan emosional mereka di masa depan.

*Kesimpulan:

Teori attachment oleh Mary Ainsworth dan John Bowlby sangat penting untuk memahami bagaimana hubungan awal antara anak dan pengasuh mempengaruhi perkembangan emosional dan sosial mereka sepanjang hidup. Keempat jenis keterikatan---aman, ambivalen, menghindar, dan disorganisasi---memiliki dampak jangka panjang pada cara individu membangun hubungan sosial dan mengelola emosi mereka. Dengan mempelajari teori ini, kita dapat meningkatkan keterampilan pengasuhan, mencegah masalah sosial dan emosional di masa depan, serta memberikan dukungan yang lebih baik bagi perkembangan anak yang sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun