Mohon tunggu...
Fahrul Rizal bin Iskandar
Fahrul Rizal bin Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Peminat Sejarah Kuno

Dilahirkan dan menyelesaikan pendidikan sampai lulus SMA di Banda Aceh, melanjutkan pendidikan S1 Teknik Perminyakan di Yogyakarta kemudian memperoleh kesempatan kembali ke Banda Aceh untuk menyelesaikan S2 Ilmu Ekonomi dengan beasiswa Bappenas. Peminat sejarah peradaban manusia, memiliki perhatian khusus pada sejarah peradaban Islam dan Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Butuh "Tangan Tak Terlihat" agar Budaya Agraris Lestari

3 Juni 2019   12:29 Diperbarui: 3 Juni 2019   12:44 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air Irigasi yang melimpah. Foto: dokpri
Air Irigasi yang melimpah. Foto: dokpri
Petani sepatutnya merasakan jaminan kesejahteraan dari lahan pertaniannya. Jika tidak terjamin maka sawah dipastikan bakal beralih fungsi mencari tingkat keekonomian yang lebih tinggi. Walaupun pemerintah tengah berusaha memberikan insentif bagi petani agar mereka tetap mempertahankan lahannya, tapi disisi lain keran impor pangan terus dibuka ketika menghadapi gejolak harga. Suatu dilema pertanian yang seakan abadi sejak Orde Baru.

Namun demikian ada perkembangan menarik pada masyarakat petani di Kecamatan Peusangan ini. Sudah tiga tahun belakangan semakin banyak lahan sawah yang bangun dari tidurnya yang panjang. Berdasarkan penelusuran singkat ternyata hal ini merupakan "efek samping" dari pembangunan infrastruktur desa.

Bersyukur kepada Allah yang telah memberikan ilham pada masyarakat di sini untuk menyewa ekskavator alias beko agar dapat membantu mereka dalam revitalisasi areal persawahan. Padahal sejatinya mesin pengeruk itu tidak diperuntukkan bagi "proyek" di lahan persawahan.

Ketika pembangunan infrastruktur desa seperti drainase, jalan rabat beton, dan perkerasan jalan lingkungan maka banyak alat berat yang keluar masuk kampung. Kebetulan gayung bersambut, para operator alat berat ini memiliki kesempatan mendapatkan penghasilan tambahan bila berhasil membantu para petani memperbaiki kontur persawahan mereka.

Irigasi Tradisional. Foto: dokpri
Irigasi Tradisional. Foto: dokpri
Ternyata salah satu alasan mengapa lahan sawah tak lagi ditanami adalah karena sulitnya pengaturan air akibat dari kontur areal persawahan yang tak lagi ideal. Padahal air irigasi acap kali melimpah dari Sungai Kr. Peusangan yang mengalir sepanjang tahun.

Ternyata sesederhana itu insentif yang diperlukan oleh petani di sini agar mereka tetap mempertahankan lahannya, namun harus menunggu "tangan tak terlihat" yang bekerja menggerakkan ekonomi di negeri agraris ini.

Sumber bacaan klik disini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun