Dari judul diatas, kita dapat mengetahui bahwa hanya dengan pendidikan lah manusia menjadi berbudaya. Namun sebelum dibilang berbudaya karena pendidikan, kita harus mengetahui dulu bahwasannya pendidikan yang mana dulu yang kemudian menyebabkan manusia itu menjadi berbudaya.Â
Kalau kita melihat, khususunya di Indonesia maka pendidikan belum berjalan secara baik. Dimana mode pendidikan yang masih bersifat gaya bank justru akan menyebabkan plagiaris-plagiaris baru. Dengan pendidikan gaya tersebut sesungguhnya hanya akan mematikan potensi terbesar manusia, yaitu akal. Maka dibutuhkan pendidikan yang sifatnya humanis.
Jika kita sekidit membaca tantang karya Paulo Freire yang merupakan tokoh pendidikan terkenal di dunia, maka kita akan mendapati bahwasanya pendidikan itu bukanlah hanya sekedar menghafal, melainkan harus berjalan secara dua arah.Â
Dalam istilah marxisme, kita akan mengenal kata "dialektis." Kata itu nampaknya sangat relevan jika diproyeksikan kepada dunia pendidikan. Dialektis berarti menjadikan siswa bukan hanya sebagai objek saja, melainkan sebagai subjek aktif.
Berdasarkan realitas yang ada serta pengalaman pribadi penulis, Indonesia sebagiannya masih menganut sistem pendidikan gaya bank. Dimana siswa hanya disuruh untuk menghafal tanpa tau realitas dilapangan seperti apa.Â
Siswa layaknya robot, yang ketika diminta melakukan sesuatu, ia akan otomatis mengeluarkan kata-kata yang mana merupakan hasil dari hafalannya itu. Dalam hal ini, siswa tidak diajak untuk berpikir, ia hanya mendengarkan gurunya berbicara. Sehingga pendidikan hanya akan menghasilkan duplikat-duplikat guru yang sama sekali tidak otentik.
Pendidikan pembebasanlah yang kemudian akan menjadi solusi atas setiap masalah di Indonesia. Pendidikan pembebasan berarti menciptakan suasana yang sangat nyaman, dimana siswa tidak dipaksa untuk meneguk semua pengetahuan, justru dengan hal tersebut akan membuat siswa merasa jenuh dan bosan.Â
Namun jika guru mengantarkan siswanya untuk menemukan bakatnya atau kesukaannya, maka ia akan sangat bergembira dengan proses belajar yang dilakukan. Siswa tak lagi menjadi terbebani dengan tugas, ujian, dan seterusnya.Â
Pengalaman yang sudah-sudah, pendidikan di Indonesia justru lebih banyak menghasilkan pengangguran-pengguran intelektual. Mereka pasca lulus tak memiliki skill yang memadai. Akibatnya, siswa yang lulus dari sekolah tidak akan mampu untuk bertahan atau survive didalam masyarakat.
Oleh karena itu pendidikan yang demikianlah yang akan menghasilkan manusia-manusia yang berbudaya. Manusia-manusia yang tidak egois memikirkan dirinya sendiri, tapi ia juga turut berkontribusi bagi bangsa dan negaranya.
Fahrul Rozi, 2020