Mohon tunggu...
Fahrul Rizal bin Iskandar
Fahrul Rizal bin Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Peminat Sejarah Kuno

Dilahirkan dan menyelesaikan pendidikan sampai lulus SMA di Banda Aceh, melanjutkan pendidikan S1 Teknik Perminyakan di Yogyakarta kemudian memperoleh kesempatan kembali ke Banda Aceh untuk menyelesaikan S2 Ilmu Ekonomi dengan beasiswa Bappenas. Peminat sejarah peradaban manusia, memiliki perhatian khusus pada sejarah peradaban Islam dan Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kejayaan Ikan Nusantara, Dulu dan Sekarang

7 April 2019   00:37 Diperbarui: 7 April 2019   21:25 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelabuhan Lampulo-Banda Aceh. Foto: instagram.com/acehadventure

Jadi ikan sebenarnya ikut berjasa dalam penyebaran bahasa melayu sebagai bahasa pemersatu nusantara. Pusat niaga pantai yang terpenting awalnya adalah Sriwijaya, kemudian digantikan oleh Perlak, Samudera, Pasai, Melaka, Johor, Patani, Aceh, dan Brunei.

Dengan demikian bahasa Melayu menjadi bahasa niaga utama di seluruh nusantara. Kelas pedagang kosmopolitan dari bandar-bandar besar di nusantara lalu dikenal sebagai orang Melayu, sebab mereka menggunakan bahasa itu dan beragama Islam, kendati leluhurnya mungkin saja orang Jawa, Mon Khmer, Arab, India, Cina, atau Filipina bahkan Afrika sekalipun.

Suasana di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pasiran, Pulau Sabang, Aceh pada Minggu (01/05/2016). Ikan hiu menjadi salah satu tangkapan nelayan Sabang. Foto : M Ambari/Mongabay Indonesia
Suasana di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pasiran, Pulau Sabang, Aceh pada Minggu (01/05/2016). Ikan hiu menjadi salah satu tangkapan nelayan Sabang. Foto : M Ambari/Mongabay Indonesia
Memasuki era modern, salah satu bagian nusantara dahulu sekarang merupakan wilayah Indonesia,  memiliki ribuan pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.

Luas total wilayah Indonesia adalah 7,81 juta km2 yang 40% lebihnya berupa lautan, serta hampir 33% jadi bagian dari Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Artinya luas perairan Indonesia lebih besar dari pada luas daratan, sehingga muncullah istilah Negara Maritim.

Selain menjadi potensi ternyata wilayah laut yang luas itu juga menjadi sasaran aktivitas illegal, unreported, unregulated fishing (IUUF). Pucuk pimpinan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pudjiastuti, telah berjasa meningkatkan nilai tukar nelayan (NTN) sejak para pencuri ikan diusir dari wilayah perairan Indonesia, karena sejak saat itu juga nelayan mendapatkan kekuasaan penuh untuk mencari dan mendapatkan ikan.

Wajar saja bagi kita untuk mengakui keberhasilan dari program KKP seperti penanganan pencurian ikan, penangkapan kapal asing, dan penindakan kegiatan penyeludupan ikan di tengah laut terhadap perekonomian nelayan.

Di samping juga program subsidi yang diberikan Pemerintah kepada nelayan , yang menurut Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Susan Herawati, secara langsung sebenarnya yang lebih memberikan dampak signifikan untuk kenaikan NTN.

PPS Lampulo Banda Aceh di Hari Nusantara. Foto: instagram.com/ahmadzaki.st
PPS Lampulo Banda Aceh di Hari Nusantara. Foto: instagram.com/ahmadzaki.st
Lebih dari sekedar industri makanan, aktifitas perikanan sebenarnya merupakan bagian penting dari pariwisatan dan olah raga. Pelabuhan ikan yang modern seperti halnya Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo-Banda Aceh, merupakan tempat promosi dan edukasi sektor kelautan dan perikanan, hingga sebagai destinasi wisata sektor kelautan dan perikanan.

Tentunya bukan hal mudah untuk menyediakan kenyamanan berwisata kuliner laut bagi setiap kalangan, karena belum tentu semua pemangku kepentingan di sektor perikanan berpikiran sama.

Bagi yang telah menemukan sensasi unik berwisata laut, boleh jadi kegiatan ini bukan sekedar wisata berleha-leha tapi malah jadi ajang unjuk kemampuan olah raga spearfishing.

Penikmat wisata spearfising di perairan Pulo Aceh. Foto: instagram.com/sabang_spearfishing
Penikmat wisata spearfising di perairan Pulo Aceh. Foto: instagram.com/sabang_spearfishing
Jadi bukan hanya terpaku pada urusan perizinan, sertifikasi/karantina, bantuan modal dari Pemerintah bagi pelaku usaha, ataupun pelatihan untuk meningkatkan kemampuan menghasilkan produk perikanan, agar kejayaan ikan Indonesia dapat dinikmati langsung oleh para nelayan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun